Sakura, meski ku tak pernah
melihatmu secara langsung apa lagi memetik mu, namun aku yakin apa yang ku
lihat di tv dan internet sama seperti aslimu, yang indah, elegant, juga begitu
cantik. Hayalan ku kali ini membawa ku ke Jepang, dimana disana aku sedang
duduk di kursi sendiri di temani laptop cantik ku berwarna pink, di dekat
telaga yang begitu indah, dan yang pasti ditemani indahnya warna mu yang begitu
aku suka. Iyaaaa.. aku senang sekali warna pink, itu warna kesukaan ku sejak
sekolah dasar. Semua yang berhubungan dengan ku pasti warnanya pink, mulai dari
cat tembok, baju, aksesoris, kursi kamar, sampai tutup makanan pun warnanya
juga pink.
Sakura, aku punya cerita cinta di
facebook. Cerita ku ini bukanlah cerita yang asing juga bukan cerita baru. Ini cerita
ku 3 tahun yang lalu, sebelum ku berangan-angan bertemu denganmu. Aku mencintai
seorang laki-laki di facebook. Awalnya aku hanya mengaguminya karena kepandaiannya
dan kemampuannya dalam berdakwah sangat halus, pembawaan yang sabar, dan
tlaten. 1,2,3 bulan berlalu aku hanya mengaguminya, selalu berdo’a agar dia
selalu diberi kesehatan supaya dapat aku tanya terus.
Entah apa gerangan, ternyata diam-diam
dia menyukai ku, yang awalnya hanya ngobrol lewat pesan di facebook pun berubah
menjadi smsan. Aku tak menyangka jika ini akhirnya terjadi, karena yang aku
inginkan dari dia hanya ilmunya namun apa daya setan memperdayakan ku yang akhirnya
mendorongku mencintainya. Kisah ini ku tulis dalam notes kecil yang biasanya
aku gunakan untuk menghitung soal-soal Fisika karena berjalan cepat. Dia yang
awalnya dingin berubah jadi hangat dan ntah mengapa kekaguman ku padanya karena
dia yang selalu menjaga jarak dengan wanita, dan cuek tidak akan membalas pesan
jika itu hanya basa-basi mendadak menghilang. Dan setan benar-benar
menghasutku, melunakkan hati ku hingga aku yang awalnya juga menjaga jarak jadi
tak berkutik dan alhasil mencintainya. Hingga percakapan hangat kami berlangsung
sekitar 1 bulan.
Suatu hari dia menelfon ku...
“Kring... Kring...”
“Assalamu’alaikum...”
“Wa’alaikumsalam warrohmatullahi
wabarrokatuh.. Ukhti Lina?”
“Iya, maaf ini siapa?” tanya ku pura-pura
tidak tahu karena gugup
“Ini Ahmad.” Jawabnya dengan begitu
lembut
“Ustadz Ahmad? UIN Malang?”
Terlintas dibenak ku, ternyata dia
yang begitu dingin dalam kata-kata sungguh tak sedingin suaranya yang begitu
lembut
“Eh,, iya Ustadz maaf ada apa?” aku
begitu gugub, karena itu kali pertama ku mendengar suaranya, ditambah pula
dalam kondisi aku yang baru saja pulang dari sekolah masih mengenakan sragam
abu-abu putih.
“Ukhti sedang repot?”
“Tidak ustadz, tapi ini baru pulang
sekolah!”
“Oh.. afwan, jika Ukhti berkenan
saya ingin menelfon Ukhti ½ jam lagi”
“Iya, ustadz. Insha Allah.”
Ku lucuti bajuku, segera sholat
dhuhur, dan lari menuju kamar menunggu telephone dari Ustadz Ahmad. Tidak lama
kemudian
“Kring.. kring...”
“Assalamu’alaikum...”
“Wa’alaikumsalam warrohmatullahi wabarrokatuh. Bisa saya mulai
Ukhti?”
“Inggeh Ustadz monggo..!”
“Ukhti pernah mendengar hadits “Zina kedua
mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan
adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina
kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan
berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari
yang demikian.” (HR. Muslim)?”
“Insha
Allah pernah Ustadz. Maaf Ukhti saya benar-benar minta maaf.”
“Minta maaf untuk apa Ustadz??”
“Sepertinya saya selama ini melakukan hal itu!” terdengar
suaranya yang keruh, seperti menangis. Hmm.. mungkin memang menangis.”Setan
membuat saya lupa, akan tujuan dakwah saya.”
“Maaf Ustadz, apakah saya telah
melakukan kesalahan??” dengan binggung
“Ukhti, maaf setelah saya memahami
lebih jauh ternyata setan membuat saya lupa lewat photo profile”
Jedddddooooookkkkkkkkk.............
tanpa dia bilang, aku tanggap bahwa dia terhasut oleh photo profile ku
“Demi Allah Ukhti, saya merasa
bersalah.”
Ucapannya yang halus itu seketika
menampar hati ku, dan membuat ku teringat dengan sebuah artikel yang intinya
bahwa wanita adalah ujian terbesar untuk laki-laki yang bisa jadi menjadi sebab
timbulnya fitnah bila tidak mampu menjaga pandangan, begitu halnya dengan
wanita, karena kecerdikan setan dalam mengahsut. Cinta ku seketika gugur
seperti mu wahai bunga sakura saat musim gugur menyapa mu.
Hingga aku pun kembali tersadar,
segera menuju cermin besar ku dan mengaca.
“Astagfirullahal’adzim...”
Mungkin raut wajah wanita menjadi fitnah dan lwat wajah pula setan
menembakkan hasutan-hasutannya di mata laki-laki yang tidak hanya di facebook,
YM, atau tweeter. Mungkin juga ini jawaban dari kerisihan ku selama ini karena
laki-laki, pembawaan ku yang kalem, familiar, dan juga murah senyum membuat ku
rawan sekali digoda. Aku sering kali dilanda kebinggungan dalam mengambil sikap
bila berhubungan dengan kaum laki-laki dalam suatu organisasi, diskusi,
bertegur sapa dijalan, dll.
Sempat ku bertanya pada kakak ku
“Kak, ada ndak larangan bertegur sapa
dan senyum pada non mahram?”
Kakak ku bilang,”Dalil dari mana,
Dek? Ya ndak adalah, yang ada itu menundukkan atau menjaga pandangan. Senyum
itu sodaqoh, dengan senyum akan mempererat silaturahmi!”
Hmm.. Itu membuat ku lebih jaga
jarak dengan laki-laki non mahram, wahai sakura. Niatan ku tak lebih hanya ingin
berbagi kebahagiaaan dengan senyuman, hanya ingin mempererat silaturahmi dengan
keakraban (familiar), dan hanya berusaha menjaga akhlak dengan kelembutan tutur
kata..
“Katakanlah kepada wanita yang beriman:
“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An
Nur: 31)
Dan
ku berusaha sepertimu wahai Sakura, tetap indah tanpa ada yang merusakmu karena
mereka yang ada disekitarmu selalu menjagamu.....
0 comments:
Post a Comment
Assalamu'alaikum wr.wb