Bismillahirrohmanirrohim...
Dengan
menyebut nama Allah yang tiada daya yang dapat melucuti kekuasaanNya di muka
bumi ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah tercinta
serta segenap keluarga dan sahabat, dan juga salam untuk Nabi Ibrahim beserta
keluarga yang tak dapat dipungkiri sedikitpun kebaikan dan ketulusan hatinya
dalam mengesakan Allah..
Kisah berawal
dari pertanyaan saya pada ibuk, saat berjalan-jalan menaiki sepeda motor
bersama adik balita saya untuk mengambil LKS Agama SD di salah satu rumah teman
seprofesi ibuk.
“Buk kok
ada masjid baru di seberang jalan rumah Pak A? Kan di lokasi rumah Pak A ada
masjid juga kenapa tidak difungsikan?”
Ibuk
menjawab,”Sekitar rumah Pak A kan orang “BUNDER” apa mau jama’ah bareng”
Dan teringat
pula dengan nasib Masjid Kecamatan saya dengan Mushola di selatannya pas,
dengan kasus yang sama dan konteks yang sama.
Yah... khilafiah...
Saya
mendengar kata-kata ini sekitar 1,5 tahun yang lalu, saat saya berkenalan
dengan salah seorang mahasiswa yang sangat fanatik golongan. Saya yang kala itu
masih mencoba memulai lebih mendalami ilmu agama dibuat binggung karena satu
golongan dengan golongan yang lain berbeda pemahaman bahkan bagi orang dasar
hal ini cukup membuat binggung “mana yang benar?mana yang salah? Mana yang akan
saya ikuti?” Meski saya memang terlahir di salah satu golongan yang kental
namun saya kurang merasa puas karena disana saya merasakan adanya ketidak
harmonisan hubungan dengan salah satu golongan di desa saya. NB: Jujur saya
tidak suka perpecahan dan saling olok mengolok.
Karena begitu
banyak pertanyaan akhirnya saya putuskan untuk mengaji khusus tauhid dan tajwid
pada salah satu sesepuh di desa, dan belajar masalah khilafiah di salah satu
mahasiswa Universitas Islam Madinah yang saya kenal di facebook. Ngaji itu
membuat saya semakin mencintai agama ini, Uztad kawaan dan Ustadz muda itu membeberkan
begitu banyak ilmu yang dia pelajari dan membuka fikiran saya agar berfikir
secara luas (tidak fanatik golongan) seperti moto Pondok Madani tempat beliau
menuntut ilmu dulu “Berdiri di Atas untuk Semua Golongan”.
Hal ini
membuat saya semakin merasa yakin bahwa islam itu menyenangkan, dan indah tidak
seperti orang Non Muslim katakan. Asal senantiasa tegak di atas Islam
berdasarkan Al Qur'an dan hadits yang shahih dengan pemahaman para sahabat,
tabi'in, dan tabi'ut tabi'in inshaAllah tidak tersesat. Lalu mengapa masih ada
ejek-ejekan, masih ada deskriminasi antara islam golongan satu dengan golongan
yang lain. Apakah ada tiket masuk surga hanya untuk Golongan A saja, misal?
Bukankah
kedudukan makhluk tertinggi nantinya adalah mereka-mereka yang beriman dan
berilmu. Bukankah semua kelak akan mendapat syafa’at Rasulullah selama manusia
selalu mengikuti sunnah-sunnahnya dan mengikuti para sahabat, dan tabi’in dan dalam
melakukan amalan-amalan tidak tercampur syirik. Golongan itu bukan agama, ingat
baik-baik GOLONGAN ITU BUKAN AGAMA, jadi mengapa
harus selalu merasa paling benar?
Apa sebenarnya
yang dibanggakan dari sebuah kefanatikan, kalau bukan hanya akan membawa
perpecahan di bumi pada agama ini. Para 4 Imam Madzhab (Imam Hamba, Imam
Syfi’i, Imam Malik, Imam Abu Hanafiah) saat pandangannya berbeda saling
toleransi, tidak saling mengejek, juga tetap saling belajar. Kenapa orang awam seperti
kita ini yang tidak mengerti secara dalam alur dari perjalanan khilafiah itu
selalu merasa fanatik golongan? Apakah kita yakin bahwa hanya kita yang akan
mewarisi Jannah Firdaus tanpa hisab? Bukankah puncak nilai terakhir seseorang
ada di akhir hayatnya, akhir hayat baik maka jaminan surga, akhir hayat buruk
meski semasa hidupnya baik akan masuk neraka.
Diskriminasi, dan
saling olok ini telah merusak keharmonisan. Jika masjid itu tadi sepi karena
orang yang mewakafkan tidak satu golongan, dan masjid kecamatan yang
disebelahnya dibangun lagi karena nasib yang sama itu namanya menghina rumah
Allah, mendiskriminasi rumah Allah yang harusnya selalu diramaikan dengan
majlis-majlis dzikir dan ilmu. Dimana-mana masjid itu suci namun masih saja ada
golongan-golongan tertentu yang menggaggap golongan yang lain yang sholat di
masjid nya sama saja dengan najis.
MashaAllah... apa
yang sedang terjadi dalam agama ini? Harusnya umat ini bersatu, toleransi,
saling bahu-membahu baik dari yang tingkatan agamanya tinggi maupun yang rendah
(seperti saya golongan rendah) agar umat ini saling bantu membantu, bersama
menegakkan panji islam. Kefanatikan akan terus dimanfaatkan fihak barat untuk menggrogoti
dan memecah belah umat ini. Selain itu kasihan
juga para mu’alaf yang NOL pengetahuan agamanya yang akan mempelajari agama
islam kalau golongan satu dengan golongan yang lain saling ejek, dan penuh
diskriminasi.
Mari sama-sama
belajar dan mendalami ilmu agama (pelan namun pasti) agar ilmu kita semakin
bertambah dan toleransi kita dengan hubungan sesama muslim dapat lebih
berkwalitas, dapat terwujud dakwah dengan penuh kelembutan, karena dakwah yang
penuh kelembutan dari hati ke hati akan lebih cepat diresapi, diamalkan,
membawa hikmah dan pengajaran. Karena kelemahan ilmu adalah sumber dari kefanatikan yang membuat
umat ini pecah.
Semoga ini
menjadi bahan renungan dan pengejaran bagi kita bersama. Dan tetap berada di
atas din nya sampai ajal menjemput. Amin..
0 comments:
Post a Comment
Assalamu'alaikum wr.wb