Monday, December 19, 2011

MEMBISIK RINDU Bagian 3

Posted by Devy Ratriana Amiati at 3:56 PM


Rasa ku merasakan juga dirasakan
Tapi tak dapat dilihat hanya terasa
Terasa oleh perasaan yang tak pernah lelah
Menjadi jembatan ungkapan perasaan
Lewat perasaan ku ungkapkan sebuah rasa
Rasa yang sederhana namun memberikan
Dahsyatnya arti perasaan
Tak dapat ku elak, tak dapat ku tolak
Jika akhirnya rasa ini harus ku hapus
Bersama perasaan baru yang menggoyahkan

            Ntah, mengapa daun mangga di depan kos ku begitu mudah jatuh. Padahal ini musim hujan. Hmm.. ntahlah apa yang menggerakkan Mas Fikar mengatakan hal itu dan mungkin juga salah ku membiarkan perasaan ini menari-nari tanpa sekat. Aku menyadari Tuhan.. begitu mudah ku melalikan peringatanMu.

“Maksut mas, hmm... berat memang mas mengungkapkan ini.” Nada suaranya mulai melemah

“Ada apa mas? Mas baik-baik saja kan?” tanya ku sangat kawatir

“Dek, sejujurnya 9 hari ini mas sholat istikhoroh dan mas mulai bertafakur. Tak bisa dipungkiri bahwa selama ini mas menyukai adik. Namun mas tak dapat melangkah karena mas takut bila apa yang mas pilih tidak di ridhoi Allah. Mas mencoba bersabar, dan alhasil Allah memberi jawabannya.”

Aku pun mendadak ingin menangis,“Mas....”

“Iya, dek mas maaf dan benar-benar minta maaf. Sepertinya apa yang terjadi antar kita selama ini adalah suatu dosa. Kita membiarkan perasaan kita begitu bebas, bahkan mas sendiri jadi lupa atas apa yang dulu pernah mas sampaikan saat mas mengabdi di pondok, juga saat mas mengajar tauhid di masjid. Adik ingat bahwa hal-hal yang berpotensi dosa itu sangat banyak. Dan sepertinya selama ini kita telah melakukan Zina”

Tanya ku dengan sangat heran,“Zina? Kita kan hanya berkomunikasi lewat hand phone”

“Iya, kita melakukan zina hati dek. Adek jujur sama mas, selama ini adek juga menyimpan rasa kan sama mas?” pertanyaan yang membuat persendian ku meradang, ini bukan osteoporosis, bukan kifosis, lekosis, juga bukan sitosis tapi ini peradangan imbas dari perasaan
“Hmmmm....” aku tak dapat menjawab karena benar-benar lemas
“Mas tau kok dek, dan itu yang membuat mas juga senang. Namun sayang mas tak dapat melanjutkan komunikasi ini. Allah memberikan kemantapan dalam istikhoroh untuk lebih focus kuliah. Mas minta maaf, dan sangat minta maaf ya dek.”

Oh Angin
Dari mana datang mu
Berhembus meniupku
Bagai alunan lagu
Sejuk menyejukkan kabu
Oh Angin bawalah daku
Melayang bersama mu

“Hmm...” aku masih saja diam dan terus beristighfar

Allah aku tak bisa menjawab. Aku lemah, rasa ini harus ku akhiri begitu saja. Bak ranting pohon muda yang masih kuat yang dipaksa patah. Apa ini? Kenapa? Aku selama ini biasa saja, meski aku dekat dengan dia aku berusaha terus mengendalikan perasaan ku. Agar tak agresif seperti wanita-wanita lainnya yang mendekati Mas Fikar. Mengapa begitu lemah kali ini. Aku binggung Allah.. aku binggung.. aku gundah.. hati ku benar-benar meradang.

“Dek, Dek A’yun baik-baik saja kan? Mas minta maaf ya?”

“Iya mas, ndak apa-apa. SEMNAGAT” ungkapan semangat yang menipu

“Oh.. alhamdulillah, tapi...... benar tak apa-apa?”

“Gak kok mas, SEMANGAT! A’yun masih SEMANGAT kok” benar-benar inilah bembohongan pertama eh mungkin kedua atau ketiga yang aku lakukan atas perasaan tapi ini paling dahsyat karena secara langsung

“Alhamdulillah... nanti adek jangan lupa sholat tobat ya. Dan satu hal, jangan lagi memasukkan nama mas dalam do’a adik”

            Allah.... Astagfirullahal’adzim.... aku tak kuat kali ini, air mata ku harus mengalir deras. Aku benar-benar sedih. Aku sedih. Selama ini do’alah yang selalu menyampaikan rindu ku padanya, do’alah yang selalu mengobati kegelisahan ku, do’a jembatannya.

“Iya mas......” singakat karena tak kuat

“Tetap semangat ya dek, kalau ada masalah sms aja. Jangan sungkan. Semoga allah menganpuni dosa-dosa kita selama ini, dan selalu menjaga dan membimbing langkah kita. Amien. Mas pamit dulu, ada beberapa aktivitas yang harus mas lakukan. Maaf ya dek, wassalamu’alaikum wr.wb”

“Iya, wa’alaikumsalam wr.wb”

TUT...TUT...TUT.............

            Aku sedih.. sedih,,Allah.................. tangis ini membuat ku down. Dan ku putuskan untuk pergi ke masjid dekat kos, berdiam disana menangis sepuasnya hingga pukul 21.30 malam bahkan berhari-hari setelah kuliah aku menyendiri dalam masjid, sampai ibu-ibu masjid binggung terhadap tangis ku.

5 bulan semenjak kejadian itu membuat ku lebih dan sangat cuek pada laki-laki, dan mendorong ku untuk terus belajar. Yah.. meski aku bukan lulusan pondok pesantren, juga bukan dari sekolah bertittle agama. Meski sempat dulu mengenyam pendidikan di madrasah tsanawiyah. Namun tetap saja TK, SD, SMA, dan Fakultas Kedokteran adalah sekolah umum yang hanya diisi 2 jam pelajaran agama selama satu minggu. Bahkan di fakultas kedokteran ini, aku menerima pelajaran agama hanya di semester 1 semester selanjutnya focus kedokteran.

            Sesekali aku minder melihat gadis-gadis lulusan pondok pesantren yang begitu cerdas dalam agama, sangat mengerti batasan-batasan dan hukum agama. Namun inilah jalan hidup yang Allah berikan, tak dapat ku tangisi, tak dapat ku sesali. Kisah hidup ini memberi sebuah belajaran besar agar aku terus membaca, lebih peka terhadap situasi agar iffah dan izzah ku tetap terjaga, karena nantinya penghuni neraka terbanyak adalah dari kaum ku, wanita.

Meski kedua orang tua ku telah mengajukan sebuah nama. Sesorang yang sempat aku benci karena di tengah kesedihan nama itu selalu disebut pagi, siang, sore, bahkan malam, alhasil setelah sakit hati ini sembuh perasaan ini mendorong untuk mencintainya, namun maaf aku harus diam karena perasaan ku saat ini masih labil belum kembali utuh. Aku tak boleh gegabah, aku harus menyelesaikan kedokteran ku tepat waktu dan membawa ilmu yang dapat aku sumbangkan untuk masyarakat. Biarlah Allah memilihkan untuk ku dan biarlah bintang fajar menjadi obat rindu pada dia yang akan menjadi imam terbaik ku. karena aku yakin dia juga merindukan ku....

0 comments:

Post a Comment

Assalamu'alaikum wr.wb

Monday, December 19, 2011

MEMBISIK RINDU Bagian 3



Rasa ku merasakan juga dirasakan
Tapi tak dapat dilihat hanya terasa
Terasa oleh perasaan yang tak pernah lelah
Menjadi jembatan ungkapan perasaan
Lewat perasaan ku ungkapkan sebuah rasa
Rasa yang sederhana namun memberikan
Dahsyatnya arti perasaan
Tak dapat ku elak, tak dapat ku tolak
Jika akhirnya rasa ini harus ku hapus
Bersama perasaan baru yang menggoyahkan

            Ntah, mengapa daun mangga di depan kos ku begitu mudah jatuh. Padahal ini musim hujan. Hmm.. ntahlah apa yang menggerakkan Mas Fikar mengatakan hal itu dan mungkin juga salah ku membiarkan perasaan ini menari-nari tanpa sekat. Aku menyadari Tuhan.. begitu mudah ku melalikan peringatanMu.

“Maksut mas, hmm... berat memang mas mengungkapkan ini.” Nada suaranya mulai melemah

“Ada apa mas? Mas baik-baik saja kan?” tanya ku sangat kawatir

“Dek, sejujurnya 9 hari ini mas sholat istikhoroh dan mas mulai bertafakur. Tak bisa dipungkiri bahwa selama ini mas menyukai adik. Namun mas tak dapat melangkah karena mas takut bila apa yang mas pilih tidak di ridhoi Allah. Mas mencoba bersabar, dan alhasil Allah memberi jawabannya.”

Aku pun mendadak ingin menangis,“Mas....”

“Iya, dek mas maaf dan benar-benar minta maaf. Sepertinya apa yang terjadi antar kita selama ini adalah suatu dosa. Kita membiarkan perasaan kita begitu bebas, bahkan mas sendiri jadi lupa atas apa yang dulu pernah mas sampaikan saat mas mengabdi di pondok, juga saat mas mengajar tauhid di masjid. Adik ingat bahwa hal-hal yang berpotensi dosa itu sangat banyak. Dan sepertinya selama ini kita telah melakukan Zina”

Tanya ku dengan sangat heran,“Zina? Kita kan hanya berkomunikasi lewat hand phone”

“Iya, kita melakukan zina hati dek. Adek jujur sama mas, selama ini adek juga menyimpan rasa kan sama mas?” pertanyaan yang membuat persendian ku meradang, ini bukan osteoporosis, bukan kifosis, lekosis, juga bukan sitosis tapi ini peradangan imbas dari perasaan
“Hmmmm....” aku tak dapat menjawab karena benar-benar lemas
“Mas tau kok dek, dan itu yang membuat mas juga senang. Namun sayang mas tak dapat melanjutkan komunikasi ini. Allah memberikan kemantapan dalam istikhoroh untuk lebih focus kuliah. Mas minta maaf, dan sangat minta maaf ya dek.”

Oh Angin
Dari mana datang mu
Berhembus meniupku
Bagai alunan lagu
Sejuk menyejukkan kabu
Oh Angin bawalah daku
Melayang bersama mu

“Hmm...” aku masih saja diam dan terus beristighfar

Allah aku tak bisa menjawab. Aku lemah, rasa ini harus ku akhiri begitu saja. Bak ranting pohon muda yang masih kuat yang dipaksa patah. Apa ini? Kenapa? Aku selama ini biasa saja, meski aku dekat dengan dia aku berusaha terus mengendalikan perasaan ku. Agar tak agresif seperti wanita-wanita lainnya yang mendekati Mas Fikar. Mengapa begitu lemah kali ini. Aku binggung Allah.. aku binggung.. aku gundah.. hati ku benar-benar meradang.

“Dek, Dek A’yun baik-baik saja kan? Mas minta maaf ya?”

“Iya mas, ndak apa-apa. SEMNAGAT” ungkapan semangat yang menipu

“Oh.. alhamdulillah, tapi...... benar tak apa-apa?”

“Gak kok mas, SEMANGAT! A’yun masih SEMANGAT kok” benar-benar inilah bembohongan pertama eh mungkin kedua atau ketiga yang aku lakukan atas perasaan tapi ini paling dahsyat karena secara langsung

“Alhamdulillah... nanti adek jangan lupa sholat tobat ya. Dan satu hal, jangan lagi memasukkan nama mas dalam do’a adik”

            Allah.... Astagfirullahal’adzim.... aku tak kuat kali ini, air mata ku harus mengalir deras. Aku benar-benar sedih. Aku sedih. Selama ini do’alah yang selalu menyampaikan rindu ku padanya, do’alah yang selalu mengobati kegelisahan ku, do’a jembatannya.

“Iya mas......” singakat karena tak kuat

“Tetap semangat ya dek, kalau ada masalah sms aja. Jangan sungkan. Semoga allah menganpuni dosa-dosa kita selama ini, dan selalu menjaga dan membimbing langkah kita. Amien. Mas pamit dulu, ada beberapa aktivitas yang harus mas lakukan. Maaf ya dek, wassalamu’alaikum wr.wb”

“Iya, wa’alaikumsalam wr.wb”

TUT...TUT...TUT.............

            Aku sedih.. sedih,,Allah.................. tangis ini membuat ku down. Dan ku putuskan untuk pergi ke masjid dekat kos, berdiam disana menangis sepuasnya hingga pukul 21.30 malam bahkan berhari-hari setelah kuliah aku menyendiri dalam masjid, sampai ibu-ibu masjid binggung terhadap tangis ku.

5 bulan semenjak kejadian itu membuat ku lebih dan sangat cuek pada laki-laki, dan mendorong ku untuk terus belajar. Yah.. meski aku bukan lulusan pondok pesantren, juga bukan dari sekolah bertittle agama. Meski sempat dulu mengenyam pendidikan di madrasah tsanawiyah. Namun tetap saja TK, SD, SMA, dan Fakultas Kedokteran adalah sekolah umum yang hanya diisi 2 jam pelajaran agama selama satu minggu. Bahkan di fakultas kedokteran ini, aku menerima pelajaran agama hanya di semester 1 semester selanjutnya focus kedokteran.

            Sesekali aku minder melihat gadis-gadis lulusan pondok pesantren yang begitu cerdas dalam agama, sangat mengerti batasan-batasan dan hukum agama. Namun inilah jalan hidup yang Allah berikan, tak dapat ku tangisi, tak dapat ku sesali. Kisah hidup ini memberi sebuah belajaran besar agar aku terus membaca, lebih peka terhadap situasi agar iffah dan izzah ku tetap terjaga, karena nantinya penghuni neraka terbanyak adalah dari kaum ku, wanita.

Meski kedua orang tua ku telah mengajukan sebuah nama. Sesorang yang sempat aku benci karena di tengah kesedihan nama itu selalu disebut pagi, siang, sore, bahkan malam, alhasil setelah sakit hati ini sembuh perasaan ini mendorong untuk mencintainya, namun maaf aku harus diam karena perasaan ku saat ini masih labil belum kembali utuh. Aku tak boleh gegabah, aku harus menyelesaikan kedokteran ku tepat waktu dan membawa ilmu yang dapat aku sumbangkan untuk masyarakat. Biarlah Allah memilihkan untuk ku dan biarlah bintang fajar menjadi obat rindu pada dia yang akan menjadi imam terbaik ku. karena aku yakin dia juga merindukan ku....

No comments:

Post a Comment

Assalamu'alaikum wr.wb

 

Rainbow Story Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea