Merenung
di depan kos bersama seorang sahabat beberapa minggu yang lalu, merenung sambil
melihat awan di kursi depan kos.
“Bel, alhamdulillah ya sampai
detik ini kita masih bertahan. Meski dulu pernah mencoba alhamdulillah kita
kapok dan sekarang kita masih disini seperti ini sendiri”
“Iya Dev, santai saja. Kita harus
banyak bersyukur diberi hidayah tidak ingin mencobanya lagi. Kata ibu ku wanita
yang terjaga harganya mahal. Haduh Devy, Sumpah deh aku males ngomongin masalah
gituan”
“Amin Ya Robb.. santai-santai...”
“Iyo santai ae mbak Dev”
sambil sama-sama tertawa
Kadang saya pun berfikir pula apa
fungsi dari cinta di dunia bila akhirnya semua ini tidak kekal. Kadang saat
hati ini kembali berbunga, hati kadang menepis “Hay, buat apa jatuh cinta? Focus
ibadah.. ibadah.. buang rasa itu. Jodoh sudah di atur”
Hmmm.... Ntah lah kadang hati ini
diselimuti takut yang sangat dengan kaum laki-laki karena banyaknya kasus #SENSOR#
yang seolah bukan hal tabu lagi, bahkan menjamur yang berawal dari pandangan,
dan ujung-ujungnya memadu kasih tanpa ikatan.
Hmmm.... kadang juga saat hati
berkata,”Simpanlah semua keinginan, hanya untuk suami mu. TITIK” setelah
itu dengar ceramah yang intinya,”Setiap laki-laki dan perempuan kelak di
surga akan di beri pasangan masing-masing, yang seusianya seumuran.
Kecantikannya bagaikan mutiara yang tersimpan”
Apalagi baca hadits dari Muadz bin
Jabal, Rasulullah saw. Bersabda,
“Janganlah seorang wanita itu
menyakiti suaminya di dunia, karena istrinya yang dari kalangan bidadari akan
berkata,’Janganlah engkau menyakitinya, mudah-mudahan Allah tidak merahmatimu,
sesungguhnya dia (suamimu) adalah ibarat tamu bagimu, yang sebentar lagi alan
berpisah darimu dan datang kepadaku” (HR. Tirmidzi, dan Ibnu Maajah)
Hikkksss.. Demi Allah
langsung deh cemburunya muncul, ngrasa sedih bukan main dan meradang. PATAH
HATICAMPUR-CAMPUR o_O
Namun, sekian tahun berfikir dan
mencari-cari jalur yang menenangkan, baru kali ini saya dapat berfikir logis,
mencintai dengan santai, mengesampingkan nafsu, dan mengarahkan ke dunia lain (prinsip
pola fikir 3 dimensi). Terlebih beberapa hari ini saya sering bermimpi
menggendong bayi, bayi laki-laki. Hehe.. Bayi laki-laki yang dibawa almarhum
mbah saya sambil tersenyum dalam mimpi, menggendong bayi laki-laki teman saya
yang baru lahir, lalu beberapa mimpi lain yang terus-terusan mengiming-imingi
saya bayi laki-laki. Rasanya tidak sabar ingin mencetak generasi baru yang
lebih baik.
Ckckckck.. semester 3 :D sadar....
Dan hal ini membuka fikiran saya,
serta dapat saya jadikan motivasi dan arahan pola fikir yang tidak hanya
menonjolkan nafsu saja ^_*
Kesimpulannya:
tujuan dari cinta>>menikah
adalah sama-sama belajar untuk mengingatkan dan mempersiapkan diri karena kematian
kapan saja datang, sama-sama berjuang untuk menanam sebagai bekal bertemu
dengan Allah dan mengharapkan ridhoNya, sama-sama bersemangat mencetak generasi
baru yang lebih baik karena anak adalah investasi akhirat. Cinta semacam ini
adalah cinta yang indah.
Kalaupun nanti semua akan terputus,
tidak akan bertemu #DIA,SUAMI# lagi atau malah belum sampai ketemu sudah
#PULANG#, atau semua akan dapat pasangan baru di surga, positive
thinking saja dan harus diyakini bahwa Allah menciptakan ini dan itu bukan
tanpa sebab, bukan tanpa alasan. Bukankah Allah tidak pernah menipu manusia?
Bukankah Allah tidak pernah menyakiti manusia? Namun manusialah yang sering
menipu Allah dan menipu dirinya sendiri.
“Dulu, sebelum tiada dia meminta
saya menasehatinya”
“Pak, tokong saya dituturi”
“Bu, Semua yang bernyawa akan
kembali kepada Allah. Ibu harus sabar”
“Terimakasih telah menemani saya
selama ini, saya sangat senang bersama Bapak selama ini. Mulai dari yang tidak
punya apa-apa, sampai seperti ini.”
“Alhamdulillah, Bu. Ini karena
Allah”
“Jaga anak-anak ya Pak, sebentar
lagi ibu akan pergi”
Lalu sang ibu, memejamkan matanya
sembari mengucapkan syahadat.
“Saya yakin ibuknya Hasyim
sekarang bahagia disana, bersama pendamping baru yang lebih baik dari
pendamping di dunia.”
Hehe.. ungkapan Ustadz saya
disela-sela ngaji mingguan yang sejenak mengingat almarhum istrinya tercinta
sambil matanya berkaca-kaca, karena merasa begitu berkesan berjuang bersama,
hingga istrinya yang lebih dahulu dipanggil oleh Allah.
Nah.. kembali ke awal pembicaraan
awal. Saat isro’ mi’roj Rasulullah bertemu dengan Allah swt, dan apa yang
terjadi? Badan Rasulullah menggigil karena melihat keindahan Allah yang luar
biasa. Lalu, Rahman dan Rahim Allah pada manusia sepetinya tidak pantas dibalas
kecemburuan pada takdir yang telah ditetapkan. Bila sekarang semuanya masih
menjadi teka-teki, suatu saat nanti semuanya akan terungkap dan dengan
kesabaran disertai positive thinking semua berbuah rasa syukur yang sangat.
InshaAllah
“Mencintai bukan hanya
mencintai, namun mencintaiadalah jembatan ingin bertemu dengan Dzat yang paling
dicintai”
0 comments:
Post a Comment
Assalamu'alaikum wr.wb