Wednesday, December 21, 2011

Belajar dari Hari Ini

Posted by Devy Ratriana Amiati at 8:52 AM



               Pagi ini terasa abu-abu, karena semalaman aku mengerjakan tugas hingga setengah 4 pagi. Tugas ku amat molor karena seharian kemarin aku mengurus seminar motivasi dikampus sampai jam 10 malam. Hmm.. hari yang melelahkan, untung hari ini perkuliahan diadakan sore hari jadi bisa agak santai, tapi ya tetep tidak santai karena tugas masih harus diselesaikan pagi ini.

“Sayur.. sayur... Mbak’e sayur.....” teriak ibu penjual sayur langganan ku

Baru bangun nih, mata masih sangat lengket,”Inggeh.. Buk..”

“Inggeh” jawab ibu dengan lembut

                Inilah rutinitas ku, belanja sayur dan lauk untuk makanan hari ini. Walau hampir tiap hari hanya tempe atau tahu atau jamur atau bayam, kadang pula hanya sambal dan tempe, atau ikan asin saja namun bagi ku begitu nikmat meski tak seenak makanan yang biasa dimakan temen-temen ku atau tak seenak pula dengan makanan di rumah. Tapi inilah nikmatnya anak kos, ini seni kawan!!! meski awalnya dulu menggerutu terus bahkan sering nangis karena ndak bisa apa-apa jauh dari ortu, namun lambat laun aku sadar bahwa aku harus belajar mengatur semuanya, demikian pula mengatur keuangan.

               Ibuk tukang sayur yang menjadi langganan ku begitu baik, bahkan aku pun jadi sungkan. aku ndak tau dari mana beliau tau kalau aku sekolah di kedokteran gigi, padahal selama ini aku berusaha merahasiakan identitas program study ku di lingkungan kos perumahan lirboyo karena aku ingin berbaur dengan semua orang biasa saja tanpa ada sekat eh ini kuliahnya di kedokteran, eh ini kuliahnya di kebidanan, eh ini kuliahnya di kebidanana, dll tapi tidak tau kenapa sebagian besar sudah banyak yang tau dan ini membuat aku jadi ndak enak sama ibu penjual sayur salah satunya. Terlihat bahwa beliau sangat sungkan dengan aku, dan sebaliknya aku pun ikut sungkan. Seharusnya aku yang harus lebih, lebih sungkan dengan beliau karena beliau lebih tua dari aku.
   
             Hmm.. dari sinilah mulai muncul dalam benak saya mengapa nantinya orang tidak mampu hisabnya lebih mudah dari pada orang kaya, dan mungkin ini salah satu jawabannya. Orang tak mampu akan selalu rendah hati, dan sopan lan andap asor terhadap siapa saja. Beda halnya dengan orang kaya yang selalu merasa wah.. padahal yang kekal nantinya hanya amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak sholeh.
  
              Hmm... sekilas cerita itu tadi. Hari ini aku hanya membeli jamur, karena pengeluaran untuk minggu ini banyak banget dan beberapa hari mendatang aku mau ke Jember ikut Konferensi PD IPM Jatim jadi agak ngirit, dan sangat ngirit. 2 minggu ini memang sangat melelahkan dan juga minggu pemborosan, uang di dompet menipis dan sulit aku telusuri pengeluaran buat apa. Hmm..

“Tit..tit..tit...” alaram ku berbunyi dan itu menandakan bahwa jam 10.00 pagi, aku harus secepatnya menyisihkan kertas-kertas tugas dan menuju kampus untuk rapat HIMA FKG. Agak males memang karena aku masih sangat lelah dan ngantuk. Berat sekali kepala ku Ya Allah... dan rapat pun selesainya hampir sore. Huh.. tersisa waktu 1 jam untuk kembali ke kos, rencana untuk meletakkan kepala. Alhasil rencana itu gagal karena ingat tugas dan sebelum berangkat tugas harus aku selesaikan :’(

Meski terasa ngawang karena fikiran ½ sadar karena ngantuk yang sangat, alhamdulillah tugas selsai dan terACC tinggal dikumpulkan. Jam menunjukkanpukul 15.00, aku bergegas mandi dan bersiap dengan hem, jilbab, dan rok yang semuanya berwarna ungu bermotif bunga kesukaan ku serta tak lupa fantofel berkaos kaki.

PKN (Pendidikan Kewarganegaraan), yah itulah pelajaran yang aku ikuti hari ini. Dan lagi-lagi saat beberapa kelompok persentasi di depan saya ½ sadar, Demi Allah aku sungguh ngantuk, sampai tak sadar ketiduran.hehe.. Dan saat semua telah usai, seperti biasa aku mengecek absen kelas dan menemui dosen pengajar saat itu minta tanda tangan dan sedikit ngobrol. Kebetulan aku jadi sekertaris di FKG tingkat 1 jadi kemana-mana bawa administrasi yang hmm... lumayan banyak.

Inti cerita ini adalah aku salut pada beliau. Sube’hanallah.. beliaulah dosen pertama yang ku lihat yang begitu sederhana, beliau dosen PKN. Di tengah kemewahan institut dan keglamoran penghuninya beliau tampil begitu bersahaja dengan keilmuan yang dimiliki. Jika banyak dosen pulang pergi mengajar dengan mengendarai mobil begitu halnya mahasiswanya, terutama mahasiswa yang diajar (fakultas kedokteran gigi) dengan mobil-mobil mewah atau motor-motor masa kini, namun tidak dengan beliau. Beliau pulang pergi mengajar menggunakan motor bravo tua ntah tahun berapa yang pasti sangat tua, dan juga helm tak bermerek atau memang bermerek namun karena terlihat sudah lama maka tak lagi dapat dikenali mereknya.

Sube’hanallah.. ini sesuatu yang mengherankan buat ku juga kekaguman luar biasa. Selama di kelas beliau begitu sabar, dan sangat enak kalau menerangkan pelajaran.. Sube’hanallah.. beliau sudah kerja dan yang pasti gajinya juga banyak tapi hidupnya begitu sederhana, nah itu membuat aku kembali berfikir. Tidak lah pantas bila aku berkecil hati dengan apa yang aku punya. Tidaklah pantas bila aku sering membeli barang-barang yang tak penting itu pun uang yang diberikan ortu. Hidup ku kategori sangat cukup, apalagi fasilitas penunjang belajar lengkap telah disediakan. Aku harus banyak bersyukur dengan pendidikan yang diajarkan ortu sejak kecil,”BANYAK UANG JANAGN FOYA-FOYA, SEDIKIT UANG JANGAN MERASA MENDERITA, PERBANYAK SODAQOH”


Hmm.. belajar devy... belajar.. belajar. Akan banyak ilmu yang didapat dari mempelajari pengalaman hidup orang lain.. Mumpung masih muda belum punya tanggungan anak, istri, suami mari terus belajar dan terus maju. Jangan biarkan waktu mudamu terbuang sia-sia dengan hal-hal yang tak bermanfaat atau membawa kemudhorotan.. Semoga untuk kedepan kita selalu diingatkan salam menjalani perjalanan panjang penuh liku ini. Amien ^_^

0 comments:

Post a Comment

Assalamu'alaikum wr.wb

Wednesday, December 21, 2011

Belajar dari Hari Ini




               Pagi ini terasa abu-abu, karena semalaman aku mengerjakan tugas hingga setengah 4 pagi. Tugas ku amat molor karena seharian kemarin aku mengurus seminar motivasi dikampus sampai jam 10 malam. Hmm.. hari yang melelahkan, untung hari ini perkuliahan diadakan sore hari jadi bisa agak santai, tapi ya tetep tidak santai karena tugas masih harus diselesaikan pagi ini.

“Sayur.. sayur... Mbak’e sayur.....” teriak ibu penjual sayur langganan ku

Baru bangun nih, mata masih sangat lengket,”Inggeh.. Buk..”

“Inggeh” jawab ibu dengan lembut

                Inilah rutinitas ku, belanja sayur dan lauk untuk makanan hari ini. Walau hampir tiap hari hanya tempe atau tahu atau jamur atau bayam, kadang pula hanya sambal dan tempe, atau ikan asin saja namun bagi ku begitu nikmat meski tak seenak makanan yang biasa dimakan temen-temen ku atau tak seenak pula dengan makanan di rumah. Tapi inilah nikmatnya anak kos, ini seni kawan!!! meski awalnya dulu menggerutu terus bahkan sering nangis karena ndak bisa apa-apa jauh dari ortu, namun lambat laun aku sadar bahwa aku harus belajar mengatur semuanya, demikian pula mengatur keuangan.

               Ibuk tukang sayur yang menjadi langganan ku begitu baik, bahkan aku pun jadi sungkan. aku ndak tau dari mana beliau tau kalau aku sekolah di kedokteran gigi, padahal selama ini aku berusaha merahasiakan identitas program study ku di lingkungan kos perumahan lirboyo karena aku ingin berbaur dengan semua orang biasa saja tanpa ada sekat eh ini kuliahnya di kedokteran, eh ini kuliahnya di kebidanan, eh ini kuliahnya di kebidanana, dll tapi tidak tau kenapa sebagian besar sudah banyak yang tau dan ini membuat aku jadi ndak enak sama ibu penjual sayur salah satunya. Terlihat bahwa beliau sangat sungkan dengan aku, dan sebaliknya aku pun ikut sungkan. Seharusnya aku yang harus lebih, lebih sungkan dengan beliau karena beliau lebih tua dari aku.
   
             Hmm.. dari sinilah mulai muncul dalam benak saya mengapa nantinya orang tidak mampu hisabnya lebih mudah dari pada orang kaya, dan mungkin ini salah satu jawabannya. Orang tak mampu akan selalu rendah hati, dan sopan lan andap asor terhadap siapa saja. Beda halnya dengan orang kaya yang selalu merasa wah.. padahal yang kekal nantinya hanya amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak sholeh.
  
              Hmm... sekilas cerita itu tadi. Hari ini aku hanya membeli jamur, karena pengeluaran untuk minggu ini banyak banget dan beberapa hari mendatang aku mau ke Jember ikut Konferensi PD IPM Jatim jadi agak ngirit, dan sangat ngirit. 2 minggu ini memang sangat melelahkan dan juga minggu pemborosan, uang di dompet menipis dan sulit aku telusuri pengeluaran buat apa. Hmm..

“Tit..tit..tit...” alaram ku berbunyi dan itu menandakan bahwa jam 10.00 pagi, aku harus secepatnya menyisihkan kertas-kertas tugas dan menuju kampus untuk rapat HIMA FKG. Agak males memang karena aku masih sangat lelah dan ngantuk. Berat sekali kepala ku Ya Allah... dan rapat pun selesainya hampir sore. Huh.. tersisa waktu 1 jam untuk kembali ke kos, rencana untuk meletakkan kepala. Alhasil rencana itu gagal karena ingat tugas dan sebelum berangkat tugas harus aku selesaikan :’(

Meski terasa ngawang karena fikiran ½ sadar karena ngantuk yang sangat, alhamdulillah tugas selsai dan terACC tinggal dikumpulkan. Jam menunjukkanpukul 15.00, aku bergegas mandi dan bersiap dengan hem, jilbab, dan rok yang semuanya berwarna ungu bermotif bunga kesukaan ku serta tak lupa fantofel berkaos kaki.

PKN (Pendidikan Kewarganegaraan), yah itulah pelajaran yang aku ikuti hari ini. Dan lagi-lagi saat beberapa kelompok persentasi di depan saya ½ sadar, Demi Allah aku sungguh ngantuk, sampai tak sadar ketiduran.hehe.. Dan saat semua telah usai, seperti biasa aku mengecek absen kelas dan menemui dosen pengajar saat itu minta tanda tangan dan sedikit ngobrol. Kebetulan aku jadi sekertaris di FKG tingkat 1 jadi kemana-mana bawa administrasi yang hmm... lumayan banyak.

Inti cerita ini adalah aku salut pada beliau. Sube’hanallah.. beliaulah dosen pertama yang ku lihat yang begitu sederhana, beliau dosen PKN. Di tengah kemewahan institut dan keglamoran penghuninya beliau tampil begitu bersahaja dengan keilmuan yang dimiliki. Jika banyak dosen pulang pergi mengajar dengan mengendarai mobil begitu halnya mahasiswanya, terutama mahasiswa yang diajar (fakultas kedokteran gigi) dengan mobil-mobil mewah atau motor-motor masa kini, namun tidak dengan beliau. Beliau pulang pergi mengajar menggunakan motor bravo tua ntah tahun berapa yang pasti sangat tua, dan juga helm tak bermerek atau memang bermerek namun karena terlihat sudah lama maka tak lagi dapat dikenali mereknya.

Sube’hanallah.. ini sesuatu yang mengherankan buat ku juga kekaguman luar biasa. Selama di kelas beliau begitu sabar, dan sangat enak kalau menerangkan pelajaran.. Sube’hanallah.. beliau sudah kerja dan yang pasti gajinya juga banyak tapi hidupnya begitu sederhana, nah itu membuat aku kembali berfikir. Tidak lah pantas bila aku berkecil hati dengan apa yang aku punya. Tidaklah pantas bila aku sering membeli barang-barang yang tak penting itu pun uang yang diberikan ortu. Hidup ku kategori sangat cukup, apalagi fasilitas penunjang belajar lengkap telah disediakan. Aku harus banyak bersyukur dengan pendidikan yang diajarkan ortu sejak kecil,”BANYAK UANG JANAGN FOYA-FOYA, SEDIKIT UANG JANGAN MERASA MENDERITA, PERBANYAK SODAQOH”


Hmm.. belajar devy... belajar.. belajar. Akan banyak ilmu yang didapat dari mempelajari pengalaman hidup orang lain.. Mumpung masih muda belum punya tanggungan anak, istri, suami mari terus belajar dan terus maju. Jangan biarkan waktu mudamu terbuang sia-sia dengan hal-hal yang tak bermanfaat atau membawa kemudhorotan.. Semoga untuk kedepan kita selalu diingatkan salam menjalani perjalanan panjang penuh liku ini. Amien ^_^

No comments:

Post a Comment

Assalamu'alaikum wr.wb

 

Rainbow Story Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea