Wednesday, November 30, 2011

Mudah BagiNya

Posted by Devy Ratriana Amiati at 11:16 PM 0 comments
Kisah demi kisah bak angin
Datang dan pergi membelai
dengan penuh kelembutan yang tak berwujud
Dalam diam dan do’a ku adukan semua
Rintih, lelah, jerit, ketidak berdayaan atas hidup
Itulah diri ini, diri yang tersusun dari unsur hina nan dhoif
Waktu berjalan hingga satu persatu dapat ditemukan
Sungguh mudah bagi Allah untuk mengabulkan suatu do’a
Sungguh mudah bagi Allah untuk membolak balikkan hati
Hingga kini semua do’a dikabulkan dalam satu waktu
Mimik qolbu dan wajah pun berganti
Sedih menghilang, begitu juga senyum pun ikut menghilang
Membisu, membisu, membisu penuh tasbih dan syukur
Dan kini ku gantung semuanya di atap dunia
Dengan sejuta butiran do’a dan harapan
untuk kebaikan hidup yang paling kekal (akhirat)

Sejenak Membisu

Posted by Devy Ratriana Amiati at 5:04 AM 0 comments
Teringat:
Ada kalanya kerinduan akan masa lalu memuncak meneteskan tangis yang tak terbendung, masa lalu yang meninggalkan sejuta kenangan yang tak pernah terlupakan. Kini diri merasakan bahwa hal itu tak dapat terulang, tak dapat kembali walau hanya 1 jam, masa bersenang-senang dengan sahabat, bernyanyi, menari dalam berbagai organisasi dan kegiatan sekolah yang begitu padat dan menyenangkan. Dan hal itu telah terlewatkan, pergi sangat jauh, kini saatnya menatap masa depan. Menjadi wanita dewasa yang bakal menyelesaikan Sarjana dan membina rumah tangga dengan laki-laki pilihanNya dengan buah hati yang ku harapkan dapat lebih semangat serta lebih hati-hati dalam memperjuangkan DinNya serta mengukir prestasi yang kelak terukir indah di langit surga.





Dasa Darma Pramuka
1.       Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.       Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia
3.       Patriot yang sopan dan kesatria
4.       Patuh dan suka bermusyawarah
5.       Rela menolong dan tabah
6.       Rajin terampil dan gembira
7.       Hemat, cermat dan bersahaja
8.       Disiplin, berani dan setia
9.       Bertanggung, jawab dan dapat dipercaya
10.   Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan

Cuplikan Novel Rabithah Cinta

Posted by Devy Ratriana Amiati at 4:07 AM 1 comments
Kekasihku Matahari
Sesaat matahari menghangat
Ku jumpa ia di pagi hari
Bersama burung bernyanyi
Dan langit membiru
Semua terasa indah
Aku pun bertanya, apa yang terjadi sesaat ia meninggi?


.....Syakilla dengan gamis, kerudung, dan kaus kaki lengkap menutup aurat. Sementara, Riyan dengan baju koko dan kain sarung yang dia pakai sejak shalat isya’ berjamaah tadi. Mereka duduk dalam jarak satu meter, saling berhadapan, namun sama-sama saling menundukkan pandangan. Tampak betul bahwa paras wajah mereka memerah.
“Nga... aku agak heran, mengapa kau sangat suka sengan petani?” tanya Riyan dengan suara kaku karena tegang. Mungkin seumur hidup, dia baru pertama kali satu kamar dengan seorang wanita yang bukan keluarganya. Wanita bernama Syakilla Wardani yang sejak dibacakan sighat-Ya Riyan Perdana, ankahtuka Syakilla Wardani binti Bapak Haji Baskara bimahriha mukhtashar tafsir Ibnu Katsir, halan- tepatnya pukul sembilan pagi di Masjid Hasanah, telah resmi menjadi istrinya.
“Bukan petani, melainkan berjiwa petani,” ralat Illa.
“Eh, iya... suami yang berjiwa petani.”
“Karena... ,” Syakilla menerawangkan sepasang matanya menuju langit-langit kamar yang dicat merah jambu. Sesaat, keguguban kembali menerapnya.”Karena... seorang petani memiliki jiwa penanam, pemelihara, sekaligus pengelola. Ia menancapkan benih ke tanah yang sebelumnya telah ia gemburkan dengan penuh kasih. Lalu, katika benih berkecambah dan menjadi tanaman kecil, ia memupuknya, menyiraminya dengan air, menjaganya dari hama, dan menyianginya dari tumbuhan liar. Lantas, ketika panen tiba, ia akan memetik bulir-bulir buah dengan teliti, memasukkannya ke dalam lumbung dan memanfaaatkannya untuk kesejahteraan keluarganya. Ia memiliki kesabaran yang begitu luar biasa untuk menanti benih yang kecil itu berubah menjadi tanaman dewasa.
Syakilla semakin tertunduk ketika Riyan mencoba memandang wajahnya.”Tak ku sangka, calon istri ku ternyata begitu puitis.” desahnya.
Sang perempuan menggigit bibirnya, lalu bersuara lirih,”Calon istri?”
Riyan tersentak, diam sesaat. Namun, sejurus kemudian tertawanya meledak,”Afwan.. istri. Ya, kau adalah istriku sekarang.”
Mereka kembali saling menunduk, kikuk. Kediaman itu berlangsung cukup lama sampai akhirnya Riyan berinisiatif untuk kembali membuka percakapan.”Istriku, ku harap kau mau membantuku untuk bisa mewujudkan apa yang rngkau harapkan. Aku calon dokter, aku ingin kita tekun menyemai benih kebaikan, hingga akhirnya bersama memanen buah-buah kebaikan itu dengan sepenuih kedamaian.”
Tubuh Syakilla bergetar ketika Riyan meraih tangannya dan menempelkannya ke dadanya,”Dengarkan detak jantungku, kau dengar ada isealisme di sana.”
“A... apa idealisme.... Mas Riyan?” Lidah Syakilla terasa berat ketika menyebut panggilan “mas” kepada orang yang baru dikenalnya dua bulan silam itu.
“Sejak kecil, saya punya keinginan untuk menjadi dokter di daerah pedalaman Irian. Kita akan menjadi petani disana. Petani yang bercocok tanam amal. Maukah kau mendamping, Istriku?
“Irian, Mas?”
“Ya... sebuah bumi yang masih gelap untuk kita semua. Tapi, entah mengapa selalu ada getar tersendiri dalam hatiku jika menyebut nama itu.”
Syakilla ,memejamkan sepasang matanya, lalu mengangguk mantap,”Insya’ Allah, saya akan mendampingi Mas Riyan ke manapun kita pergi.....”
“Terimakasih, Istriku.”

Thursday, November 17, 2011

To Be One

Posted by Devy Ratriana Amiati at 2:19 PM 0 comments
I see rainbow in the sky
Colors that bright in my world
I hear the hummingbirds
Singing a beautiful song
the song of love and life term
the song of peace and hope
I don’t want disturb
I want this to be forever


eventhough we’re not the same different ways
and we walk on different path, different road in this life
can we hold each other hand together
in this world and be as one
it will be a better place better hope
place that gives us peace of mind
filled with love no more tears
place where you and i can love
no more cries on this life
the place for us to be one


By: Gita Gutawa

DESA KU

Posted by Devy Ratriana Amiati at 4:33 AM 0 comments

Ø  Saat terindah di desa ku adalah saat dimana kau dapat melihat jutaan bintang di langit saat malam hari tiba di tengah suara jangkrik
Ø  Saat terindah di desa ku adalah saat kau buka jendela di pagi hari dan kau rasakan udara pegunungan yang begitu dingin dan segar dan nyanyian merdu burung-burung hutan yang berterbangan
Ø  Saat terindah di desa ku adalah saat kau jenuh dengan aktivitas seharian dan berjalan-jalan di tengah sawah yang begitu luas, berjalan-jalan dipinggir sungai, pergi ke laut menikmati deburan ombak, atau naik ke puncak gunung dan melihat bentangan alam ciptaan Allah swt.
Ø  Saat terindah di desa ku adalah saat dimana pada malam hari hujan deras begitu trenyuh dan kan kau dengar paduan suara dari kodok-kodok sawah sesaat setelah hujan
Ø  Saat yang paling indah dan luar biasa di desa ku adalah saat fajar akan muncul, ayam-ayam berkokok bergantian di setiap rumah dan cobalah keluar berjalan menuju masjid maka kan kau dapati senyum luar biasa dari Bintang fajar
avavavavavavavavavavavavavavavavavavava
Dan desa ku adalah begitu tenang, nyaman, berpenduduk ramah, dan yang pasti begitu asri jauh dari keramaian kota.
Desa ku yang ku cinta
Pujaan hati ku
Tempat ayah dan Bunda
dan handai tolan ku
Tak mudah ku lupakan
Tak mudah bercerai
Selalu ku rindukan
Desa ku yang permai

dldldldldldldldldldldldldldldldldldldldldldldl

Saturday, November 12, 2011

Di Ujung Takut

Posted by Devy Ratriana Amiati at 4:46 AM 0 comments


Ya ‘Aliim ku yakin Engkau tahu
Lidah ku kadang begitu munafik
Namun sungguh hati ini adalah indera paling amanah
Ya Samii’ Engkaulah sahabat tangis ku
Sahabat gundah ku
Sahabat keluh ku
Sahabat dikalau jerit ku
Hati ini terketuk kembali, dan ku begitu takut
Kebelum pastian ini membuat ku diam
Ini ke-10 kalinya hati ini begitu terketuk
Hamba tak ingin seperti anak kecil
Yah.. anak kecil yang bermain ayunan
Ku diam dalam istikhoroh mencari kebenaran..



Wednesday, November 30, 2011

Mudah BagiNya

Kisah demi kisah bak angin
Datang dan pergi membelai
dengan penuh kelembutan yang tak berwujud
Dalam diam dan do’a ku adukan semua
Rintih, lelah, jerit, ketidak berdayaan atas hidup
Itulah diri ini, diri yang tersusun dari unsur hina nan dhoif
Waktu berjalan hingga satu persatu dapat ditemukan
Sungguh mudah bagi Allah untuk mengabulkan suatu do’a
Sungguh mudah bagi Allah untuk membolak balikkan hati
Hingga kini semua do’a dikabulkan dalam satu waktu
Mimik qolbu dan wajah pun berganti
Sedih menghilang, begitu juga senyum pun ikut menghilang
Membisu, membisu, membisu penuh tasbih dan syukur
Dan kini ku gantung semuanya di atap dunia
Dengan sejuta butiran do’a dan harapan
untuk kebaikan hidup yang paling kekal (akhirat)

Sejenak Membisu

Teringat:
Ada kalanya kerinduan akan masa lalu memuncak meneteskan tangis yang tak terbendung, masa lalu yang meninggalkan sejuta kenangan yang tak pernah terlupakan. Kini diri merasakan bahwa hal itu tak dapat terulang, tak dapat kembali walau hanya 1 jam, masa bersenang-senang dengan sahabat, bernyanyi, menari dalam berbagai organisasi dan kegiatan sekolah yang begitu padat dan menyenangkan. Dan hal itu telah terlewatkan, pergi sangat jauh, kini saatnya menatap masa depan. Menjadi wanita dewasa yang bakal menyelesaikan Sarjana dan membina rumah tangga dengan laki-laki pilihanNya dengan buah hati yang ku harapkan dapat lebih semangat serta lebih hati-hati dalam memperjuangkan DinNya serta mengukir prestasi yang kelak terukir indah di langit surga.





Dasa Darma Pramuka
1.       Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.       Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia
3.       Patriot yang sopan dan kesatria
4.       Patuh dan suka bermusyawarah
5.       Rela menolong dan tabah
6.       Rajin terampil dan gembira
7.       Hemat, cermat dan bersahaja
8.       Disiplin, berani dan setia
9.       Bertanggung, jawab dan dapat dipercaya
10.   Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan

Cuplikan Novel Rabithah Cinta

Kekasihku Matahari
Sesaat matahari menghangat
Ku jumpa ia di pagi hari
Bersama burung bernyanyi
Dan langit membiru
Semua terasa indah
Aku pun bertanya, apa yang terjadi sesaat ia meninggi?


.....Syakilla dengan gamis, kerudung, dan kaus kaki lengkap menutup aurat. Sementara, Riyan dengan baju koko dan kain sarung yang dia pakai sejak shalat isya’ berjamaah tadi. Mereka duduk dalam jarak satu meter, saling berhadapan, namun sama-sama saling menundukkan pandangan. Tampak betul bahwa paras wajah mereka memerah.
“Nga... aku agak heran, mengapa kau sangat suka sengan petani?” tanya Riyan dengan suara kaku karena tegang. Mungkin seumur hidup, dia baru pertama kali satu kamar dengan seorang wanita yang bukan keluarganya. Wanita bernama Syakilla Wardani yang sejak dibacakan sighat-Ya Riyan Perdana, ankahtuka Syakilla Wardani binti Bapak Haji Baskara bimahriha mukhtashar tafsir Ibnu Katsir, halan- tepatnya pukul sembilan pagi di Masjid Hasanah, telah resmi menjadi istrinya.
“Bukan petani, melainkan berjiwa petani,” ralat Illa.
“Eh, iya... suami yang berjiwa petani.”
“Karena... ,” Syakilla menerawangkan sepasang matanya menuju langit-langit kamar yang dicat merah jambu. Sesaat, keguguban kembali menerapnya.”Karena... seorang petani memiliki jiwa penanam, pemelihara, sekaligus pengelola. Ia menancapkan benih ke tanah yang sebelumnya telah ia gemburkan dengan penuh kasih. Lalu, katika benih berkecambah dan menjadi tanaman kecil, ia memupuknya, menyiraminya dengan air, menjaganya dari hama, dan menyianginya dari tumbuhan liar. Lantas, ketika panen tiba, ia akan memetik bulir-bulir buah dengan teliti, memasukkannya ke dalam lumbung dan memanfaaatkannya untuk kesejahteraan keluarganya. Ia memiliki kesabaran yang begitu luar biasa untuk menanti benih yang kecil itu berubah menjadi tanaman dewasa.
Syakilla semakin tertunduk ketika Riyan mencoba memandang wajahnya.”Tak ku sangka, calon istri ku ternyata begitu puitis.” desahnya.
Sang perempuan menggigit bibirnya, lalu bersuara lirih,”Calon istri?”
Riyan tersentak, diam sesaat. Namun, sejurus kemudian tertawanya meledak,”Afwan.. istri. Ya, kau adalah istriku sekarang.”
Mereka kembali saling menunduk, kikuk. Kediaman itu berlangsung cukup lama sampai akhirnya Riyan berinisiatif untuk kembali membuka percakapan.”Istriku, ku harap kau mau membantuku untuk bisa mewujudkan apa yang rngkau harapkan. Aku calon dokter, aku ingin kita tekun menyemai benih kebaikan, hingga akhirnya bersama memanen buah-buah kebaikan itu dengan sepenuih kedamaian.”
Tubuh Syakilla bergetar ketika Riyan meraih tangannya dan menempelkannya ke dadanya,”Dengarkan detak jantungku, kau dengar ada isealisme di sana.”
“A... apa idealisme.... Mas Riyan?” Lidah Syakilla terasa berat ketika menyebut panggilan “mas” kepada orang yang baru dikenalnya dua bulan silam itu.
“Sejak kecil, saya punya keinginan untuk menjadi dokter di daerah pedalaman Irian. Kita akan menjadi petani disana. Petani yang bercocok tanam amal. Maukah kau mendamping, Istriku?
“Irian, Mas?”
“Ya... sebuah bumi yang masih gelap untuk kita semua. Tapi, entah mengapa selalu ada getar tersendiri dalam hatiku jika menyebut nama itu.”
Syakilla ,memejamkan sepasang matanya, lalu mengangguk mantap,”Insya’ Allah, saya akan mendampingi Mas Riyan ke manapun kita pergi.....”
“Terimakasih, Istriku.”

Thursday, November 17, 2011

To Be One

I see rainbow in the sky
Colors that bright in my world
I hear the hummingbirds
Singing a beautiful song
the song of love and life term
the song of peace and hope
I don’t want disturb
I want this to be forever


eventhough we’re not the same different ways
and we walk on different path, different road in this life
can we hold each other hand together
in this world and be as one
it will be a better place better hope
place that gives us peace of mind
filled with love no more tears
place where you and i can love
no more cries on this life
the place for us to be one


By: Gita Gutawa

DESA KU


Ø  Saat terindah di desa ku adalah saat dimana kau dapat melihat jutaan bintang di langit saat malam hari tiba di tengah suara jangkrik
Ø  Saat terindah di desa ku adalah saat kau buka jendela di pagi hari dan kau rasakan udara pegunungan yang begitu dingin dan segar dan nyanyian merdu burung-burung hutan yang berterbangan
Ø  Saat terindah di desa ku adalah saat kau jenuh dengan aktivitas seharian dan berjalan-jalan di tengah sawah yang begitu luas, berjalan-jalan dipinggir sungai, pergi ke laut menikmati deburan ombak, atau naik ke puncak gunung dan melihat bentangan alam ciptaan Allah swt.
Ø  Saat terindah di desa ku adalah saat dimana pada malam hari hujan deras begitu trenyuh dan kan kau dengar paduan suara dari kodok-kodok sawah sesaat setelah hujan
Ø  Saat yang paling indah dan luar biasa di desa ku adalah saat fajar akan muncul, ayam-ayam berkokok bergantian di setiap rumah dan cobalah keluar berjalan menuju masjid maka kan kau dapati senyum luar biasa dari Bintang fajar
avavavavavavavavavavavavavavavavavavava
Dan desa ku adalah begitu tenang, nyaman, berpenduduk ramah, dan yang pasti begitu asri jauh dari keramaian kota.
Desa ku yang ku cinta
Pujaan hati ku
Tempat ayah dan Bunda
dan handai tolan ku
Tak mudah ku lupakan
Tak mudah bercerai
Selalu ku rindukan
Desa ku yang permai

dldldldldldldldldldldldldldldldldldldldldldldl

Saturday, November 12, 2011

Di Ujung Takut



Ya ‘Aliim ku yakin Engkau tahu
Lidah ku kadang begitu munafik
Namun sungguh hati ini adalah indera paling amanah
Ya Samii’ Engkaulah sahabat tangis ku
Sahabat gundah ku
Sahabat keluh ku
Sahabat dikalau jerit ku
Hati ini terketuk kembali, dan ku begitu takut
Kebelum pastian ini membuat ku diam
Ini ke-10 kalinya hati ini begitu terketuk
Hamba tak ingin seperti anak kecil
Yah.. anak kecil yang bermain ayunan
Ku diam dalam istikhoroh mencari kebenaran..



 

Rainbow Story Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea