Cinta adalah sesuatu yang begitu istimewa dan berharga bagi semua orang. Cinta hamba kepada Allah dan Rosul-Nya, cinta Ibu kepada anaknya, cinta pada sesama muslim, cinta suami pada istrinya, dan lain sebagainya. Dalam segala hal dibutuhkan cinta dan kasih sayang karena apabila cinta dan kasih sayang telah mendasari sesuatu maka semua hal yang dilakukan akan terasa indah penuh semangat.
“Tidak beriman seseorang diantara kalian sebelum ia mencintai saudaranya seperti kecintaannya terhadap dirinya sendiri” (HR Bukhari)
Namun tahukah bahwa “Mencintai” itu mempunyai alasan dan hasil akhir? Cinta yang hanya didasarkan pada unsur kecantikan, dan harta tidak akan kekal apabila kedua unsur tersebut tidak lagi ada. Namun beda halnya apabila cinta didasarkan pada kecintaan hanya untuk mendapat keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala insha Allah akan kekal/abadi dan tidak ada istilah expired dalam perjalanannya. Cinta itu akan tetap kekal dan berbunga hingga kehidupan di akhirat kelak kelak. Seperti yang dikatakan Marhum Nizhami dalam syairnya
Adalah permainan syahwat hewani
Cinta sejati merupakan cermin cahaya
Yang tinggi
Di dalamnya tak ada nafsu birahi
Di mata seorang pecinta
Alam semesta bak biji semata
Jika disana ada pecinta
Pasti ma’syuq (kekasih) akan menyapa
Bila cinta berjalan pada jalurNya
Satu kebaikan akan berlipat ganda
Cintai itu sebuah pilihan, mencintai itu sebuah keputusan apabila telah mencintai sesuatu seolah sesuatu tersebut akan selalu menyertai langkah kita. Bahkan dalam beribadah pun kita membutuhkan cinta, karena ibadah yang didasarkan karena cinta kita pada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan terasa begitu nikmat penuh kekusyu’an dalam menjalankannya. Dalam hal ini cinta sejati didapat dari sebuah keputusan dan panggilan hati. Cinta sejati adalah cinta yang tak mengharap pamrih, yang hanya mengharap Ridho Illahi. Cinta ibu kepada anaknya, merupakan salah satu bentuk cinta sejati yang menduduki tingakatan atas setelah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Kadang kala orang menyalah artikan cinta itu sendiri, dan menganggap cinta hanya diberikan hanya untuk Allah dan RasulNya, orang tua, saudara, sahabat, bahkan kekasih. Rasulullah saw pernah bersabda saat bercakap-cakap dengan para sahabat
“Kalian belum benar-benar beriman sebelum berkasih sayang”
Lalu sahabat bertanya,”Wahai Rasulullah, kita semua saling berkasih sayang”
Rasulullah saw pun menjawab,”Bukan kasih sayang antara seseorang dengan temannya, melainkan kasih sayang secara umum” (HR Thabrani)
Dari hadits tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa cinta itu bersifat general. Cinta tidak hanya dikususkan pada beberapa orang dekat saja, melainkan kepada seluruh makhluk. Cinta adalah bentuk nikmat yang diberikan Allah pada hambanya, nikmat begitu luar biasa hingga apabila kita mau sedikit saja berfikir betapa Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat mencintai hamba-hambaNya. Adanya bumi, hujan, adanya pepohonan, pegunungan yang mengeliligi pulau agar air laut tak naik ke daratan, dll merupakan wujud dan fasilitas yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita agar kita dapat lebih mencintaiNya, selalu mengingatNya, dan senantiasa menebar kasih sayang di muka bumi kepada makhluk ciptaanNya. Seperti yang tertuang dalam sebuah hadits Rasulullah saw
“Sesungguhnya Allah, telah menciptakan seratus rahmat (kasih sayang) pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Setiap rahmat terdiri dari beberapa lapis diantara langit dan bumi. Kemudian dari lapis-lapis itu Allah menjadikan satu rahmat du bumi termasuk di dalamnya adalah kasih sayang seorang ibu kepada anaknya juga kasih sayang kepada binatang buas dan unggas.” (HR Muslim)
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu melimpahkan kasih sayang-Nya pada kita semua dan kita pun mendapatkan cinta dari orang yang selalu mencintai-Nya. Amien. . .
0 comments:
Post a Comment
Assalamu'alaikum wr.wb