Kata Epidemiologi berasal dari kata Junani
dikemukakan oleh Hypocrates pada 2000 Tahun yang lalu. Dimana Epi
= upon (pada atau
tentang), Demos = people (Penduduk, orang,
manusia, populasi), yang berasal dari istilah demografi (studi kependudukan),
Dan Ologi = knowledge (ilmu pengetahuan).
Perkembangan saat ini, epidemiologi diartikan sebagai
ilmu tentang frekuensi (jumlah), distribusi (penyebaran) dan determinan (faktor
penentu) masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan
perencanaan (development) dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi
masalah kesehatan.
Batuk berdarah
(TBC) tergolong epidemiologi penyakit menular diperkirakan sekitar sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis ini. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien
TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian
akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Demikian juga,
kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan,
persalinan dan nifas (Departemen Kesehatan RI, 2006)
Sekitar
75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50
tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu
kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20
– 30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar
15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk
lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat (Departemen
Kesehatan RI, 2006)
Penyebab
utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:
a. Kemiskinan
pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara negara yang sedang
berkembang.
b. Kegagalan
program TB selama ini. Hal ini diakibatkan oleh:
·
Tidak memadainya
komitmen politik dan pendanaan.
·
Tidak memadainya
organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat, penemuan kasus
/diagnosis yang tidak standar, obat tidak terjamin penyediaannya, tidak
dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang standar, dan sebagainya).
·
Tidak memadainya
tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan obat yang tidak standar, gagal menyembuhkan
kasus yang telah didiagnosis)
·
Salah persepsi
terhadap manfaat dan efektifitas BCG.
·
Infrastruktur
kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami krisis ekonomi atau
pergolakan masyarakat.
c. Perubahan
demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur
kependudukan.
d. Dampak
pandemi infeksi HIV (Departemen Kesehatan RI, 2006)
Situasi
TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak
berhasil disembuhkan, terutama pada negara
yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah TB besar (high burden
countries). Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993, WHO mencanangkan TB
sebagai kedaruratan dunia (global emergency). Munculnya pandemi HIV/AIDS di
dunia menambah permasalahan TB. Koinfeksi TB dengan HIV akan meningkatkan
risiko kejadian TB secara signifikan. Pada saat yang sama, kekebalan ganda
kuman TB terhadap obat anti TB (multidrug resistance = MDR) semakin menjadi
masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan tersebut pada
akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani
(Departemen Kesehatan RI, 2006)
Di
Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di
Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan
jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan
pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang.
Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk (Departemen
Kesehatan RI, 2006)
footnotes:
Departemen
Kesehatan RI. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.
Depkes: Jakarta
0 comments:
Post a Comment
Assalamu'alaikum wr.wb