Wednesday, December 28, 2011

HENING

Posted by Devy Ratriana Amiati at 7:46 AM




Hambar hati ku. Hmm... ntah pikiran apa yang merusak kedamaian dalam diri hingga berakhir pada penghancuran konsentrasi belajar ku. Padahal materi yang belum aku pelajari masih asekitar 150 lembar untuk bahan ujian blog minggu depan, belum lagi beberapa tugas kampus umum, serta padatnya kegiatan di Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah dalam 2 pekan ini ntah itu Konpida PW IPM, Pengajian Akbar di masjid kabupaten, belum lagi Taruna Melati 2. Allah.. aku harus pandai membagi waktu...

            “Mungkin itu saja inti dari rapat kordinasi Taruna Melati 2, tolong masing-masing kordinator bekerja dengan maksimal karena ini adalah agenda besar di Pimpinan Daerah IPM sebelum melangkah pada Taruna Melati 3 di Pimpinan Wilayah IPM. Soal spanduk IPM tolong masing-masing cabang mebawa bendera nanti kita pasang disepanjang jalan menuju Madrasah Ibtida’iyah Muhammadiyah ini. Sebelum kita akhiri mari membaca do’a kafaratul Majelis.” Pimpin Mas Solih, ketua panitia Taruna Melati 2.

            Hadirin yang hadir pun berkomat kamit membaca do’a kafaratul majelis yang isinya:

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.” (HR. Turmudzi, Shahih).

“Nuun wal qolami wamaa yasthuruun.. Wassalamu’alaikum warrohmatullahi wabarrokatuh”

“Wa’alaikumsalam warrohmatullahi wabarrokatuh..” jawab perwakilan pimpinan cabang sekabupaten yang diundang.

Semuaa hadirin pun bersalaman akhwat dengan akhwat begitu halnya ikhwan dengan ikhwan, lalu beranjak meninggalkan masjid milik MIM (Madrasah Ibtida’iyah Muhammadiyah) dengan bersama-sama. Dan aku pun diantara mereka yang kemudian menggambil motor yang aku parkir di bawah pohon mangga.

Selang beberapa menit terdengar suara dari microphone yang tadi dipakai dalam forum,”Untuk seluruh Pimpinan Daerah IPM tolong jangan pulang dulu, dan mohon kembali ke masjid untuk membahas beberapa hal yang berkaitan dengan agenda kerja”

“Yah.. itu pasti suara Mas Imam”

Mas Imam adalah ketua IPM, yang jabatannya merangkap menjadi penanggung jawab setiap acara.

“Assalamu’alaikum warrohmatullahi wabarrokatuh.. Hamdan wa syukrolillah Amma Ba’du. Bersyukur sekali kita masih diberi kesempatan untuk bekumpul walau tadi juga sempat rapat juga. Hehehe” tawanya kecil

“Alhamdulillah.. sholawat serta salam tetap tercurah pada junjungan kita Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam yang membawa kita menuju kejayaan masa dengan menjunjung tinggi Din Allah dijalur Fisabilillah lewat Ikatan Pelajar Muhammadiyah ini. Sebentar saja, disini saya hanya ingin mengevaluasi masa kerja kita yang tinggal beberapa bulan lagi berakhir. Agenda kita........................”

Hampir ½ jam ketua IPM mengevaluasi kinerja Pimpinan Daerah, dan tak sadar aku pun hampir tertidur karena serambi masjid yang lumayan tinggi dan angin pada waktu itu benar-benar semilir, di tambah lagi lantai serta dipan masjid yang terbuat dari marmer menambah dingin suasana. Kegalauan yang membuat ku tidak mood.

“Allahuakbar.. Allahuakbar.......”
Suara adzan membangunkan ku, dan rapat pun untuk sementara waktu dipending hingga jama’ah sholat Dzuhur dilaksanakan.

###

 “Alhamdulillah.... kembali fresh kembali” sambil mengucek-ucek mata, ku duduk dan menyisir rambut panjang ku yang berantakan sehabis tidur. Setiap habis tidur aku selalu senang, karena kamar ku menyatu dengan alam. Kamar yang lumayan luas dan berada dilantai 2 rumah milik Abah dan Ummi ku. Terlebih tempat tidur ku mepet dengan jendela, jadi setiap bangun dan menyingkapkan gorden langsung dapat terlihat indahnya deret pegunungan selatan, yang membentang di sebelah selatan tidak jauh dari rumah, serta burung-burung yang berterbangan dengan bernyanyi ria. Inilah kamar terbaik ku yang enggan aku tinggal dan selalu aku rindukan saat aku merantau mencari ilmu.

“Sabrina.. Jam 16.30, kamu belum sholat kan?” Suara Ummi dari latai bawah

“Astagfirullahal’adzim.. hampir saja aku lupa, bahwa aku belum sholat. Iya Mi” teriak ku sambil bergegas merapikan tempat tidur dan lari menuruni tangga.

###

“Aku tau apa sumber kegalauan ini” ucap ku sambil burung-burung hutan di jendela kamar menjelang senja.

“Iya, aku merindukannya. Merindukan seseorang yang tak pasti. Aku jatuh cinta. Huft... perkara yang mengacaukan fikiran, aku masih belum siap dan juga belum bisa menempatkan hati dalam suatu gambaran cinta”

“Tit..tit..tit...” bunyi suara hand phone ku

“Sabrina ayo sholat dulu Magrib dulu”

Pesan singkat dari Abah.. Yah.. abah memang tidak terlalu banyak bicara seperti Ummi, jika aku di dalam kamar dan Abah ada perlu selalu sms atau telephone jarang sekali teriak-teriak. Hmm... kodrat wanita dan laki-laki memang beda.

“Iya Bah..” teriak ku

Setelah mengambil air wudhu aku, ummi, abah, dan adik-adik ku pergi ke masjid 200 meter dari rumah. Huft.. Suasana magrib ini kelabu, dan amat kelabu.

Hati ku hambar tanpa rasa. Ingin rasanya menceritakan semua beban yang menyapa namun sayang krisis kepercayaan terhadap orang membuat ku lebih banyak diam dalam masalah, karena minimnya orang yang memiliki sifat Amanah dan dari ketidak percayaan pada mereka itu membuat ku selalu berusaha Amanah terhadap siapa saja yang selalu menjadikan aku langganan curahan hati. Selama ini hanya Allah lah tempat keluh kesah ku, tempat ku mengadu segala rasa. Bahkan Allah lah sahabat ku, meski aku sering menyendiri menjauh dari hiruk pikuk namun aku merasa senang-senang saja karena aku yakin Allah disamping ku. Maha Suci yang memiliki Kebesaran, Penguasa Dunia Seisinya.

“Cis.. Acis.. ayo pulang” Adik balita ku menepuk pundak ku dan aku yang menikmati dzikir sontak terkaget.

“Hehe... ayo Wildha.” Sambil tersenyum ku sampirkan sajadah dan bawahan mukena ku dan menggedongnya karena Abah, Ummi dan adik ku yang besar telah lebih dulu pulang.

Dalam perjalanan langkah demi langkah membuat ku menghela nafas dan bercucuran keringat. Aku mulai lelah menggendongnya, dan ku memintanya untuk jalan sendiri,”Dha jalan ya, Mbak capek!” dan dia pun turun dari gendongan ku

Dalam perjalanan berjumapa dengan beberapa orang “Anaknya pinter, ke masjid jalan kaki sendiri” Ucap seorang ibu yang lewat di perempatan saat aku dan adik ku akan menyeberang jalan

“Hehe.. inggeh” jawabku walau dalam hati tertawa karena setiap kali aku mengajak adik balita ku jalan ntah ke pasar atau di tempat keramaian pasti dikiranya dia anak ku, padahal adik kandung ku sendiri.haha

Kami pun menyeberang jalan dan melanjutkan perjalanan. Aku terus saja menatap langit melihat bintang yang begitu banyak dan sube’hanallah luar biasa.

“Acis.. acis.. lihat apa?” tanya adik ku dengan panggilan Acis (Aku) semenjak pertama kali dia dapat bicara.

“iya Dha.. tuh bintangnya banyak ya! Hmm.. bagus”

“Intang Umminya mana Cis?”

“Umminya bintang lagi buat Susu!” jawab ku sambil tersenyum

“Susu Api?”

“Iya, susu Sapi”

“Intangnya ais, Cis?

”Kenapa Bintangnya Nangis?” tanya ku

“Intang dak punya Abah” Hehe.. aku tertawa mendengar pertanyaan lucu adik ku. 

Malam ini memang indah dan sangat indah, ada 2 bintang paling terang diantara jutaan bintang yang tidak begitu terang sempat aku binggung juga, seharusnya hanya ada satu bintang yang harusnya bersinar yaitu Venus yang muncul menjadi Bintang Fajar saat pagi dan juga menjadi Bintang Senja saat menjelang malam, tapi kali ini aku tak tahu bintang itu yang mana. Dan saat aku kembali ke masjid untuk sholat Isya’, ternyata tersisa satu bintang yang tetap bersinar terang dan aku yakin dia adalah bintang Senja.

0 comments:

Post a Comment

Assalamu'alaikum wr.wb

Wednesday, December 28, 2011

HENING





Hambar hati ku. Hmm... ntah pikiran apa yang merusak kedamaian dalam diri hingga berakhir pada penghancuran konsentrasi belajar ku. Padahal materi yang belum aku pelajari masih asekitar 150 lembar untuk bahan ujian blog minggu depan, belum lagi beberapa tugas kampus umum, serta padatnya kegiatan di Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah dalam 2 pekan ini ntah itu Konpida PW IPM, Pengajian Akbar di masjid kabupaten, belum lagi Taruna Melati 2. Allah.. aku harus pandai membagi waktu...

            “Mungkin itu saja inti dari rapat kordinasi Taruna Melati 2, tolong masing-masing kordinator bekerja dengan maksimal karena ini adalah agenda besar di Pimpinan Daerah IPM sebelum melangkah pada Taruna Melati 3 di Pimpinan Wilayah IPM. Soal spanduk IPM tolong masing-masing cabang mebawa bendera nanti kita pasang disepanjang jalan menuju Madrasah Ibtida’iyah Muhammadiyah ini. Sebelum kita akhiri mari membaca do’a kafaratul Majelis.” Pimpin Mas Solih, ketua panitia Taruna Melati 2.

            Hadirin yang hadir pun berkomat kamit membaca do’a kafaratul majelis yang isinya:

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.” (HR. Turmudzi, Shahih).

“Nuun wal qolami wamaa yasthuruun.. Wassalamu’alaikum warrohmatullahi wabarrokatuh”

“Wa’alaikumsalam warrohmatullahi wabarrokatuh..” jawab perwakilan pimpinan cabang sekabupaten yang diundang.

Semuaa hadirin pun bersalaman akhwat dengan akhwat begitu halnya ikhwan dengan ikhwan, lalu beranjak meninggalkan masjid milik MIM (Madrasah Ibtida’iyah Muhammadiyah) dengan bersama-sama. Dan aku pun diantara mereka yang kemudian menggambil motor yang aku parkir di bawah pohon mangga.

Selang beberapa menit terdengar suara dari microphone yang tadi dipakai dalam forum,”Untuk seluruh Pimpinan Daerah IPM tolong jangan pulang dulu, dan mohon kembali ke masjid untuk membahas beberapa hal yang berkaitan dengan agenda kerja”

“Yah.. itu pasti suara Mas Imam”

Mas Imam adalah ketua IPM, yang jabatannya merangkap menjadi penanggung jawab setiap acara.

“Assalamu’alaikum warrohmatullahi wabarrokatuh.. Hamdan wa syukrolillah Amma Ba’du. Bersyukur sekali kita masih diberi kesempatan untuk bekumpul walau tadi juga sempat rapat juga. Hehehe” tawanya kecil

“Alhamdulillah.. sholawat serta salam tetap tercurah pada junjungan kita Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam yang membawa kita menuju kejayaan masa dengan menjunjung tinggi Din Allah dijalur Fisabilillah lewat Ikatan Pelajar Muhammadiyah ini. Sebentar saja, disini saya hanya ingin mengevaluasi masa kerja kita yang tinggal beberapa bulan lagi berakhir. Agenda kita........................”

Hampir ½ jam ketua IPM mengevaluasi kinerja Pimpinan Daerah, dan tak sadar aku pun hampir tertidur karena serambi masjid yang lumayan tinggi dan angin pada waktu itu benar-benar semilir, di tambah lagi lantai serta dipan masjid yang terbuat dari marmer menambah dingin suasana. Kegalauan yang membuat ku tidak mood.

“Allahuakbar.. Allahuakbar.......”
Suara adzan membangunkan ku, dan rapat pun untuk sementara waktu dipending hingga jama’ah sholat Dzuhur dilaksanakan.

###

 “Alhamdulillah.... kembali fresh kembali” sambil mengucek-ucek mata, ku duduk dan menyisir rambut panjang ku yang berantakan sehabis tidur. Setiap habis tidur aku selalu senang, karena kamar ku menyatu dengan alam. Kamar yang lumayan luas dan berada dilantai 2 rumah milik Abah dan Ummi ku. Terlebih tempat tidur ku mepet dengan jendela, jadi setiap bangun dan menyingkapkan gorden langsung dapat terlihat indahnya deret pegunungan selatan, yang membentang di sebelah selatan tidak jauh dari rumah, serta burung-burung yang berterbangan dengan bernyanyi ria. Inilah kamar terbaik ku yang enggan aku tinggal dan selalu aku rindukan saat aku merantau mencari ilmu.

“Sabrina.. Jam 16.30, kamu belum sholat kan?” Suara Ummi dari latai bawah

“Astagfirullahal’adzim.. hampir saja aku lupa, bahwa aku belum sholat. Iya Mi” teriak ku sambil bergegas merapikan tempat tidur dan lari menuruni tangga.

###

“Aku tau apa sumber kegalauan ini” ucap ku sambil burung-burung hutan di jendela kamar menjelang senja.

“Iya, aku merindukannya. Merindukan seseorang yang tak pasti. Aku jatuh cinta. Huft... perkara yang mengacaukan fikiran, aku masih belum siap dan juga belum bisa menempatkan hati dalam suatu gambaran cinta”

“Tit..tit..tit...” bunyi suara hand phone ku

“Sabrina ayo sholat dulu Magrib dulu”

Pesan singkat dari Abah.. Yah.. abah memang tidak terlalu banyak bicara seperti Ummi, jika aku di dalam kamar dan Abah ada perlu selalu sms atau telephone jarang sekali teriak-teriak. Hmm... kodrat wanita dan laki-laki memang beda.

“Iya Bah..” teriak ku

Setelah mengambil air wudhu aku, ummi, abah, dan adik-adik ku pergi ke masjid 200 meter dari rumah. Huft.. Suasana magrib ini kelabu, dan amat kelabu.

Hati ku hambar tanpa rasa. Ingin rasanya menceritakan semua beban yang menyapa namun sayang krisis kepercayaan terhadap orang membuat ku lebih banyak diam dalam masalah, karena minimnya orang yang memiliki sifat Amanah dan dari ketidak percayaan pada mereka itu membuat ku selalu berusaha Amanah terhadap siapa saja yang selalu menjadikan aku langganan curahan hati. Selama ini hanya Allah lah tempat keluh kesah ku, tempat ku mengadu segala rasa. Bahkan Allah lah sahabat ku, meski aku sering menyendiri menjauh dari hiruk pikuk namun aku merasa senang-senang saja karena aku yakin Allah disamping ku. Maha Suci yang memiliki Kebesaran, Penguasa Dunia Seisinya.

“Cis.. Acis.. ayo pulang” Adik balita ku menepuk pundak ku dan aku yang menikmati dzikir sontak terkaget.

“Hehe... ayo Wildha.” Sambil tersenyum ku sampirkan sajadah dan bawahan mukena ku dan menggedongnya karena Abah, Ummi dan adik ku yang besar telah lebih dulu pulang.

Dalam perjalanan langkah demi langkah membuat ku menghela nafas dan bercucuran keringat. Aku mulai lelah menggendongnya, dan ku memintanya untuk jalan sendiri,”Dha jalan ya, Mbak capek!” dan dia pun turun dari gendongan ku

Dalam perjalanan berjumapa dengan beberapa orang “Anaknya pinter, ke masjid jalan kaki sendiri” Ucap seorang ibu yang lewat di perempatan saat aku dan adik ku akan menyeberang jalan

“Hehe.. inggeh” jawabku walau dalam hati tertawa karena setiap kali aku mengajak adik balita ku jalan ntah ke pasar atau di tempat keramaian pasti dikiranya dia anak ku, padahal adik kandung ku sendiri.haha

Kami pun menyeberang jalan dan melanjutkan perjalanan. Aku terus saja menatap langit melihat bintang yang begitu banyak dan sube’hanallah luar biasa.

“Acis.. acis.. lihat apa?” tanya adik ku dengan panggilan Acis (Aku) semenjak pertama kali dia dapat bicara.

“iya Dha.. tuh bintangnya banyak ya! Hmm.. bagus”

“Intang Umminya mana Cis?”

“Umminya bintang lagi buat Susu!” jawab ku sambil tersenyum

“Susu Api?”

“Iya, susu Sapi”

“Intangnya ais, Cis?

”Kenapa Bintangnya Nangis?” tanya ku

“Intang dak punya Abah” Hehe.. aku tertawa mendengar pertanyaan lucu adik ku. 

Malam ini memang indah dan sangat indah, ada 2 bintang paling terang diantara jutaan bintang yang tidak begitu terang sempat aku binggung juga, seharusnya hanya ada satu bintang yang harusnya bersinar yaitu Venus yang muncul menjadi Bintang Fajar saat pagi dan juga menjadi Bintang Senja saat menjelang malam, tapi kali ini aku tak tahu bintang itu yang mana. Dan saat aku kembali ke masjid untuk sholat Isya’, ternyata tersisa satu bintang yang tetap bersinar terang dan aku yakin dia adalah bintang Senja.

No comments:

Post a Comment

Assalamu'alaikum wr.wb

 

Rainbow Story Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea