Saturday, December 17, 2011

Cinta tak Terbatas Waktu

Posted by Devy Ratriana Amiati at 7:45 PM

“Sayang.. sayang.. kau lihat 2 burung yang terbang itu?” Sambil menunjuk..

“Iya, mas saya melihatnya” Sambil tersenyum ku menatap langit yang sepertinya enggan untuk ceria karena mendung yang sejak malam menyelimuti desa ku.


“Sayang, betapa indah alam dipagi ini” Menghela nafas,”Sayang...” Mas Abdullah menatapku begitu dalam dan mengelus tangan ku begitu lembut, hingga udara yang awalnya begitu dingin dan darah yang membeku seakan mencair menjadi sebuah selimut tebal yang begitu hangat.


“Iya mas, a’a’a’ada apa?” seketika ku gugup. Pandangannya merontokkan hati ku seperti pertama kali dia memegang tangan ku setelah Ijab Qobul 4 tahun yang lalu, Allah.. aku benar-benar grogi keringat mengucur deras di hati gugup campur macam-macam, apa yang akan aku lakukan. binggung........


“Dek, kamu ndak apa-apa kan?” tanyanya dengan heran sambil memegang jidat ku seperti mengetes aku sakit atau tidak.


Aku sontak terkaget “Oh..o..o... tidak apa-apa mas, maaf, maaf”


Mas Abdullah pun sontak tertawa,”Hahaha.. kenapa kamu begitu grogi dek? Bukannya kita telah menjadi suami istri? Wajar dong kalau mas pegang tangan kamu. Kayak mas ini siapa aja!” Sambil mengelus kepala ku.



“Huft... iya” Ku hela kan nafas ku dan mencoba menenangkan hati ku. Ya Maklum terakhir kali pacaran saat masuk kelas XII SMA. Ku putuskan pacar ku karena aku merasa tak ada guna istilah pacaran karena prestasi yang aku harap bisa naik dengan pacaran tak terwujud jika ku teruskan bisa saja setan membujukku untuk melakukan hal-hal tak wajar yang sering dilakukan teman-teman ku sedangkan ambisi kedua orang tua agar aku sekolah di fakultas favorit begitu besar kalau dibiarkan berarti aku menghancurkan masa depan ku juga mengecewakan orang tua ku, dari pada dipertahankan ku putuskan pada suatu malam yang menakutkan, karena semalaman aku tak tidur untuk istikhoroh dan melakukan taubatan nasuhah.


Allah benar-benar menyayangi ku, dia tunjukkan semua dosa-dosaku dimalam itu besar kecil, yang aku tau atau tidak semua sangat tampak hingga membuat ku lemah tak berdaya beberapa bulan. Sejak itulah ku mulai berbenah, ku sisihkan semua celana dan baju ketat ku, ku sisihkan semua hal-hal yang berbau cinta, ku kubur dalam-dalam semua barang-barang pemberian mantan pacar ku, jilbab pendek yang dulu sering ku pakai ku sisihkan dan ku ganti dengan jilbab besar menutup dada yang kadang menjadi ejekan orang-orang disekitar ku, dan ku pun kembali jaga jarak dengan laki-laki seperti saat ku belum pacaran dulu.


“Dek...” sapanya dengan mengelus-elus pundak ku


Sontak aku pun kaget,“Astagfirullahal’adzim.. Iya mas, maaf, maaf fikiran saya melayang-layang”
Sambil tersenyum tanpa kecurigaan sedikitpun,”Menghayati pagi ini ya?”


“Eh... iya” ku membalas senyumannya yang begitu indah. Ntah mengapa Mas Abdullah begitu serius di pagi ini, biasanya dia ngajak aku bercanda terus, sedangkan aku yang sering grogi terlihat canggung dan lebih serius. Apalagi kalau dia sedang ngajari aku ngaji sehabis sholat isya’ hmm.. benar-benar mengagnggap aku muridnya, benar-benar ngajari aku dengan telaten kadang kalau pertanyaan konyol muncul dari bibir ku dia yang awalnya serius tiba-tiba terbahak-bahak dan saat aku mulai ngambek dia memperlakukan ku seperti anak TK. Hmm.. suami yang menjengkelkan tapi romantis bahkan selama ini jarang bahkan tidak pernah kami bertengkar karena Mas Abdullah selalu mengajak ku berbicara dengan kepala dingin begitu juga aku yang sejak dulu malas sekali jika berdebat leboh suka sistem musyawaroh yang diajarkan Rasulullah saw. Yah.. Itulah mas Abdullah imam terbaik, tersabar, dan terbijaksana di hatiku saat ini.


“Dek, Betapa indah pagi ini ya? Allah Azza Wa Jalla memang begitu luar biasa menjadikan pagi ini begitu indah dengan burung-burung yang berterbangan. Dan aku enggan dek meninggalkan pagi ini.” Tiba-tiba dia menghela nafas cukup lama,”Huft.. Sube’hanallah... Allhamdulillah.. La Illahaillallah.. Allahuakbar.. Namun sayang keindahan ini adalah sebuah perjalanan, dan sementara. Masih ada negeri yang menjadi akhir dari perjalanan panjang ini.”


“Negeri?” tanya ku dengan wajah bodoh


“Hehe.. negeri akhirat sayang, ya negeri akhirat yang disana ada surga yang mengalir anak-anak sungai dibawahnya, keindahan kekal nan abadi, yang isinya hanya senang dibawah naungan Allah”
Aku termenung kembali mendengar ceritanya,”Hmm.. terus kenapa?” Hmm.. pertanyaan singkat dan bodoh ku membuatnya tertawa terbahak-bahak


”Hahaha.. kamu ini selalu saja”


“Iya deh...” aku pun diam


“Di surga nanti setiap laki-laki ditemani bidadari-bidadari cantik jelita, begitu halnya wanita dan mas ingin adek yang menemani”


“Mas..” tatapan ku menajam padanya


“Iya dek, mas ingin kamu yang menemani nanti. Maka dari itu ayo kita jalani perjalanan panjang ini dengan keistiqomahan. Kita mencari bekal untuk kehidupan di negeri akhirat sama-sama ya. Jika mas lupa adek ingetin, begitu juga mas. Kita melangkah bersama, berjalan bersama, berlaripun kita bersama.”


Senyum ku melebar mendengar ucapannya, sube’hanallah.. dia adalah laki-laki idaman ku, kekasih ku, Mas Abdullah,”Kalau aku lelah gimana kan mas ajak lari terus, gimana coba? Wleekkk...” sambil melet :p


“Ya mas gendong, kita kesananya bareng. Apapun yang terjadi kita harus selalu bersama, meskipun maut memisahkan Din Allah lah yang akan selalu menyatukan kita. Bukan begitu gadis gunung yang aneh?” sambil meledek ku


“Insha Allah.. siap, SEMANGAT!! SEMANGAT!!! Abdullah, Abdul nya Allah..”
Tawa kami pun meledak bersama dengan dia yang mengelus-elus perutku yang sudah 3bulan mengandung calon buah hati kedua kami. Akhirnya bembicaraan hangat itu pun berakhir saat mentari benar-benar naik dipenampang sawah saat dimana kami berjalan-jalan di pagi ini. Dan Aku yakin Zaky anak semata wayang kami juga telah bangun dari mimpi indahnya.



>>>Semoga Allah swt, selalu memberi kita yang terbaik dalam segala hal. Dan yang pasti tetaplah menyusukuri nikmat walau itu sedikit dan tetaplah berfikir positif terhadap apa yang Allah takdirkan untuk kita. SEMANGAT insha Allah lebih barokah. Amien ^_^




Catatan:

#Cerita ini adalah wujud ketidak puasan dan kekecewaan saya membaca Novel Rabithah Cinta yang endingnya ngambang, saya geregetan dan akhirnya membuat cerita sendiri yang nyenggol-nyenggol dikit dengan Novel itu.hahahahaaha... :D

0 comments:

Post a Comment

Assalamu'alaikum wr.wb

Saturday, December 17, 2011

Cinta tak Terbatas Waktu


“Sayang.. sayang.. kau lihat 2 burung yang terbang itu?” Sambil menunjuk..

“Iya, mas saya melihatnya” Sambil tersenyum ku menatap langit yang sepertinya enggan untuk ceria karena mendung yang sejak malam menyelimuti desa ku.


“Sayang, betapa indah alam dipagi ini” Menghela nafas,”Sayang...” Mas Abdullah menatapku begitu dalam dan mengelus tangan ku begitu lembut, hingga udara yang awalnya begitu dingin dan darah yang membeku seakan mencair menjadi sebuah selimut tebal yang begitu hangat.


“Iya mas, a’a’a’ada apa?” seketika ku gugup. Pandangannya merontokkan hati ku seperti pertama kali dia memegang tangan ku setelah Ijab Qobul 4 tahun yang lalu, Allah.. aku benar-benar grogi keringat mengucur deras di hati gugup campur macam-macam, apa yang akan aku lakukan. binggung........


“Dek, kamu ndak apa-apa kan?” tanyanya dengan heran sambil memegang jidat ku seperti mengetes aku sakit atau tidak.


Aku sontak terkaget “Oh..o..o... tidak apa-apa mas, maaf, maaf”


Mas Abdullah pun sontak tertawa,”Hahaha.. kenapa kamu begitu grogi dek? Bukannya kita telah menjadi suami istri? Wajar dong kalau mas pegang tangan kamu. Kayak mas ini siapa aja!” Sambil mengelus kepala ku.



“Huft... iya” Ku hela kan nafas ku dan mencoba menenangkan hati ku. Ya Maklum terakhir kali pacaran saat masuk kelas XII SMA. Ku putuskan pacar ku karena aku merasa tak ada guna istilah pacaran karena prestasi yang aku harap bisa naik dengan pacaran tak terwujud jika ku teruskan bisa saja setan membujukku untuk melakukan hal-hal tak wajar yang sering dilakukan teman-teman ku sedangkan ambisi kedua orang tua agar aku sekolah di fakultas favorit begitu besar kalau dibiarkan berarti aku menghancurkan masa depan ku juga mengecewakan orang tua ku, dari pada dipertahankan ku putuskan pada suatu malam yang menakutkan, karena semalaman aku tak tidur untuk istikhoroh dan melakukan taubatan nasuhah.


Allah benar-benar menyayangi ku, dia tunjukkan semua dosa-dosaku dimalam itu besar kecil, yang aku tau atau tidak semua sangat tampak hingga membuat ku lemah tak berdaya beberapa bulan. Sejak itulah ku mulai berbenah, ku sisihkan semua celana dan baju ketat ku, ku sisihkan semua hal-hal yang berbau cinta, ku kubur dalam-dalam semua barang-barang pemberian mantan pacar ku, jilbab pendek yang dulu sering ku pakai ku sisihkan dan ku ganti dengan jilbab besar menutup dada yang kadang menjadi ejekan orang-orang disekitar ku, dan ku pun kembali jaga jarak dengan laki-laki seperti saat ku belum pacaran dulu.


“Dek...” sapanya dengan mengelus-elus pundak ku


Sontak aku pun kaget,“Astagfirullahal’adzim.. Iya mas, maaf, maaf fikiran saya melayang-layang”
Sambil tersenyum tanpa kecurigaan sedikitpun,”Menghayati pagi ini ya?”


“Eh... iya” ku membalas senyumannya yang begitu indah. Ntah mengapa Mas Abdullah begitu serius di pagi ini, biasanya dia ngajak aku bercanda terus, sedangkan aku yang sering grogi terlihat canggung dan lebih serius. Apalagi kalau dia sedang ngajari aku ngaji sehabis sholat isya’ hmm.. benar-benar mengagnggap aku muridnya, benar-benar ngajari aku dengan telaten kadang kalau pertanyaan konyol muncul dari bibir ku dia yang awalnya serius tiba-tiba terbahak-bahak dan saat aku mulai ngambek dia memperlakukan ku seperti anak TK. Hmm.. suami yang menjengkelkan tapi romantis bahkan selama ini jarang bahkan tidak pernah kami bertengkar karena Mas Abdullah selalu mengajak ku berbicara dengan kepala dingin begitu juga aku yang sejak dulu malas sekali jika berdebat leboh suka sistem musyawaroh yang diajarkan Rasulullah saw. Yah.. Itulah mas Abdullah imam terbaik, tersabar, dan terbijaksana di hatiku saat ini.


“Dek, Betapa indah pagi ini ya? Allah Azza Wa Jalla memang begitu luar biasa menjadikan pagi ini begitu indah dengan burung-burung yang berterbangan. Dan aku enggan dek meninggalkan pagi ini.” Tiba-tiba dia menghela nafas cukup lama,”Huft.. Sube’hanallah... Allhamdulillah.. La Illahaillallah.. Allahuakbar.. Namun sayang keindahan ini adalah sebuah perjalanan, dan sementara. Masih ada negeri yang menjadi akhir dari perjalanan panjang ini.”


“Negeri?” tanya ku dengan wajah bodoh


“Hehe.. negeri akhirat sayang, ya negeri akhirat yang disana ada surga yang mengalir anak-anak sungai dibawahnya, keindahan kekal nan abadi, yang isinya hanya senang dibawah naungan Allah”
Aku termenung kembali mendengar ceritanya,”Hmm.. terus kenapa?” Hmm.. pertanyaan singkat dan bodoh ku membuatnya tertawa terbahak-bahak


”Hahaha.. kamu ini selalu saja”


“Iya deh...” aku pun diam


“Di surga nanti setiap laki-laki ditemani bidadari-bidadari cantik jelita, begitu halnya wanita dan mas ingin adek yang menemani”


“Mas..” tatapan ku menajam padanya


“Iya dek, mas ingin kamu yang menemani nanti. Maka dari itu ayo kita jalani perjalanan panjang ini dengan keistiqomahan. Kita mencari bekal untuk kehidupan di negeri akhirat sama-sama ya. Jika mas lupa adek ingetin, begitu juga mas. Kita melangkah bersama, berjalan bersama, berlaripun kita bersama.”


Senyum ku melebar mendengar ucapannya, sube’hanallah.. dia adalah laki-laki idaman ku, kekasih ku, Mas Abdullah,”Kalau aku lelah gimana kan mas ajak lari terus, gimana coba? Wleekkk...” sambil melet :p


“Ya mas gendong, kita kesananya bareng. Apapun yang terjadi kita harus selalu bersama, meskipun maut memisahkan Din Allah lah yang akan selalu menyatukan kita. Bukan begitu gadis gunung yang aneh?” sambil meledek ku


“Insha Allah.. siap, SEMANGAT!! SEMANGAT!!! Abdullah, Abdul nya Allah..”
Tawa kami pun meledak bersama dengan dia yang mengelus-elus perutku yang sudah 3bulan mengandung calon buah hati kedua kami. Akhirnya bembicaraan hangat itu pun berakhir saat mentari benar-benar naik dipenampang sawah saat dimana kami berjalan-jalan di pagi ini. Dan Aku yakin Zaky anak semata wayang kami juga telah bangun dari mimpi indahnya.



>>>Semoga Allah swt, selalu memberi kita yang terbaik dalam segala hal. Dan yang pasti tetaplah menyusukuri nikmat walau itu sedikit dan tetaplah berfikir positif terhadap apa yang Allah takdirkan untuk kita. SEMANGAT insha Allah lebih barokah. Amien ^_^




Catatan:

#Cerita ini adalah wujud ketidak puasan dan kekecewaan saya membaca Novel Rabithah Cinta yang endingnya ngambang, saya geregetan dan akhirnya membuat cerita sendiri yang nyenggol-nyenggol dikit dengan Novel itu.hahahahaaha... :D

No comments:

Post a Comment

Assalamu'alaikum wr.wb

 

Rainbow Story Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea