Tuesday, February 14, 2012

Pembentuk Karakter Anak

Posted by Devy Ratriana Amiati at 7:38 PM

Tema: 
Pendidikan Sebagian Pembentuk Karakter dan mental Anak

Latar Belakang:
Pendidikan pada anak tidak dapat terlepas dari peran kedua orang tuanya dan juga lingungannya. Anak tidak dapat dibiarkan berjalan sendiri meski terlihat bandel dan juga terlihat baik-baik saja, karena tanpa disadari nantinya orang tua akan ditanyai dan dimintai pertanggung jawaban atas pendidikan yang diberikan pada anaknya sampai anak berumah tangga sendiri.

Uraian:
Pendidikan adalah unsur paling pokok sebagai pembentukan karakter pada anak.
Pendidikan pada anak ada 3 macam. Pertama adalah pendidikan pre primer, yaitu pendidikan yang diberikan sang saat anak masih dalam kandungan yang meliputi do'a yang selalu dipanjatkan kedua orang tuanya, bacaan ayat-ayat suci Al quran yang diperdengearkan pada si kecil, kasih sayang melalui belaian, asupan gizi yang dikonsumsi ibu, keadaan psikologi ibu, dll adalah pendidikan pre primer yang memperngaruhi tumbuh kembang si kecil di dalam kandungan.

Sedang yang kedua adalah pendidikan primer, yaitu nilai-nilai yang pertama kali diterima anak dari kedua orang tuanya, seperti cara makan dengan tangan kanan, menghormati yang lebih tua, taat dengan perintah orang tua, bagaiman cara bertutur kata yang baik, mengaji, dll adalah pendidikan yang sangat berpengaruh dan sebagai foundation dalam diri anak.

Dan yang ketiga adalah pendidikan sekunder, yaitu pendidikan yang di dapat dari lindungan. Pendidikan sekunder adalah pendidikan paling rawan dari step by step pendidikan yang harus di lewati anak. Karena pendidikan sekunder akan lebih menonjolkan praktik dari pada sekedar teori.

Mencoba mengamati tumbuh kembang beberapa anak. Anak pertama sebut saja si dek A. Sejak masih dalam kandungan dia tinggal di lingkungan baik karena dekat rumahnya mushola, dan ibunya pun selalu mengkonsumsi asupan makanan dengan asupan gizi yang tidak dapat diragukan besarnya, namun sayang sekali sang ibu mempunyai karakter tidak dapat menjaga lesan. Saat sang anak lahir, seperti anak pada umumnya di adzani, di aqiqahi namun sejak masih bayi dia terbiasa mendengar ibunya menggunjing tetangga-tetangganya alhasil sudah dapat di tebak anak tersebut mempunyai foundation yang kurang baik dari segi pendidikan mental dan hasilnya meski sejak kecil dididik di lingkungan agamis, dia tumbuh menjadi pribadi keras yang suka menggunjing orang-orang disekitarnya bahkan tidak segan menggunjing kedua orang tuanya sendiri.

Anak kedua terlahir di keluarga agamis. Sejak masih dalam kandungan hingga lahir kedua orang tuanya selalu memberikan hak-haknya dengan baik sesuai syariat agama. Sejak kecil dia tinggal di pondok. Secara teori anak ini terbilang anak yang cerdas dengan penguasaan bahasa asing (bahasa arab dan inggris) yang bagus, serta pelajaran-pelajaran agama lainnya dapat diacungi jempol, terlebih anak ini adalah penghafal Al-Quran dan sempat mendapatkan biasiswa ke American meski tak diambilnya.
Namun yang disayangkan anak tersebut melupakan teori-teori yang dipelajarinya karena pengaruh lingkungan saat ia lulus dari pondok. Mencoba usut punya usut kedua orang tuanya menganggap dia sudah dewasa, hingga diizikannya bersekolah jauh namun pengaruh media yang sangat dahsyat serta, lingkungan luar yang menyeramkan kini sifat tawadu' dan busana longgar yang dulu ia pakai disimpan diganti pakaian ketat dan jilbab tipis penuh mernak-mernik glamor ala masa kini.

Dan kisah ketiga adalah kisah dari seorang anak yang sejak masih bayi tinggal dilingkungan agamis, dengan kedua orang tuanya yang mengenal agama dengan baik, dengan disiplin ilmu yang turun temurun dibawa keluarganya. Anak tersebut selalu mendapatkan pendidikan yang pas menurut saya yaitu pengertian, kasih sayang, dan kedisiplinan.
Kemudian dia melanjutkan sekolah di pondok. Pendidikan pondok yang begitu disiplin tidak membuatnya kaget, malah semakin senang dan bersemangat. Prestasi demi prestasi tidak membuatnya takabur. Hingga saat ia lulus, keandap asoran dan kehati-hatiannya malah semakin meningkat dan kedekatannya dengan kedua orang tuanya pun masih terjaga meski jauh. Lingkungan masa kini yang bebas membuat anak tersebut semakin memperdalam agama dan tak lupa do'a serta dukungan dari kedua orang tuanya selalu dia minta.

Hmm.. Kisah 3 anak di atas bukanlah kisah tabu, bahkan sering terlintas kisah yang sama di telinga kita dengan beberapa variasi kisah yang menggambarkan betapa pentingnya hubungan antar pendidikan sejak pendidikan pre primer hingga sekunder. Meski yang menulis ini (saya) belum berkeluarga namun dapat saya ambil kesimpulan dan pelajaran bahwa pendidikan yang layak untuk anak adalah:

1. Tauladan sebagai orang tua,. Karena karakter anak pastilah tidak jauh dari karakter-karakter yang dilihatnya dari kedua orang tuanya sejak kecil.

2. Kasih sayang, perhatian, kesabaran dan pengertian adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan untuk menciptakan komunikasi yang baik antara anak dengan orang tua hingga anak telah dewasa.

3. Memilihkan lingkungan yang baik.
Bila pendidikan primer sering mengajarkan dengan banyak teori, maka di lingkunganlah mereka mempraktekkan teori-teori tersebut.
Bila lingkungan mendukung teori yang dibawanya, maka si anak inshaAllah akan lurus. Namun bila teori tidak singkron dengan lingkungan bagi anak yang dapat berfikir jauh dia akan tetap berpegang pada teori, namun bagi yang pertahanan teorinya kalah dia akan memilih lingkungan yang menawarkan kebebasan sedikit aturan.

4. Pendampingan.
Pendampingan disini selayaknya diberikan sampai sang anak benar-benar matang, dapat mengambil keputusan, dan menemukan pengganti kedua orang tuanya (suami/istri). Terlebih anak perempuan, sedewasa apapun tidak dapat begitu saja dilepas. Pendampingan serta bimbingan harus selalu diberikan. Meskipun kewaspadaan harus diberikan lebih pada anak perempuan tidak berarti membiarkan anak laki-laki bebas, nasehat dan kehangatan hubungan harus tetap dijaga agar tumbuh menjadi pribadi dewasa yang matang, dan bijaksana sebagian imam untuk keluarga yang akan dibinanya.

Wallahu'alam...

Sumber: pengamatan diam-diam pada tumbuh kembang anak ^_^

0 comments:

Post a Comment

Assalamu'alaikum wr.wb

Tuesday, February 14, 2012

Pembentuk Karakter Anak


Tema: 
Pendidikan Sebagian Pembentuk Karakter dan mental Anak

Latar Belakang:
Pendidikan pada anak tidak dapat terlepas dari peran kedua orang tuanya dan juga lingungannya. Anak tidak dapat dibiarkan berjalan sendiri meski terlihat bandel dan juga terlihat baik-baik saja, karena tanpa disadari nantinya orang tua akan ditanyai dan dimintai pertanggung jawaban atas pendidikan yang diberikan pada anaknya sampai anak berumah tangga sendiri.

Uraian:
Pendidikan adalah unsur paling pokok sebagai pembentukan karakter pada anak.
Pendidikan pada anak ada 3 macam. Pertama adalah pendidikan pre primer, yaitu pendidikan yang diberikan sang saat anak masih dalam kandungan yang meliputi do'a yang selalu dipanjatkan kedua orang tuanya, bacaan ayat-ayat suci Al quran yang diperdengearkan pada si kecil, kasih sayang melalui belaian, asupan gizi yang dikonsumsi ibu, keadaan psikologi ibu, dll adalah pendidikan pre primer yang memperngaruhi tumbuh kembang si kecil di dalam kandungan.

Sedang yang kedua adalah pendidikan primer, yaitu nilai-nilai yang pertama kali diterima anak dari kedua orang tuanya, seperti cara makan dengan tangan kanan, menghormati yang lebih tua, taat dengan perintah orang tua, bagaiman cara bertutur kata yang baik, mengaji, dll adalah pendidikan yang sangat berpengaruh dan sebagai foundation dalam diri anak.

Dan yang ketiga adalah pendidikan sekunder, yaitu pendidikan yang di dapat dari lindungan. Pendidikan sekunder adalah pendidikan paling rawan dari step by step pendidikan yang harus di lewati anak. Karena pendidikan sekunder akan lebih menonjolkan praktik dari pada sekedar teori.

Mencoba mengamati tumbuh kembang beberapa anak. Anak pertama sebut saja si dek A. Sejak masih dalam kandungan dia tinggal di lingkungan baik karena dekat rumahnya mushola, dan ibunya pun selalu mengkonsumsi asupan makanan dengan asupan gizi yang tidak dapat diragukan besarnya, namun sayang sekali sang ibu mempunyai karakter tidak dapat menjaga lesan. Saat sang anak lahir, seperti anak pada umumnya di adzani, di aqiqahi namun sejak masih bayi dia terbiasa mendengar ibunya menggunjing tetangga-tetangganya alhasil sudah dapat di tebak anak tersebut mempunyai foundation yang kurang baik dari segi pendidikan mental dan hasilnya meski sejak kecil dididik di lingkungan agamis, dia tumbuh menjadi pribadi keras yang suka menggunjing orang-orang disekitarnya bahkan tidak segan menggunjing kedua orang tuanya sendiri.

Anak kedua terlahir di keluarga agamis. Sejak masih dalam kandungan hingga lahir kedua orang tuanya selalu memberikan hak-haknya dengan baik sesuai syariat agama. Sejak kecil dia tinggal di pondok. Secara teori anak ini terbilang anak yang cerdas dengan penguasaan bahasa asing (bahasa arab dan inggris) yang bagus, serta pelajaran-pelajaran agama lainnya dapat diacungi jempol, terlebih anak ini adalah penghafal Al-Quran dan sempat mendapatkan biasiswa ke American meski tak diambilnya.
Namun yang disayangkan anak tersebut melupakan teori-teori yang dipelajarinya karena pengaruh lingkungan saat ia lulus dari pondok. Mencoba usut punya usut kedua orang tuanya menganggap dia sudah dewasa, hingga diizikannya bersekolah jauh namun pengaruh media yang sangat dahsyat serta, lingkungan luar yang menyeramkan kini sifat tawadu' dan busana longgar yang dulu ia pakai disimpan diganti pakaian ketat dan jilbab tipis penuh mernak-mernik glamor ala masa kini.

Dan kisah ketiga adalah kisah dari seorang anak yang sejak masih bayi tinggal dilingkungan agamis, dengan kedua orang tuanya yang mengenal agama dengan baik, dengan disiplin ilmu yang turun temurun dibawa keluarganya. Anak tersebut selalu mendapatkan pendidikan yang pas menurut saya yaitu pengertian, kasih sayang, dan kedisiplinan.
Kemudian dia melanjutkan sekolah di pondok. Pendidikan pondok yang begitu disiplin tidak membuatnya kaget, malah semakin senang dan bersemangat. Prestasi demi prestasi tidak membuatnya takabur. Hingga saat ia lulus, keandap asoran dan kehati-hatiannya malah semakin meningkat dan kedekatannya dengan kedua orang tuanya pun masih terjaga meski jauh. Lingkungan masa kini yang bebas membuat anak tersebut semakin memperdalam agama dan tak lupa do'a serta dukungan dari kedua orang tuanya selalu dia minta.

Hmm.. Kisah 3 anak di atas bukanlah kisah tabu, bahkan sering terlintas kisah yang sama di telinga kita dengan beberapa variasi kisah yang menggambarkan betapa pentingnya hubungan antar pendidikan sejak pendidikan pre primer hingga sekunder. Meski yang menulis ini (saya) belum berkeluarga namun dapat saya ambil kesimpulan dan pelajaran bahwa pendidikan yang layak untuk anak adalah:

1. Tauladan sebagai orang tua,. Karena karakter anak pastilah tidak jauh dari karakter-karakter yang dilihatnya dari kedua orang tuanya sejak kecil.

2. Kasih sayang, perhatian, kesabaran dan pengertian adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan untuk menciptakan komunikasi yang baik antara anak dengan orang tua hingga anak telah dewasa.

3. Memilihkan lingkungan yang baik.
Bila pendidikan primer sering mengajarkan dengan banyak teori, maka di lingkunganlah mereka mempraktekkan teori-teori tersebut.
Bila lingkungan mendukung teori yang dibawanya, maka si anak inshaAllah akan lurus. Namun bila teori tidak singkron dengan lingkungan bagi anak yang dapat berfikir jauh dia akan tetap berpegang pada teori, namun bagi yang pertahanan teorinya kalah dia akan memilih lingkungan yang menawarkan kebebasan sedikit aturan.

4. Pendampingan.
Pendampingan disini selayaknya diberikan sampai sang anak benar-benar matang, dapat mengambil keputusan, dan menemukan pengganti kedua orang tuanya (suami/istri). Terlebih anak perempuan, sedewasa apapun tidak dapat begitu saja dilepas. Pendampingan serta bimbingan harus selalu diberikan. Meskipun kewaspadaan harus diberikan lebih pada anak perempuan tidak berarti membiarkan anak laki-laki bebas, nasehat dan kehangatan hubungan harus tetap dijaga agar tumbuh menjadi pribadi dewasa yang matang, dan bijaksana sebagian imam untuk keluarga yang akan dibinanya.

Wallahu'alam...

Sumber: pengamatan diam-diam pada tumbuh kembang anak ^_^

No comments:

Post a Comment

Assalamu'alaikum wr.wb

 

Rainbow Story Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea