Ku buka gerbang kos ku dengan berlahan, dan motor pun ku masukkan dalam lingkungan kos agar aman.”Sudah datang Dev?” sapa teman tetangga kamar ku,”Iya Ra” jawab ku sambil tersenyum. Dia pun melanjutkan percakapannya dengan ntah lah siapa tapi yang pasti percakapan itu begitu hangat dan terlihat begitu penting untuk dia, sampai-sampai tanggan kanannya memegang sendok, dan tangan kirinya memegang hp. Motorpun aku dorong dan aku parkirkan di depan kamar ku. “Huh.. lelah sekali” ku usap keringat di bawah cidatku yang sambil masuk kamar. Terdengar percakapan mereka semakin serius, dan jika boleh jujur aku pun mendengarnya karena Rara (teman tetangga kamar) ku me loudspeaker percakapannya.
“Sayang, sibuk gak?” tanya sang penelpon.”Enggak Bebo, ada apa?” jawab teman ku dengan manja.”Gimana ya? Aku ingin ngomong sesuatu?” sahut penelpon. “Ada apa bebo?” Bebo adalah inisial yang dipakai Rara untuk memanggil penelpon itu,“Bebo ku sayang, ada apa sih? Ngomong aja. Gak usah malu, haha.. kayak bekecot aja” Goda sang gadis. “Hmmm... Sayang aku ingin kamu kamu jadi yang terakhir untuk ku.” Jawabnya.. Dengan manja Rara pun menyahut,”Ah.. bohong!” Penelpon,”Enggak sayang, aku serius aku menemukan cinta sejati saat bersama mu”. Si Rara semakin antusias,”Aku juga sayang, aku ingin kamu jadi yang terakhirku, aku begitu lemah menjalani hari-hari ku tanpa kamu.” Obrolan panjang itu itu tidak selesai-selesai hingga sekitar 2 jam. Dan akhirnya, terakhir saat aku kembali dari kamar mandi terdengar,”Tut..tut..tut..” menandakan bahwa telepon telah terputus.
STOP saya tidak akan melanjutkan cerita itu. Yah.. Cinta, cinta dianalogikan sebagai wujud suka terhadap sesuatu, dimana hati tidak lagi dapat membendungnya rasa hingga bagi yang imannya turun akan dimanfaatkan oleh setan untuk membuat tipuan-tipuan yang membuat hati seseorang gelisah, ingin memandang, ingin bertemu, ingin memegang, dan lain sebagainya. Cinta pada sesama manusia itu wajar, dan memang harus ada namun power control pun harus dapat berjalan, agar cinta tersebut menjadi pengikat hubungan silaturahmi antar manusia dalam berbagai aspek kehidupan, dan tidak malah menjadi asbab iman berkurang.
Mungkin kisah yang dialami Rara dan penelpon itu pernah dialami oleh sebagian besar remaja saat ini. Bemain kata-kata manis, ngobrol dengan begitu hangat, bahkan mungkin ada yang lebih dari itu. Astagfirullahal’adzim.. sadar kah kita teman, bahwa dibalik kehangatan itu setanlah pengemasnya. Sadar atau tidak sadar laki-laki di telepon itu merupakan pencuri? Ia pencuri karena dia berjanji padamu, namun yakinkah kamu jika dia yang terakhir? Itulah pertanyaan yang menjadi TANDA TANYA BESAR.
إِلا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ
Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Luhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. Al Hadid : 22)
Apakah kamu yakin bahwa dia yang tertulis di Laul Mahfudz? Sahabat ku, jika memang dia bersungguh-sungguh dengan mu dia tidak akan mengobral janji, mengajak kamu bermesra-mesraan langsung atau lewat telpon, apalagi bertemu dan saling merayu. Na’udzubillah... Mengapa saya mengatakan dia mencuri karena dia berusaha memilikimu namun dia tidak berani mengkhitbahmu apalagi meminta izin untuk menikahimu pada kedua orang tuamu. Jika kau berkata,”Saya belum siap menikah” atau sang muslimah berkata,”Afwan, saya hanya berta’aruf dengan Akwat itu” Kedua pernyataan itu sekilas tidak sama namun hakekatnya sama jika keduanya sama-sama dibumbui kemudhorotan yang terurai di atas.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يا معشر الشباب من اسطاع منكم الباءة فاليتزوج فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء
“Wahai sekalian para pemuda, barang siapa di antara kalian telah mampu untuk menikah maka hendaknya ia menikah, karena menikah dapat lebih menundukkan pandangan, dan lebih menjaga kehormatan. Barang siapa yang belum mampu menikah maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah penjaga baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
0 comments:
Post a Comment
Assalamu'alaikum wr.wb