Sekilas
judul ini begitu aneh, namun realitanya hal ini memanglah benar-benar terbukti
mencetak akhlaqul karimah. Pola Fikir 3 dimensi? banyak yang bertanya-tanya apa
yang dimaksut pola fikir 3 dimensi. Pola Fikir dimensi adalah pola fikir yang
mengarahkan dan mencetak main set kita untuk mencoba melangkah dari
dimensi sebelum kita diciptakan hingga menjadi janin, dimensi sekarang, dan dimensi
yang akan datang saat kita berada di dalam tanah (barzah) hingga di alam
mahsar.
Lebih simplenya seperti ini:
Sebenarnya
ini adalah pemikiran 5 dimensi namun saya mengelompokkannya menjadi 3 karena
pada dimensi pertama (alam arwah dan alam rahim) saat dimana kita masih menjadi
calon manusia yang berwujud, sedangkan dalam dimensi kedua (alam dunia) kita
menjadi manusia seutuhnya dan dalam bentuk sebaik-baiknya, dan dalam dimensi
ketiga (alam barzah dan alam mahsyar) kita sudah tidak berdaya ibarat menanam
tinggal melihat hasil panenanya baik atau buruk.
Pola
fikir ini merupakan bentuk perenungan (tafakur) yang layak kita coba untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Pemikiran 3 dimensi ini pertama akan membawa kita
menari-menari di alam arwah, saat dimana Allah mengambil perjanjian pada kita
sebelum kita diciptakan “Aku adalah Tuhanmu wahai fulan”, si fulan
menjawab,”Iya Allah, Engkau Tuhan ku. Engkau Esa.” Saat itu kita begitu
tak berdaya seperti kapas, hanya bisa terbang, melayang kesana kemari menunggu
panggilan menjadi sesosok bayi. Saat itu andai Allah tidak menghendaki kita, mungkin
Allah telah menghapus nama kita di absent antrian calon manusia.
Saat
kita mendapat panggilan,”Wahai fulan, antrian mu telah berakhir. Ini
sekantong perbekalan mu (rezeki, mati, jodoh, orang tua, dll) Selamat berjuang”
mulailah kita di garis start pintu dunia meninggalkan alam arwah dan membawa
sekantong takdir yang dibawakan Allah dari Lauhl Mahfudz.
Proses selama
9 bulan bulan berubah wujud bukanlah proses yang sebentar, sebelum itu Mas
Sperma bak panglima perang dengan jutaan tentara menyerang Mbak Ovum, dan Maha
Suci Allah dari perjuangan itu hanya 1 Panglima Sperma yang akan memenangkan.
Hingga akhirnya keduanya bersatu, dan alhamdulillah kita mulai berwujud walau
masih berupa darah. Lambat laun terbentuk daging, dan seterusnya hingga kita
dapat berputar-putar diperut ibu, menyundul-nyundul. Demi Allah begitu luar
biasa. Tangan kita menyilang di dada, dengan bentuk yang begitu kecil, bisa
bernafas dalam perut, makan lewat pusar, ubun-ubun kita berdetak begitu kencang
karena lapisan tengkorak yang masih tipis. Maha Suci Allah..
Saat perut ibu
mengalami kontraksi yang begitu dahsyat, Allah berkata,”Sudah cukup kamu di
rahim ini, keluarlah. Lihatlah dunia, disana kamu sebagai pengembara yang
terasing.” Dan keluarlah kita menjadi sesosok bayi yang telah dirindu oleh
kedua orang tua kita, diadzani, ditimang, dan kita menangis binggung.hehe..
Saat kita
tumbuh, balita hingga dewasa ujian hidup pun tak ubahnya seperti nasi yang tiap
hari dimanakan. Pasang surut, naik turun. Semua berjalan dalam suatu jalan.
Disini kita adalah musafir,.Kata guru ngaji saya,”Manusia saat ini masih
dalam perjalanan, belum dapat istirahat sebelum dapat menyelesaikan perjuangan
berat penuh liku yang menipu di alam ini. Andai dari kita selalu sadar bahwa
ibarat dalam perjalanan, lalu kita bertemu persimpangan dan di persimpangan itu
terdapat tugu yang menunjukkan arah jalan selanjutnya dan tugu itu terbuat dari
emas, dan berlian maka itulah dunia. Kesenangan sementara, yang penuh tipuan,
banyak orang yang berhenti di tugu itu, dan melupakan tujuan utamaya bahwa
sebenarnya tugu itu hanya penunjuk arah. Bagi siapa saja yang terus berjalan
mengikuti petunjuk arah dari tugu itu dia tidak akan merugi, karena di tempat
itulah (surga) kesenangan yang kekal akan di dapatkan, dan lebih kekal dari
pada keindahan dan kemegahan tugu itu tadi”
Saat badan
mulai mendingin, apa yang sanggup kita lakukan? Ada yang binggung dengan apa
yang terjadi padanya, ada pula yang menyadari bahwa itu adalah proses
berpisahnya ia dari jasad yang sekian tahun bersamanya.”Ashadu’ala illaha
ilallah wa ashadu’ana muhammad rasulullah” ini adalah saat mendebarkan,
saat dimana kita melihat orang-orang disekitar kita menangisi kepergian kita,
saat dimana kita di mandikan, saat dimana jasad kita terbaring, dikafani dan di
sholatkan. Lalu di kuburkan...... disana suara langkah kaki orang-orang
disekitar kita berlalu, kita sendiri di bawah tanah. Harta, tahta, pangkat, dan
semua hanya mengantar kita sampai kuburan lalu meninggalkan kita.
“Selamat
tinggal alam dunia” itu yang terlintas di benak kita. Betapa merananya kita
bila amal ibadah yang kekal dan akan menemani kita tidak seramai yang kita
harapkan. Padahal disana malaikat yang keras datang da bertanya dengan suara
yang menakutkan “Man Rabbuka? Man Nabiyuka? Man Dinuka?” Saat salah
menjawab, malaikat izroil memukul dengan tongkatnya yang penuh duri. Bagi yang
lolos maka berduyun-duyun akan datang sosok yang indah, dan wangi dari kejauhan
mendekati kita,”Wahai, siapa kamu?” lalu sosok itu menjawab,”Aku
adalah amal ibadah mu, mari ikut aku ke surga” bahagialah jiwa karena
kenikmatan kubur yang merupakan kenikmatan pembuka surga telah di dapat. Namun
bila yang datang adalah sosok buruk dengan aroma busuk datang,”Wahai, siapa
kamu?” lalu sosok itu menjawab,”Aku adalah amal ibadahmu, maka ikutlah
aku ke neraka” (Na’udzubillah).
Dan saat
kehidupan di dunia mulai expied, kemaksiatan merajai bumi maka Allah
menyuruh malaikan isrofil meniup sangkakala untuk yang pertama menghancurkan
bumi dan isinya, dan tipan yang kedua seluruh manusia di bangkitkan dan diadili
di padang mahsyar. Mereka yang selalu dalam keistiqomahan dan berpegang teguh
pada Al Quran dan Asunnah akan mendapat syafa’at plus-plus dari Rasulullah
shalallahu’alaihi wassalam dan Al Quranul Kariem.
Saudara,
saudari ku yang semoga selalu di rahmati Allah, sungguh bila pemikiran tiga
dimensi ini selalu menjadi isian renungan kita setiap hari, sungguh hal ini
akan membuat kita selalu merasa takut mendekati kemaksiatan. Kalaupun kita
lupa, maka Allah akan segera mengingatkan kita, bahkan Allah akan segera
menegur kita dan seolah ada benteng semu yang menjaga kita. Mereka-mereka yang
masih dalam jalur yang salah memang kadang terlihat biasa-biasa saja, santai
dalam kemaksiatan, tidak segera-segera di tegur, namun kita yang selalu merasa
takut akan lebih terasa melakukan sedikit salah dan akan segera di tegur karena
mereka-mereka yang lalai dalam perjanjian dengan RabbNya di alam roh dulu,
teguran dan siksa mereka masih ditangguhkan dan inilah keistimewaan dari umat
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
Pemikira 3
dimensi ini juga akan membawa kita meneladani akhlaq Rasulullah shalallahu
‘alaihi wassalam, karena inti dari pemikiran 3 dimensi ini adalah suatu rasa
mawas diri dalam kehidupan agar selalu sadar bahwa kita disini adalah
pengembara, perjalanan kita masih panjang. Tidak layak kita menyombongkan diri,
karena asal muasal kita yang memang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa tanpa
Allah mengendaki kita diizinkan mengisi biodata calon pengembara di dunia.
Tulisan ini juga sebagai wujud teguran pada pribadi saya sendiri yang kadang
masih lalai, dan terpeleset. Maka dari itu mari kita sama-sama berbenah,
kafilah-kafilah orang sholeh telah berlalu sedangkan kita masih disini dengan
bekal yang masih sedikit.
Mari
semangat!!!! Mari kita lari......... mengejar mereka semampu dan sekuat kita
beriktiar. Tetap berusaha walau itu begitu berat, terus berjalan meski itu
lambat, terus melangkah meski tertatih... Allah menghargai setiap usaha kita
:’)