Wednesday, February 1, 2012

Bercanda Lumrah, tapi......

Posted by Devy Ratriana Amiati at 7:46 PM


            Canda ibarat bumbu masakan sejenis penyedap rasa yang dipromosikan di TV. Banyak teman-teman bilang kalau lagi tutorial (istilah kuliah kedokteran di kampus saya) gak ada canda rasanya hambar, menjenuhkan apalagi udara dingin dari AC serta mahasiswa yang sedikit (1 dosen untuk 15 mahasiswa) rasanya pengen tidur. Selain itu bila sedang ada mata kuliah dari dosen senior yang tittlenya S2, S3, atau profesor bawaannya grogi dan darah bisa membeku bahkan dalam ruangan yang full AC ada yang saking gugubnya ditanya sampai keluar keringat dingin. Hehe.. saya fikir itu situasi umum yang kerap terjadi di masyarakat, maka dari itu disinilah letak canda/celoteh harus berperan.

            Para da’i pun tidak jarang menyelipkan canda ditengah dakwahnya agar daya persuasif yang diterima masyarakat dapat diserap dengan baik, sehingga muncul kesan bahwa islam itu menyenangkan dan syariat yang ada memang demi kebaikan semua makhluk di bumi. Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam pun juga tidak luput dari canda. Beliau terkenal dengan sosok yang familiar, hangat, serta menyenangkan bila bercakap-cakap.

            Abu Hurairah RA menceritakan,”Para sahabat bertanya kepada Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam,”Wahai Rasulullah, apakah engkau jua bersenda gurau bersama kami?” maka Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam menjawab,”Tentu, hanay saja aku akan berkata benar” (HR. Ahmad).

            Dari hadits di atas Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam bila bercanda akan berkata benar. Coba sejenak kita tengok di sekitar kita! Kata-kata dalam candaan yang kerap kali kita dengar dilingkup masyarakat sering kali berisi cacian/hinaan yang asal-asalan dengan slogan “Yang Penting Happy”. Bahkan tidak segan gara-gara bercanda yang berlebihan tersebut imbasnya timbul kebencian pada diri seseorang yang dihina, walaupun niatnya hanya bercanda.

Dan tidak kita soroti pula hal inilah yang sering terjadi dikalangan wanita atau saat ngobrol dalam suatu organisasi yang sisinya laki-laki dan perempuan. Sering kali saya melihat disaat berkumpul bersama sering terlintas candaan-candaan yang cenderung mencela dan melecehkan baik itu melecehkan salah satu dari orang, melecehkan orang tua, bahkan kadang kala bila ada tukang becak yang lewat turut dicela dengan candaan hingga semua yang ada dalam obrolan tertawa.  Kadang bila yang dicela semisal seorang wanita dalam perkumpulan, wanita itu pun ikut tertawa namun yang terjadi saat candaan-candaan itu telah usai dan bubar sering muncul gerutu yang diiringi celaan dari yang dicela tadi kepada sang pencela.

Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam pernah ditanya Mu’adz,”Wahai Nabi Allah, apakah kita dihisab atas apa yang kita katakan?” Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam menjawab,”Celaka dirimu, bukankah tidak ada yang menjerumuskan manusia dalam neraka selain buah (Imbas) dari ucapan-ucapan mereka.” (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

            Bercanda memanglah perlu namun selayaknya kita tidak melupakan isi dari candaan itu, terlebih kita berhadapan dengan masyarakat yang heterogen yang mempunyai karakter berbeda-beda. Bercandalah yang baik dan jangan jadikan candamu itu seperti penyedap rasa, dapat menyedapkan berbagai masakan namun bila digunakan secara berlebihan dan terus menerus dapat menyebabkan kanker, dan gagal ginjal. Wallahu’alam
Semoga Allah swt senantiasa menngingatkan kita dalam setiap langkah. Amien..

0 comments:

Post a Comment

Assalamu'alaikum wr.wb

Wednesday, February 1, 2012

Bercanda Lumrah, tapi......



            Canda ibarat bumbu masakan sejenis penyedap rasa yang dipromosikan di TV. Banyak teman-teman bilang kalau lagi tutorial (istilah kuliah kedokteran di kampus saya) gak ada canda rasanya hambar, menjenuhkan apalagi udara dingin dari AC serta mahasiswa yang sedikit (1 dosen untuk 15 mahasiswa) rasanya pengen tidur. Selain itu bila sedang ada mata kuliah dari dosen senior yang tittlenya S2, S3, atau profesor bawaannya grogi dan darah bisa membeku bahkan dalam ruangan yang full AC ada yang saking gugubnya ditanya sampai keluar keringat dingin. Hehe.. saya fikir itu situasi umum yang kerap terjadi di masyarakat, maka dari itu disinilah letak canda/celoteh harus berperan.

            Para da’i pun tidak jarang menyelipkan canda ditengah dakwahnya agar daya persuasif yang diterima masyarakat dapat diserap dengan baik, sehingga muncul kesan bahwa islam itu menyenangkan dan syariat yang ada memang demi kebaikan semua makhluk di bumi. Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam pun juga tidak luput dari canda. Beliau terkenal dengan sosok yang familiar, hangat, serta menyenangkan bila bercakap-cakap.

            Abu Hurairah RA menceritakan,”Para sahabat bertanya kepada Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam,”Wahai Rasulullah, apakah engkau jua bersenda gurau bersama kami?” maka Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam menjawab,”Tentu, hanay saja aku akan berkata benar” (HR. Ahmad).

            Dari hadits di atas Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam bila bercanda akan berkata benar. Coba sejenak kita tengok di sekitar kita! Kata-kata dalam candaan yang kerap kali kita dengar dilingkup masyarakat sering kali berisi cacian/hinaan yang asal-asalan dengan slogan “Yang Penting Happy”. Bahkan tidak segan gara-gara bercanda yang berlebihan tersebut imbasnya timbul kebencian pada diri seseorang yang dihina, walaupun niatnya hanya bercanda.

Dan tidak kita soroti pula hal inilah yang sering terjadi dikalangan wanita atau saat ngobrol dalam suatu organisasi yang sisinya laki-laki dan perempuan. Sering kali saya melihat disaat berkumpul bersama sering terlintas candaan-candaan yang cenderung mencela dan melecehkan baik itu melecehkan salah satu dari orang, melecehkan orang tua, bahkan kadang kala bila ada tukang becak yang lewat turut dicela dengan candaan hingga semua yang ada dalam obrolan tertawa.  Kadang bila yang dicela semisal seorang wanita dalam perkumpulan, wanita itu pun ikut tertawa namun yang terjadi saat candaan-candaan itu telah usai dan bubar sering muncul gerutu yang diiringi celaan dari yang dicela tadi kepada sang pencela.

Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam pernah ditanya Mu’adz,”Wahai Nabi Allah, apakah kita dihisab atas apa yang kita katakan?” Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam menjawab,”Celaka dirimu, bukankah tidak ada yang menjerumuskan manusia dalam neraka selain buah (Imbas) dari ucapan-ucapan mereka.” (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

            Bercanda memanglah perlu namun selayaknya kita tidak melupakan isi dari candaan itu, terlebih kita berhadapan dengan masyarakat yang heterogen yang mempunyai karakter berbeda-beda. Bercandalah yang baik dan jangan jadikan candamu itu seperti penyedap rasa, dapat menyedapkan berbagai masakan namun bila digunakan secara berlebihan dan terus menerus dapat menyebabkan kanker, dan gagal ginjal. Wallahu’alam
Semoga Allah swt senantiasa menngingatkan kita dalam setiap langkah. Amien..

No comments:

Post a Comment

Assalamu'alaikum wr.wb

 

Rainbow Story Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea