Bismillahirrohmairrohim...
Dengan
menyebut nama Allah yang dengan namaNya tidak ada satupun makhluk yang dapat
mencelakai kita. Amin. Sholawat serta salam tetap tercurah kepada baginda tercinta
Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam..
Pagi
ini saat membuka-buka folder download di tablet, tidak sengaja saya temukan
e-book dengan judul “Mariyah Al-Qibthiyyah Ummu Ibrahim” karya Abdullah Hajjaj.
Saya pun kembali ingat bahwa pernah membaca kisah ini namun belum selesai.
Penasaran pun muncul kembali dan saya lanjutkan membacanya.
Mariyah
Al-Qibthiyyah Ummu Ibrahim adalah salah satu istri Rasulullah dari kalangan
Kristen Koptik. Kita tahu bahwa Kristen Koptik ini adalah Kristen dibawah
pimpinan Paus, nah kisah berawal saat Rasulullah sepulang dari Perang Hudaibiyyah
pada bulan Dzulqa’dah tahun ke-6 H, Rasulullah mengutus Hathib ibn Abi Balta’ah
ra untunk menghadap Raja Muqauqis seorang suku Qibhti di Alexandria, Mesir.
Surat itu berisi ajakan pada raja untuk memeluk islam. Raja Muqauqis menanggapi
surat Rasulullah tersebut dengan sangat baik. Namun sayang sang raja tidak
masuk islam, namun raja meletakkan surat kiriman Rasulullah tersebut pada
sebuah gading gajah, kemudian meletakkan cap di atas surat balasannya yang
dibawa hamba sahaya miliknya Mariyah Al-Qibthiyyah dan Sirin, beserta keledai Ya’fur, dan kuda
putih (bugh-lah) yang sangat langka bernama Daldal untuk dibawa pada Rasulullah.
Pada
saat berjumpa dengan Mariyah Al-Qibthiyyah, Rasulullah sangat terpuka karena Mariyah
Al-Qibthiyyah adalah hamba sahaja berkulit putih, berambut keriting, dan
berparas cantik dari Desa Anshina, Ibu Maria adalah keturunan bangsa Romawi. Tidak
hanya itu Mariyah Al-Qibthiyyah merupakan wanita yang memiliki pengetahuan luas
dan bukanlah seorang wanita hamba sahaya biasa. Saat pertama kali berjumpa
dengan Rasulullah, Mariyah Al-Qibthiyyah merasa terkagum dengan perlakuan kaum
muslim terhadap dirinya hingga suatu ketika Mariyah Al-Qibthiyyah dan
saudaranya tinggal di rumah Ummu Sulaim binti Malhan, Rasulullah keduanya
memeluk islam dan keduanya dengan hati terbuka mengiyakan ajakan Rasulullah.
Setelah
kejadian itu Rasulullah bermalam dengan Maria dengan status milk al-yamin
(hamba sahaya), lalu beliau mengubah status itu dengan menjadikan Maria istri
beliau. Dari Mariyah Al-Qibthiyyah lahirlah anak laki-laki pada bulan
Dzulhijjah tahun ke-8 H. Saat kelahiran, semua orang merasa bahagia karena anak
yang dilahirkan Mariyah Al-Qibthiyyah satu-satunya putra Rasulullah yang lahir
selepas beliau diangkat sebagai Rasul. Kebahagiaan semua orang tersebut membuat
istri-istri Rasulullah merasa sangat cemburu.
Rasulullah
memberi nama putranya dengan nama nenek moyang beliau, Ibrahim a.s. Ibu-ibu
Ansar berebut untuk menyusui Ibrahim. Mereka ingin agar Maria dapat tanang
melayani Rasulullah. Ibrahim kemudian disusui istri padai besi yang bernama
Ummu Burdah binti Al-Mundzir ibn Zaid ibn Labid dari Bani ‘Adi ibn Al-Najjar.
Dikisahkan
dalam buku tersebut, karena sayangnya Rasulullah pada Ibrahim, Rasulullah
sering menjenguk Ibrahim di rumah Ummu Burdah di atas perbukitan Madinah. Namun
usia Ibrahim hanya mencapai 1 tahin 4 bulan. Kematian itu membuat Rasulullah meneteskan
air mata karena sedih.
Saat
Rasulullah meneteskan air mata Abdurrahman berkata pada Rasulullah,” Bukankah
engkau melarang orang-orang untuk menangisi kematian. Saat orang-orang Muslim
melihatmu menangis, merekan akan ikut menangis. Namun saat menahannya engkau
pasti akan menitihkan air mata”.
Rasulullah
pun bersabda,”Sesungguhnya, tetesan air mata adalah tanda kasih sayang.
Siapa yang tidak menyayangi orang lain, maka dia tidak akan disayangi, aku
hanya melarang orang-orang meratapi kematian, dan menyebut-nyebut sesuatu yang
belum pernah dilakukan orang orang yang sudah mati.”
Dan
saat akan memakamkan Ibrahim ada kata-kata bijak yang diucapkan beliau
Rasulullah yang membuat saya begitu terkagum.
“Wahai
putraku, Ibrahim kalaulah kematian ini bukan perkara yang pasti (haq), lalu
tidak ada janji yang benar, tidak ada jalan yang harus ditempuh, dan tidak ada
keyakinan bahwa kami juga akan mati kelak, niscaya aku akan merasakan kesedihan
yang lebih dalam dari saat ini. Sesungguhnya, kita sangat bersedih karena
kematianmu. Mata ini akan meneteskan air mata, dan hati ini akan bersedih,
tetapi kami tidak akan mengucapkan kata-kata uamh membuat Allah murka.”
Diriwayatkan
oleh Jabir, dari ‘Amir, dari Al-Barra’ sesungguhnya Nabi saw. Bersabda,”Sesungguhnya
Ibrahim memiliki ibu yang akan menyempurnakan sisa penyusuannya di surga kelak.”
Beliau menambahkan,”Ia adalah orang yang membenarkan risalahku (shiddiq) dan
termasuk orang yang mati syahid”
Indah
ya kisahnya ^_^
Maha
Suci Allah yang telah memuliakan orang-orang yang membenarkan risalah yang di
wahyukan Allah pada Rasulullah. Semoga kelak kita bisa berjumpa dan berkumpul
bersama mereka di Jannah. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Assalamu'alaikum wr.wb