Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan berdasarkan ingatan penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medik/ dental. Ditinjau dari cara penyampaian cerita, dikenal dua macam anamnesis. Pada Auto Anamnesis, cerita mengenai keadaan penyakit disampaikan sendiri oleh pasien . Disamping itu terdapat keadaan dimana cerita mengenai penyakit ini tidak disampaikan oleh pasien yang bersangkutan, melainkan melalui bantuan orang lain. Keadaan seperti ini dijumpai umpanya pada pasien bisu, ada kesulitan bahasa, penderita yang mengalami kecelakaan atau pada anak-anak kecil. Cara ini disebut Allo Anamnesis (Haryanto, dkk., 1991)
Dari segi inisiatif penyampaian cerita, dikenal pula anamnesis pasif dimana pasien sendirianlah yang menceritakan keadaannya kepada si pemeriksa. Sebaliknya, pada anamnesis aktif penderita perlu dibantu pertanyaan-pertanyaan dalam menyampaikan ceritanya (Haryanto, dkk., 1991)
Menurut Haryanto, dkk. pada saat Anamnesis, biasanya ditanyakan hal-hal berikut:
1. Nama penderita
2. Alamat
3. Pekerjaan
4. Jenis kelamin
Secara jelas sebetulnya tidak terdapat karakteristik konkrit yang berlaku untul pria dan wanita. Namun demikian wanita pada umunya cenderung lebih memperhatikan faktor estetik dibanding laki-laki, sedangkan laki-laki lebih mementingkan rasa enak/nyaman.
Tujuan Anamnesa
Dengan mempelajari manfaat anamnesa dapat mengembangkan pemahaman mengenai masalah medis pasien membuat diagnosis banding. Walaupun telah banyak kemajuan dalam pemeriksaan diagnostik modern, namun anamnesis masih sangat diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang akurat. Akan teatapi, proses ini juga memungkinkan dokter untuk mengenal pasiennya (dan begitu pula sebaiknya) serta memahami masalah medis dalam konteks kepribadian dan latar sosial pasien (Kariyoso, 2003)
Menurut Kariyoso, tujuan anamnesa dapat dibagi sebagai beritkut:
1. Memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka infomasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya dari anamnesis saja. Seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis (Kariyoso, 2003)
2. Untuk membangun yang baik antara seorang dokter dan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya bertemu dengan dokternya akan merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cenderung tertutup. Tugas seorang dokterlah untuk mencairkan hubungan tersebut (Kariyoso, 2003)
3. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter dan paseinnya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerja sama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya (Kariyoso, 2003)
Teknik Anamnesa
Komunikasi dokter kepada pasien dalam satu kesempatan tentunya tidak dapat menuntaskan semua upaya untuk memberikan informasi, melakukan edukasi atau memotivasi pasien dalam rangka menyelesaikan masalah kesehatannya.Jika tanpa penggalian informasi yang akurat, dokter dapat terjerumus ke dalam sesi penyampaian informasi (termasuk nasihat, sugesti atau motivasi dan konseling) secara prematur,akibatnya pasien tidak melakukan sesuai anjuran dokter (Margawati dkk, 2006).
Sesi penggalian informasi dimulai dengan mengenali alasan kedatangan pasien, dimana belum tentu keluhan utama secara medis.Pasien menceritakan keluhan atau apa yang dirasakan sesuai sudut pandangnya. Pasien berada pada posisi sebagai orang yang paling tahu tentang dirinya karena mengalaminya sendiri (Margawati dkk, 2006).
Sesi ini akan berhasil apabila dokter mampu menjadi pendengar yang aktif. Pendengar yang aktif adalah fasilitator yang baik sehingga pasien dapat mengungkapkan kepentingan, harapan, kecemasannya secara terbuka dan jujur. Hal ini akan membantu dokter dalam menggali riwayat kesehatannya yang merupakan data-data penting untuk menegakkan diagnosis untuk itu diperlukan Pengetahuan dan keterampilanmenggali informasi dari pasien yang memerlukan teknik anamnesis dalam menyelesaikan masalah pasien tersebut (Margawati dkk, 2006).
Teknik Penggalian Riwayat Penyakit
Berikut beberapa tekhnik yang dapat dilakukan dokter saat pasien datang:
- Menyilakan masuk dan mengucapkan salam.
- Memanggil/menyapa pasien dengan namanya.
- Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu, menganggap penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak lelah).
- Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter umum, spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi, konsultan tumbuh kembang, dan lain lain)
- Menanyakan, apakah ada yang dikhawatirkannya (Margawati dkk, 2006)
Contoh Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat ditanyakan
- Menurut Anda nyeri tersebut tersebut kadang-kadang atau sering ketika makan atau minum sesuatu? (Margawati dkk, 2006)
- Bagaimana gusi anda dapat berdarah dan apa yang anda rasakan, dapat diceritakan lebih jauh?
Contoh pertanyaan tertutup yang merupakan inti dari anamnesis
- Dibagian gigi mana anda merasakan nyeri tersebut?
- Sampai di bagian gigi mana hal tersebut dirasakan?
- Bagaimana karakteristik dari nyerinya, berdenyut-denyut?
- Nyeri? Amat nyeri? Sampai tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari?
- Berapa lama nyeri berlangsung? Sebentar? Berjam-jam? Berhari-hari?
- Setiap waktu tertentu nyeri tersebut dirasakan? Berulang-ulang? Tidak tentu?
- Apa yang membuatnya lega?
- Apa yang membuatnya kumat? Saat istirahat? Ketika kerja? Sewaktu minum obat tertentu?
- dll (Margawati dkk, 2006).
Dengan kemampuan mengerti harapan, kepentingan, kecemasan, dan kebutuhan pasien, maka pasien tidak memerlukan waktu lebih lama daripada komunikasi berdasarkan kepentingan dokter untuk menegakkan diagnosis. Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus diluruskan (Margawati dkk, 2006).
Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya.Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya (Margawati dkk, 2006).
Di dalam proses komunikasi dokter kepada pasien, sikap profesional ini penting untuk membangun rasa nyaman, aman, dan percaya pada dokter, yang merupakan landasan bagi berlangsungnya komunikasi secara efektif. Sikap profesional ini hendaknya dijalin terus-menerus sejak awal konsultasi, selama proses konsultasi berlangsung, dan di akhir konsultasi (Margawati dkk, 2006).
referensinya mana ?
ReplyDelete