Bismillahirrohmairrohim...
Setahun sudah saya mulai kehidupan
baru, kehidupan baru yang lebih baik. Saya tata pola fikir saya, berbenah. Saya
tanggal kan baju-baju dan celana ketat, saya deleted lagu-lagu cinta nan galau
dalam laptop dan hp, saya buang semua hal di kamar yang membuat saya melupakan Allah, saya lucuti
jilbab-jilbab tipis dan kurang bahan. Saya berbenah, saya coba memakai jilbab
yang lebih syar’i, saya coba memkai rok meski dulu rok yang saya punya hanya
rok sekolah, libur 5 bulan saya gunakan untuk mengaji pada guru private dan saya
coba berteman dengan anak-anak pondok yang pandai agama, saya baca apa saja
yang bisa membuat saya berubah dan disanalah saya dapati rasa malu yang luar
biasa pada pemilik diri.
“Wahai Devy, kemana saja kamu?
Buat apa puasa senin-kamis mu dari MTs hingga detik ini tapi kamu tak pernah
punya rasa malu untuk bermaksiat? Untuk apa prestasi organisasi yang menggunung
namun kamu jarang di rumah untuk membantu ibu mu? Dimana saja dirimu hingga
pintu hati mu tertutup tak mau lagi mengunjungi masjid mengutamakan hp setelah
kamu punya pacar. Wahai devy dimana rasa malu mu?? Apa kau tak sadar kematian
itu akan datang sewaktu-waktu. Apa bekal mu jika maksiat itu masih kau pupuk?
Tidak akan ada yang menolongmu kecuali amal yang kamu usahakan.” 5 bulan
sudah saya kurung diri saya di rumah dan hanya bisa menangis-menangis dan menangis.
Dan tentangan terbesar saya adalah
saat saya harus kuliah, jauh dari orang tua. Bila di rumah memakai jilbab besar
bukan hal yang tabu, tapi saat harus terjun di perkuliahan yang disana jarang
bahkan tidak satupun saya temui teman-teman kedokteran saya memakai jilbab
besar juga dosennya agaknya saya menjadi pemandangan dan pusat perjatian
kakak-kakak tingkat dan dosen-dosen. Belum lagi saat bertemu dengan teman-teman saya yang dulu mereka selalu berkata,"Vy, kamu kok berpakaian seperti itu?kayak ibu-ibu tau!". Bahkan semenjak style ini saya pakai sepertinya saya lebih tua dari usia asli saya, apalagi kalau sudah ngajak adik balita saya ke pasar pasti dikirnya si kecil itu anak saya. Hehe.. saya buat seru-seruan aja, meski banyak ejekan-ejekan gatal dan membuat telinga panas sering terngiang disana sini. Dan memang ini pilihan hidup, dengan begini laki-laki pun akan sangat sungkan mendekati saya. Prinsip "Say NO For Couple Before Meried" pun bisa efektif dicegah, subhanallah. Yang awalnya memang merasa aneh, dan
grogi mau kemana-mana, tapi mencoba saya benahi cara berpakaian saya memadukan
warna-warna mencolok dan lucu disetiap baju dan setidaknya ini menjadi alat
efektif untuk mengkampanyekan jilbab syar’i meski disana-sini musim sekali
style “Hijabers” yang saya rasa masih kurang syar’i karena style dibawah ini masih dipakai:
Ini menjadi pengalaman seru dalam
satu tahun ini, pahit, kecut campur-campur mewarnai hidup saya dan semoga Allah
swt selalu membimbing kita para muslimah yang terus mencoba mencari jalan
kebenaran disisiNya. Amin^^
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete