Monday, December 19, 2011

MEMBISIK RINDU Bagian 2

Posted by Devy Ratriana Amiati at 1:19 AM



“Kesalahan Milik saya, karena Kebenaran Hanya Milik Allah swt. Nuun wal qolami wamaa yasthuruun... Wassalamu’alaikum wr.wb”


“Wa’alaikumsalam wr.wb” jawab kami serempak
           
Alhamdulillah.. terasa menyenangkan sore ini. Ujian Nasional telah usai, SNMPTN telah ku lewati tinggal menunggu hasil dari pemerintah. Semoga Allah memberi yang terbaik pada saya.


“Assalamu’alaikum, Dek” sapa Mas Fikar dengan senyuman
Dan aku pun menjawab,”Wa’alaikumsalam wr.wb”


            Ntah apa yang menggerakkan Mas Fikar sore itu yang tiba-tiba tidak beranjak dari duduknya meski saya dan 4 teman saya yang kusus belajar tauhid padanya telah bersiap pulang dan menyisakan saya yang masih beres-beres bangku. Biasanya sehabis salam Mas Fikar langsung pergi, tanpa ekspresi meskipun kami telah lama dekat bahkan sering sms dan juga telepon berdiskusi agama.


“Belum selesai dek?”


Aku terkaget dengan sapaannya, juga bercampur grogi,”Eh... iya.. hehe..”


“Sini mas bantu, adek pulang saja. Mejanya nanti biar mas saja yang beresin!”
Berdirilah mas fikar dan mengangkat meja panjang yang tadinya kami buat mengaji.


Sebenarnya ada alasan mengapa saat itu aku berlama-lama duduk dan agak menunda beres-beres karena ingin berdiskusi secara langsung dengan dia. Meski takut sih karena apabila dua orang laki-laki perempuan bersama orang ketiganya setan bukan? Hmm.. takut memang namun ku pikir masih banyak bapak-bapak dan ibu-ibu ta’mir masjid yang 7 m disebelah ku sedang mengajari ngaji anak SD-SMP.


“Loh.. kok masih disini?” tanyanya agak heran


“Hehe.. iya mas, ingin sharing aja.”


“Ehmm.. okey deh,.. kita duduk di sana saja supaya tidak menimbulkan fitnah” Mas fikar menunjuk Madin (Madrasah Diniyah) yang disana tidak sepi karena di dalam Madin banyak anak TK yang sedang belajar mengaji.


            Kami pun duduk di dekat, Bapak Takmir yang sedang mengajar ngaji. Awalnya agak gak enak, namun mungkin itu salah satu cara Mas Fikar agar tidak ada dugaan-dugaan salah dari orang lain tentang kita. Yah.. kita berdua.


            Cinta ini memang terasa aneh. Berkali-kali ku berusaha menyangkal akan perasaan ini. Karena tak mungkin ku mencintai guru ngaji sendiri, namun apa daya ternyata cinta ini naik turun. Kadang dapat ku kendalikan, namun kadang kala tak bisa ku berkata “TIDAK” pada hati bahwa inilah cinta.


“Mau tanya apa dek?”


“Eh.. iya... iya,..hehe” gaya kekanak-kanakan ku mulai muncul


“Mas, kalau wanita sedang datang bulan boleh ndak masuk masjid? Soalnya selama ini A’yun taunya boleh, tapi ada orang bilang gak boleh. Terus gimana?”


Sambil senyum mas Fikar menjelaskan,”Jumhur ulama, di antaranya imam madzhab yang empat, sepakat bahwa wanita yang haid tidak boleh berdiam (al-lubts) di dalam masjid, karena ada hadits Nabi Saw yang mengharamkannya. Nah itu pendapat pertama A’yun dalam buku Muhammad bin Abdurrahman, Rohmatul Ummah fi Ikhtilaf Al-A’immah, hal. 17.
Terus pendapat kedua muncul dari Imam Dawud Azh-Zhahiri membolehkan wanita haid dan orang junub berdiam di masjid dalam Ash-Shan’ani, Subulus Salam, I/92.
Lalu ada lagi pendapat ketiga, namun pendapat yang kuat adalah pendapat jumhur yang mengharamkannya. Dalilnya adalah sabda Rasulullah Saw:
“Sesungguhnya aku tidak menghalalkan masjid bagi wanita yang haid dan orang junub.” [HR.Abu Dawud]. Hadits ini shahih menurut Ibn Khuzaimah. Lihat Subulus Salam, I/92. Menurut Ibn al-Qaththan, hadits ini hasan, Kifayatul Akhyar, I/80.
Lalu ada lagi nih dek, pendapat keempat yang dimaksud berdiam (al-lubtsu, atau al-muktsu) artinya berdiam atau tinggal di masjid, misalnya duduk untuk mengisi atau mendengarkan pengajian, atau tidur di dalam masjid. Tidak ada bedanya apakah duduk atau berdiri. Berjalan mondar-mandir (at-taraddud) di dalam masjid, juga tidak dibolehkan bagi wanita haid. Ada pada Taqiyuddin al-Husaini, Kifayatul Akhyar, I/80.
Adapun jika seorang wanita haid sekedar lewat atau melintas (al-murur) di dalam masjid karena suatu keperluan, maka itu tidak apa-apa. Dengan catatan wanita itu tidak merasa khawatir akan mengotori masjid. Dalilnya, Nabi Saw pernah memerintah A’isyah untuk membawa khumrah (semacam sajadah) yang ada di masjid. Lalu A’isyah berkata, “Sesungguhnya aku sedang haid.” Rasul bersabda,”Sesungguhnya haidhmu itu bukan berada di tanganmu.” [HR. Muslim]. Selain itu, ada riwayat lain bahwa Maimunah ra pernah berkata, “Salah seorang dari kami pernah membawa sajadah ke masjid lalu membentangkannya, padahal dia sedang haidh.” [HR. an-Nasâ’i).
Jadi intinya itu perbedaan pendapat. Pendapat pertama; melarang (mengharamkan) yaitu pendapat Imam 4 Madzab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad). Ini sangat kuat sekali. 4 madzhab adalah pendapat yang dipakai di seluruh dunia, seperti indonesia yang mayoritasnya kita adalah bermadzhab syafi'i. Pendapat kedua; membolehkan dengan penjelasan di atas. Yaitu pendapatnya Daud ad-Dzahiri (dari golongan dzohiriyah). Nah sekarang A’yun milih yang mana?”
         
    Aku hanya mengangguk-angguk mendengar cerita dia bak orang berpidato itu. Allah... panjang sekali ceritanya. Dia memang laki-laki cerdas. Ini masih pendek menurutku, biasanya ½ - 1 jam non stop dia bercerita bila aku belum memahami. Dan dia akan terus menjelaskan sampai aku benar-benar faham.


“A’yun nyari aman saja, mas.hehe” sambil tersenyum kecil karena terheran-heran


“Lalu kalau baca Al Quran gimana mas? Kan ada yang bilang boleh, ada juga yang bilang ndak boleh?” sahut ku lagi


“Orang haid/junub tidak boleh pegang Qur'an. Yg diperbolehkan berdzikir, atau kalau kita hafal becaan Qur'an dari surat2 pendek. Maka ga pa2. Yg penting intinya baca quran boleh, tapi jangan pegang mushaf qurannya. Ya diisi aja waktu dg dzikir. Allah Maha Mengetahui segala amal hamba-Nya.” Jawabnya dengan singkat dan padat


“Hmm.. jadi wanita itu agak ribet juga ya mas, ibadah ndak bisa lancar karena haid”


Mas Fikar tertawa kecil,”Hehe.. tapi do’a wanita itu cepat dikabulkan lo ketimbang do’a laki-laki”


“Kok bisa?” tanya ku


“Karena hati wanita lebih halus dari pada laki-laki, dan Allah melebihkan hal itu pada wanita” sambil tersenyum..
          
   Hmm.. Mas Fikar memang cakep, cakep hatinya maksut aku. Andai jodoh ku nanti seperti dia..


“Hehe,, terimakasih mas” ucapku sambil membalas senyumnya


Sudah benar-benar jelas? Nanti kalau binggung sms okey”


“Sip deh..” jawab ku agak grogi


“Assalamu’alaikum” begitu saja dia bangkit dari duduknya tanpa ekspresi langsung pergi


“Wa’alaikumsalam wr.wb” jawab ku pelan


            Senja sore ini menghantarkan ku menuju rumah, dengan hati berbunga-bunga. Tapi yang masih menjadi satu pertanyaan dalam benak ku. Sikap yang selama ini ditunjukkan Mas Fikar itu karena guru dan murid atau yang lain. Jika guru dan murid tapi mas fikar mengapa negitu aneh, beda sikapnya dengan 4 teman ku yang lain.


            Hari ini hari selasa, tepatnya 1,5 tahun setelah kejadian di masjid. Aku yang sekarang kuliah di Universitas Swasta Favorit di Jogja, dan jarang bahkan tak pernah lagi mengaji tauhid di masjid dekat rumah. Dan ternyata Mas Fikar juga tidak lagi mengajar Tauhid karena semeseter yang semakin banyak membuatnya tak lagi dapat pulang. Pulangpun 1 bulan sekali. Namun, komunikasi antara aku dan Mas Fikar tak pernah putus bahkan semakin erat. Sempat pada suatu hari Mas Fikar bertanya pada ku lewat telepon


“Dek, Apa saat ini sudah ada yang memikat hati adek?”
Pertanyaan spontan itu membuat aku gugup,”Maaf, kenapa mas tiba-tiba bertanya seperti itu?”


“Maaf dek, jika hati ini tak dapat dibohongi” jawabnya


“Maksut mas?” aku heran


“Tidak usah saja, belum saatnya. Selamat belajar ya. Belajar yang rajin, kalau ada apa-apa ndak usah sungkan sms atau telepon. Okey. Wassalamu’alaikum wr.wb” Seperti cepat-cepat mengakhiri pembicaraan.


“Wa’alaikumsalam wr.wb” jawabku singkat penuh keheranan, dan juga debar jantung seperti angin topan yang mengamuk. Dahsyat sekali rasanya.


            Sesungguhnya apa yang terjadi? Perasaan ini tak berubah sejak 1,5 tahun yang lalu. Masih saja aku naik turunkan karena aku menganggap dia guru ku, pusat segala jawaban dari pertanyaan-pertanyaan agam yang ku binggungkan.


            1,2,3 bualan berlalu, jam pun rasanya tak lelah terus berjalan. Hingga membuat ku lupa bahwa ujian semester 4 segera tiba. Semua telah ku persiapkan mulai dari rangkuman dan materi yang harus aku hafal. Yah.. inilah kampus terbaik yang Allah takdirkan untuk ku, senang tidak senang harus aku syukuri karena di kampus inilah aku dapati Fakultas Kedokteran yang selama ini aku idam-idamkan, meski bukan universitas negeri seperti teman-teman sekelas ku yang mayoritas mendapatkan kampus favorit juga jurusan favorit.


            Aku harus banyak bersyukur, dimana pun sekolahnya Kata Mas Fikar harus tetap rajin belajar supaya ilmunya nanti bermanfaat untuk orang lain.
“A’yun...” Reza menyapa ku
        
        Reza adalah teman sekampus ku, dia alim, cakep, dan juga dari keluarga golongan menengah ke atas.


“A’yun, mau ikut aku?” ajaknya


“Kemana, Za?” tanya ku heran


“Ke rumah ku, kamu mau kan aku ajak pulang?” ajaknya serius sambil memegang pundak ku


“Ke rumah mu? Ngapain?”


“Aku kenalin Papa sama Mama ku?”
   
         Reza, sudah sejak lama dia menyukai ku. Tepatnya sudah sejak OSPEK. Namun aku cuek-cuek aja saat dia deketi aku. Kalau dia duduk di samping ku, dia sering bertanya macam-macam soal agama, dan sering pula dia curhat. Saat aku menjelaskan pandangannya pada ku sering kali membuat aku ndak enak. Aku adalah A’yun, moto ku deket sama laki-laki “PROFESIONALITAS” jika ada perlu oke boleh deket jika bisa insha Allah aku bantu, namun jika lebih bin aneh-aneh maaf TIDAK!


“Maaf, gak.. gak” ucapku sambil lari ketakutan


“A’yun.. aku cuma bercanda!” Reza meneriaki ku


            Namun maaf, aku tidak suka caranya.


            Sore ini aku agak sedikit lega sore ini memberikan hawa nyaman. Tidak panas juga tidak dingin. Membuat ku teringat kisah saat aku masih mengaji Tauhid bersama teman-teman.


“Tit..tit..tit..” Seperti biasa Mas Fikar menelpon ku


“Assalamu’alaikum..”


“Wa’alaikumsalam wr.wb. Dek, adek sehat kan?”


“Alhamdulillah sehat, ada apa mas?” jawab ku dengan hati yang berbunga-bunga, karena dia, dia yang ku cinta menyapa


“Dek, sepertinya kita harus mengakhiri semuanya!!!!!” kata-katanya dengan sangat serius, hingga membuat bunga-bunga dalam hati ku berhenti


“Mengakhiri? Maksut mas apa?” Allah.. jantung berdebar kencang

0 comments:

Post a Comment

Assalamu'alaikum wr.wb

Monday, December 19, 2011

MEMBISIK RINDU Bagian 2




“Kesalahan Milik saya, karena Kebenaran Hanya Milik Allah swt. Nuun wal qolami wamaa yasthuruun... Wassalamu’alaikum wr.wb”


“Wa’alaikumsalam wr.wb” jawab kami serempak
           
Alhamdulillah.. terasa menyenangkan sore ini. Ujian Nasional telah usai, SNMPTN telah ku lewati tinggal menunggu hasil dari pemerintah. Semoga Allah memberi yang terbaik pada saya.


“Assalamu’alaikum, Dek” sapa Mas Fikar dengan senyuman
Dan aku pun menjawab,”Wa’alaikumsalam wr.wb”


            Ntah apa yang menggerakkan Mas Fikar sore itu yang tiba-tiba tidak beranjak dari duduknya meski saya dan 4 teman saya yang kusus belajar tauhid padanya telah bersiap pulang dan menyisakan saya yang masih beres-beres bangku. Biasanya sehabis salam Mas Fikar langsung pergi, tanpa ekspresi meskipun kami telah lama dekat bahkan sering sms dan juga telepon berdiskusi agama.


“Belum selesai dek?”


Aku terkaget dengan sapaannya, juga bercampur grogi,”Eh... iya.. hehe..”


“Sini mas bantu, adek pulang saja. Mejanya nanti biar mas saja yang beresin!”
Berdirilah mas fikar dan mengangkat meja panjang yang tadinya kami buat mengaji.


Sebenarnya ada alasan mengapa saat itu aku berlama-lama duduk dan agak menunda beres-beres karena ingin berdiskusi secara langsung dengan dia. Meski takut sih karena apabila dua orang laki-laki perempuan bersama orang ketiganya setan bukan? Hmm.. takut memang namun ku pikir masih banyak bapak-bapak dan ibu-ibu ta’mir masjid yang 7 m disebelah ku sedang mengajari ngaji anak SD-SMP.


“Loh.. kok masih disini?” tanyanya agak heran


“Hehe.. iya mas, ingin sharing aja.”


“Ehmm.. okey deh,.. kita duduk di sana saja supaya tidak menimbulkan fitnah” Mas fikar menunjuk Madin (Madrasah Diniyah) yang disana tidak sepi karena di dalam Madin banyak anak TK yang sedang belajar mengaji.


            Kami pun duduk di dekat, Bapak Takmir yang sedang mengajar ngaji. Awalnya agak gak enak, namun mungkin itu salah satu cara Mas Fikar agar tidak ada dugaan-dugaan salah dari orang lain tentang kita. Yah.. kita berdua.


            Cinta ini memang terasa aneh. Berkali-kali ku berusaha menyangkal akan perasaan ini. Karena tak mungkin ku mencintai guru ngaji sendiri, namun apa daya ternyata cinta ini naik turun. Kadang dapat ku kendalikan, namun kadang kala tak bisa ku berkata “TIDAK” pada hati bahwa inilah cinta.


“Mau tanya apa dek?”


“Eh.. iya... iya,..hehe” gaya kekanak-kanakan ku mulai muncul


“Mas, kalau wanita sedang datang bulan boleh ndak masuk masjid? Soalnya selama ini A’yun taunya boleh, tapi ada orang bilang gak boleh. Terus gimana?”


Sambil senyum mas Fikar menjelaskan,”Jumhur ulama, di antaranya imam madzhab yang empat, sepakat bahwa wanita yang haid tidak boleh berdiam (al-lubts) di dalam masjid, karena ada hadits Nabi Saw yang mengharamkannya. Nah itu pendapat pertama A’yun dalam buku Muhammad bin Abdurrahman, Rohmatul Ummah fi Ikhtilaf Al-A’immah, hal. 17.
Terus pendapat kedua muncul dari Imam Dawud Azh-Zhahiri membolehkan wanita haid dan orang junub berdiam di masjid dalam Ash-Shan’ani, Subulus Salam, I/92.
Lalu ada lagi pendapat ketiga, namun pendapat yang kuat adalah pendapat jumhur yang mengharamkannya. Dalilnya adalah sabda Rasulullah Saw:
“Sesungguhnya aku tidak menghalalkan masjid bagi wanita yang haid dan orang junub.” [HR.Abu Dawud]. Hadits ini shahih menurut Ibn Khuzaimah. Lihat Subulus Salam, I/92. Menurut Ibn al-Qaththan, hadits ini hasan, Kifayatul Akhyar, I/80.
Lalu ada lagi nih dek, pendapat keempat yang dimaksud berdiam (al-lubtsu, atau al-muktsu) artinya berdiam atau tinggal di masjid, misalnya duduk untuk mengisi atau mendengarkan pengajian, atau tidur di dalam masjid. Tidak ada bedanya apakah duduk atau berdiri. Berjalan mondar-mandir (at-taraddud) di dalam masjid, juga tidak dibolehkan bagi wanita haid. Ada pada Taqiyuddin al-Husaini, Kifayatul Akhyar, I/80.
Adapun jika seorang wanita haid sekedar lewat atau melintas (al-murur) di dalam masjid karena suatu keperluan, maka itu tidak apa-apa. Dengan catatan wanita itu tidak merasa khawatir akan mengotori masjid. Dalilnya, Nabi Saw pernah memerintah A’isyah untuk membawa khumrah (semacam sajadah) yang ada di masjid. Lalu A’isyah berkata, “Sesungguhnya aku sedang haid.” Rasul bersabda,”Sesungguhnya haidhmu itu bukan berada di tanganmu.” [HR. Muslim]. Selain itu, ada riwayat lain bahwa Maimunah ra pernah berkata, “Salah seorang dari kami pernah membawa sajadah ke masjid lalu membentangkannya, padahal dia sedang haidh.” [HR. an-Nasâ’i).
Jadi intinya itu perbedaan pendapat. Pendapat pertama; melarang (mengharamkan) yaitu pendapat Imam 4 Madzab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad). Ini sangat kuat sekali. 4 madzhab adalah pendapat yang dipakai di seluruh dunia, seperti indonesia yang mayoritasnya kita adalah bermadzhab syafi'i. Pendapat kedua; membolehkan dengan penjelasan di atas. Yaitu pendapatnya Daud ad-Dzahiri (dari golongan dzohiriyah). Nah sekarang A’yun milih yang mana?”
         
    Aku hanya mengangguk-angguk mendengar cerita dia bak orang berpidato itu. Allah... panjang sekali ceritanya. Dia memang laki-laki cerdas. Ini masih pendek menurutku, biasanya ½ - 1 jam non stop dia bercerita bila aku belum memahami. Dan dia akan terus menjelaskan sampai aku benar-benar faham.


“A’yun nyari aman saja, mas.hehe” sambil tersenyum kecil karena terheran-heran


“Lalu kalau baca Al Quran gimana mas? Kan ada yang bilang boleh, ada juga yang bilang ndak boleh?” sahut ku lagi


“Orang haid/junub tidak boleh pegang Qur'an. Yg diperbolehkan berdzikir, atau kalau kita hafal becaan Qur'an dari surat2 pendek. Maka ga pa2. Yg penting intinya baca quran boleh, tapi jangan pegang mushaf qurannya. Ya diisi aja waktu dg dzikir. Allah Maha Mengetahui segala amal hamba-Nya.” Jawabnya dengan singkat dan padat


“Hmm.. jadi wanita itu agak ribet juga ya mas, ibadah ndak bisa lancar karena haid”


Mas Fikar tertawa kecil,”Hehe.. tapi do’a wanita itu cepat dikabulkan lo ketimbang do’a laki-laki”


“Kok bisa?” tanya ku


“Karena hati wanita lebih halus dari pada laki-laki, dan Allah melebihkan hal itu pada wanita” sambil tersenyum..
          
   Hmm.. Mas Fikar memang cakep, cakep hatinya maksut aku. Andai jodoh ku nanti seperti dia..


“Hehe,, terimakasih mas” ucapku sambil membalas senyumnya


Sudah benar-benar jelas? Nanti kalau binggung sms okey”


“Sip deh..” jawab ku agak grogi


“Assalamu’alaikum” begitu saja dia bangkit dari duduknya tanpa ekspresi langsung pergi


“Wa’alaikumsalam wr.wb” jawab ku pelan


            Senja sore ini menghantarkan ku menuju rumah, dengan hati berbunga-bunga. Tapi yang masih menjadi satu pertanyaan dalam benak ku. Sikap yang selama ini ditunjukkan Mas Fikar itu karena guru dan murid atau yang lain. Jika guru dan murid tapi mas fikar mengapa negitu aneh, beda sikapnya dengan 4 teman ku yang lain.


            Hari ini hari selasa, tepatnya 1,5 tahun setelah kejadian di masjid. Aku yang sekarang kuliah di Universitas Swasta Favorit di Jogja, dan jarang bahkan tak pernah lagi mengaji tauhid di masjid dekat rumah. Dan ternyata Mas Fikar juga tidak lagi mengajar Tauhid karena semeseter yang semakin banyak membuatnya tak lagi dapat pulang. Pulangpun 1 bulan sekali. Namun, komunikasi antara aku dan Mas Fikar tak pernah putus bahkan semakin erat. Sempat pada suatu hari Mas Fikar bertanya pada ku lewat telepon


“Dek, Apa saat ini sudah ada yang memikat hati adek?”
Pertanyaan spontan itu membuat aku gugup,”Maaf, kenapa mas tiba-tiba bertanya seperti itu?”


“Maaf dek, jika hati ini tak dapat dibohongi” jawabnya


“Maksut mas?” aku heran


“Tidak usah saja, belum saatnya. Selamat belajar ya. Belajar yang rajin, kalau ada apa-apa ndak usah sungkan sms atau telepon. Okey. Wassalamu’alaikum wr.wb” Seperti cepat-cepat mengakhiri pembicaraan.


“Wa’alaikumsalam wr.wb” jawabku singkat penuh keheranan, dan juga debar jantung seperti angin topan yang mengamuk. Dahsyat sekali rasanya.


            Sesungguhnya apa yang terjadi? Perasaan ini tak berubah sejak 1,5 tahun yang lalu. Masih saja aku naik turunkan karena aku menganggap dia guru ku, pusat segala jawaban dari pertanyaan-pertanyaan agam yang ku binggungkan.


            1,2,3 bualan berlalu, jam pun rasanya tak lelah terus berjalan. Hingga membuat ku lupa bahwa ujian semester 4 segera tiba. Semua telah ku persiapkan mulai dari rangkuman dan materi yang harus aku hafal. Yah.. inilah kampus terbaik yang Allah takdirkan untuk ku, senang tidak senang harus aku syukuri karena di kampus inilah aku dapati Fakultas Kedokteran yang selama ini aku idam-idamkan, meski bukan universitas negeri seperti teman-teman sekelas ku yang mayoritas mendapatkan kampus favorit juga jurusan favorit.


            Aku harus banyak bersyukur, dimana pun sekolahnya Kata Mas Fikar harus tetap rajin belajar supaya ilmunya nanti bermanfaat untuk orang lain.
“A’yun...” Reza menyapa ku
        
        Reza adalah teman sekampus ku, dia alim, cakep, dan juga dari keluarga golongan menengah ke atas.


“A’yun, mau ikut aku?” ajaknya


“Kemana, Za?” tanya ku heran


“Ke rumah ku, kamu mau kan aku ajak pulang?” ajaknya serius sambil memegang pundak ku


“Ke rumah mu? Ngapain?”


“Aku kenalin Papa sama Mama ku?”
   
         Reza, sudah sejak lama dia menyukai ku. Tepatnya sudah sejak OSPEK. Namun aku cuek-cuek aja saat dia deketi aku. Kalau dia duduk di samping ku, dia sering bertanya macam-macam soal agama, dan sering pula dia curhat. Saat aku menjelaskan pandangannya pada ku sering kali membuat aku ndak enak. Aku adalah A’yun, moto ku deket sama laki-laki “PROFESIONALITAS” jika ada perlu oke boleh deket jika bisa insha Allah aku bantu, namun jika lebih bin aneh-aneh maaf TIDAK!


“Maaf, gak.. gak” ucapku sambil lari ketakutan


“A’yun.. aku cuma bercanda!” Reza meneriaki ku


            Namun maaf, aku tidak suka caranya.


            Sore ini aku agak sedikit lega sore ini memberikan hawa nyaman. Tidak panas juga tidak dingin. Membuat ku teringat kisah saat aku masih mengaji Tauhid bersama teman-teman.


“Tit..tit..tit..” Seperti biasa Mas Fikar menelpon ku


“Assalamu’alaikum..”


“Wa’alaikumsalam wr.wb. Dek, adek sehat kan?”


“Alhamdulillah sehat, ada apa mas?” jawab ku dengan hati yang berbunga-bunga, karena dia, dia yang ku cinta menyapa


“Dek, sepertinya kita harus mengakhiri semuanya!!!!!” kata-katanya dengan sangat serius, hingga membuat bunga-bunga dalam hati ku berhenti


“Mengakhiri? Maksut mas apa?” Allah.. jantung berdebar kencang

No comments:

Post a Comment

Assalamu'alaikum wr.wb

 

Rainbow Story Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea