Libur
semester telah dimulai. Rasanya merasa ada yang kurang setelah hampir kurang
lebih satu bulan masa karantina untuk ujian akhir blok, ujian fisiologi, ujian
skill lab dan rentetan persentasi dan kuliah pakar akhir blok tentang
biomaterial kedokteran gigi.
Teringat
saya pada apa yang dikatakan guru saya MTs yang juga pembina Pramuka dan PMR
saya,”Kalian para gadis jadi apapun, punya profesi apapun kalian nanti, meski
jadi ibu rumah tangga jadilah wanita berpendidikan kalau jadi ibu rumah tangga
jadilah ibu rumah tangga berpendidikan”
Kata-kata
itu mengajarkan pada kita bahwa meskipun kita sebagai wanita pendidikan haruslah
menjadi prioritas utama. Bukan memburu tittle tapi menuntut ilmu menjadi modal
utama niat kita belajar demi meraih keridhoan Allah. Terlebih suami yang
tangguh dan anak yang hebat berawal dari dekap kehangatan seorang wanita karena
ilmunya dan agamanya.
Bila
menerawang keluar jendela kamar, memang pendidikan salah satu kunci perjalanan
hidup di dunia namun tidak dapat berdiri tanpa tiang agama yang tangguh. Hal
ini terjadi karena budaya barat kian hari kian tak dapat dibendung, penjajahan
ala barat sudah menerobos hingga level bawah. Maka tidak heran bila mana wanita
berpendidikan dimasa kini sering terkena virus kebaratan, dibawah pun sudah
tidak sedikit gadis-gadis desa yang tidak lagi dapat menjaga dirinya.
Hal
ini harusnya membuat para orang tua semakin was-was pada anak gadisnya, dan
harusnya semakin tidak percaya dengan dunia luar. Saya yang bertahun-tahun
hidup di dunia luar sering kali merasakan bahwa sulit sekali menemui gadis yang berusaha keras menjaga iffah dan
izzahnya. Rata-rata sudah termakan ciri khas orang barat mulai dari penampilan
sampai akhlaknya, meski pendidikannya tinggi dan kecerdasannya menengah ke atas.
Pendidikan
agama saat ini bukan lagi nasi putih tapi seperti tumpeng yang dimakan hanya
pada kesempatan atau even-even tertentu. Sedih rasanya kalau tahu bahwa banyak
sekali pemuda-pemudi masa kini yang kehilangan jati diri agamanya sendiri.
Mereka banyak lupa tentang agama, banyak meninggalkan sholat dan ngaji. Padahal
2 hal itu sebenarnya adalah makanan pokok orang-orang kuat dimasa lampau. Puasa
pun hanya Ramadhan yang mereka tau bahkan tidak tau pada beberapa puasa sunnah
setelah itu. Inilah mengapa orang dimasa sekarang manusia banyak yang terlihat
kuat, tangguh namun pada dasarnya kebanyakan mereka adalah orang yang paling
lemah karena akar agama mereka tidak kuat.
Ibarat
pohon berkualitas misal pohon jati, pinus atau akasia namun akarnya tidak kuat,
kalau setiap hari terkena angin topan yang berkekuatan lemah sekalipun lambat
laun akhirnya dia akan roboh. Kata orang jawa “Gebyare Tok Seng Apik” artinya
Penampilannya saja yang bagus.
Kekuatan
seseorang itu ada pada kekuatan hati yang ditopang oleh agamanya. Dalam agama
ilmu yang diajarkan mencangkup semua ilmu yang ada di muka bumi ini baik ilmu
yang secara akliyah, batiniyah maupun ilmu secara lahiriyah. Oleh karena itu
mengapa ketiganya harus saling menopang satu sama lain agar dapat menguatkan
pribadi seseorang baik secara lahir, batin maupun akal agar tidak dapat goyah
meski setiap hari diterpa topan yang sangat dahsyat karena dibalik ilmu-ilmu
itu terdapat Allah Yang Maha Tinggi yang membantunya bertahan dalam segala
kondisi.
Jujur
dalam hati saya merasa miris sekali, kalau saya jadi orang tua saya tidak akan
percaya dengan dunia luar dan lebih suka memasukkan anak saya dalam pondok agar
karakternya dapat terbentuk dengan baik dulu sebelum keluar, sehingga siap
menghadapi dunia luar dengan berbagai keadaan. Saya mengalami betapa harus
berhati hatinya disetiap langkah di dunia luar,karena kecerdasan dan pendidikan
yang tinggi ternyata tidak dapat menjamin terlebih bagi wanita yang hidup jauh
dari orang tua dan sanak keluarga. Semua kemaksiatan bercampur jadi satu
seperti adonan roti, mentega, dan telor.
Saya
beberapa waktu yang lalu sempat dibuat kaget dan merasa sangat ketakutan
setelah membaca buku Ibnu Qoyyim Al Jauziy “La Taqrabu Zina” yang mengatakan
bahwa “(Mungkin) dia sudah bosan selamat, sehingga dia biarkan pandangannya
menyaksikan apa yang menurutnya indah” dan pandangan yang tidak syar’i itu pada
dasarnya adalah salah satu penyakit yang ditambahkan pada hati. Dalam hati saya
sonntak mengiyakan dan memang asal muasal penyakit hati itu salah satunya dari
pandangan yang tidak syar’i padahal pandangan ini hampir setiap waktu digunakan
untuk melihat.
Dokter
yang juga seorang ustadz dalam cermah ahadnya di masjid IKADI beberapa waktu
yang lalu berkata demikian,”Sungguh dahsyatnya masa kini, para wanita tidak
lelahnya mepermainkan nafsu laki-laki malah aksinya semakin menjadi-jadi.
Bagimana tidak to bu, pak? Wanita yang berpakaian ala kadarnya alias kurang
bahan sekarang bukan lagi barang langka, malunya sampun hilang. Disepanjang
jalan, gang-gang, dimana saja sudah umum. Kalau laki-laki terus duhujani
seperti kekuatannya seberapa? Inilah mengapa bangsa kita saat ini sudah
mengalami krisis pelajar bermoral, karena bangsa kita tiap hari dicekoki
hal-hal semacam itu.”
Imam
Asy Syafi’i saja bercerita bahwa setelah tidak sengaja melihat betis seorang
wanita ½ dari hafalannya hilang. Salah satu solusi bila anak tidak hidup dalam
dunia pesantren sejak kecil hendaknya kedua orang tua senantiasa memberikan
keteladanan dan menanamkan pendidikan agama yang baik sejak ia kecil mulai dari
membiasakan membaca al quran, sholat berjamaah, sharing tentang agama,
cerita-cerita Nabi dan para sahabatnya serta cerita mengenai keteladanan
wanita-wanita pilihan, dan masih banyak lagi yang intinya memberikan intensif
pembekalan.
MashaAllah...
dunia ini memang semakin tua, kalau zaman Rasulullah digambarkan orang tua yang
sudah jompo mungkin sekarang bila digambarkan si orang tua tersebut sebagian
organnya sudah tidak berfungsi lagi. Wallahu’alam...
Jadilah
wanita yang tidak hanya cerdas, dan berpendidikan tapi jadilah wanita yang berakhlak
dan beragama baik karena InshaAllah akan melahirkan pejuang-pejuang tangguh di
masa depan.
0 comments:
Post a Comment
Assalamu'alaikum wr.wb