Tafakur Kehidupan
Ku telusuri gang-gang di dalam mall, mulai hoka-hoka bento, MC
Donald, beberapa restaurant elit, distro-distro baju, jacket, tas, sepatu,
sandal, tempat karaoke, super market, dll banyak banget dan sempat membuat ku
makin binggung harus berjalan kemana karena mall yang begitu besar.
Alhamdulillah akhirnya ku temukan juga pintu masuk tertuliskan Pizza Hut, dan
rasanya begitu lega. Ku injakkan kaki ku di depan pintunya, sambil menengok
kanan kiri seperti orang asing *padahal memang orang asing.haha :D:D* dengan
ramahnya wanita berseragam hitam rapi dengan rambut yang dikuncir atas seperti
sanggul, juga dengan pipi yang merona karena memakai blusson, juga bibir yang
tak terlihat kering menyapa ku.
Perkenalkan nama ku Hindun Ummi
Kultsum, semester 5 di Fakultas Kedokteran di salah satu universitas swasta di
Jawa Timur. Aku terlahir di desa terpencil nan pelosok di kabupaten ku. Kedua
orang tua ku bekerja sebagai pegawai negeri sipil, ibu sebagai pengajar sekolah
dasar di desa akses sulit lereng gunung dekat rumah, sedangkan bapak adalah
mantri yang bertugas di puskesmas di daerah pegunungan yang cukup jauh dari
rumah.
Pada suatu hari tepatnya hari sabtu
aku alarm pengingat ku berbunyi.....
“Tit... tut... titt....”
Aku yang masih di dalam kamar mandi
tak mendengar suara itu dan setelah aku kembali ternyata sudah sekitar 5 kali
alarm ku berdering.
Dalam
catatan tertulis : PIZZA PESANAN MAULIDA
“Ku rasa si Maulida ingat dengan
janji ku”
Ya.. tidak lama kemudian, nada sms di
hp ku berbunyi. Setelah ku buka :
Mbak Aku tumbasno pizza
Dalam batin ku pun berkata,”Pizza,
pizza itu modelnya kayak apa sih?? Seumur-umur aku belum pernah menyentuhnya,
juga belum pernah melihatnya secara langsung, apa lagi memakannya. Masuk tokonya
aja aku juga belum pernah. Hmmm....”
Meski ku pikir ini adalah hal katrok
dan sekelas ga jamani ku buang rasa malu ku dan bertanya pada teman tetangga
kamar kos ku.
“Ayu....!!” teriak ku dari kamar
“Iya Ndun, ada apa?”
“Kamu di kamar ngapain?”
“Gak ngapa-ngapain, kenapa?”
“Aku ke situ ya!”
“Okey!”
Akhirnya ku coba bertanya padanya
yang sering pergi ke mal-mal
“Ayu, beli Pizza itu dimana ya? Tau ndak?”
tanya ku dengan polos
“Di Mall Jaya Baya lo ada”
“Oh.. ya makasih kalau gitu, aku mau
ganti baju terus kuliah” sambil memakai sandal jepit dan kembali menuju kamar.
Dan aku pun kembali bertanya pada
fikiran ku,”Mall Jaya Baya ya? Hmm.. aku kesana baru 4 kali itupun nganterin
teman belanja. Karena rute perjalanan ku selama ini hanya kampus, perpustakaan
daerah, kos teman (kalau kebetulan ada tugas), dan kembali lagi ke tempat kos. karena aku memang tidak begitu suka keluyuran di mall, alun-alun dan tempat-tempat ramai lainnya jika hanya untuk senang-senang tanpa tujuan yang jelas.”
Jam menunjukkan pukul 09.00 pagi, ku
pun bergegas pergi ke kampus dengan menggunakan motor mio hitam milik orang tua
ku yang dipinjamkan untuk pulang pergi menuntut ilmu. Sesampainya di kampus dengan
seksama ku mendengarkan dan menyimak Wiji Laoshe menerangkan perlajaran
mandarin. Dan menuju pada sesi ke dua pelajaran bahasa inggris setelah sholat
duhur.
Disela-sela tugas terjadi obrolan seru
antara aku, Susie, Yolanda, Dinda, dan Amanda
“Hayo siapa tau parkiran paling
murah di kota ini di daerah mana??” Yolanda main tebak-tebakan rupanya, tapi
tak ada satupun teman ku yang bisa jawab. Aku yang awalnya serius mengerjakan
free test mendadak menoleh kebelakang dan ikut serta dalam banyolan itu
“Pakiran Rp 1000 ada ndak?” sambil
meledek
Amanda menyahut,”Parkiran Rp. 1000
mana ada Ndun! Yang ada itu Rp 2000 an.”
Tiba-tiba,”Hahaha.. Rp 1000
parkiran? es teh aja lo Rp 1500” sahut Dinda
Susie pun menyahut,”Tuh di penjual
nasgor es jeruk malah Rp 2000 lo!!”
Yolanda,”Eh... siapa bilang gak ada!
Tuh di depan Pizza hut mall jaya baya parkirannya Rp 1000, terus di depan toko
restu, dan toko sandal strowbery juga Rp 1000!”
“Wah.. hafal betul kau,
jangan-jangan kau ini tukang parkir ya!!!” ledek Dinda, dan semua pun kembali
tertawa
Susie menyahut lagi,”Iya Yolanda itu
tukang parkir kayaknya. Pagi-sore kuliah malamnya jadi tukang parkir”
Yolanda membela diri,“Yee... gak
ya!! Aku hafal-hafal sendiri tau! Kalian itu yang kurang jeli meneliti hal-hal
murah kesenangan mahasiswa.”
Dari percakapan itu aku langsung
respon mendengar kata “Pizza Hut”, akhirnya aku guyoni si Yolanda,”Emang
sebelah mana parkiran Rp 1000 di Jaya Baya?!”
Itu lo disebelah kanan...........
dan aku pun diberi denah.
Teman-teman masih mengguyoni Yolanda
dengan pengetahuannya yang begitu luas tetang perparkiran dan aku kembali focus
pada free test, karena telah dapat membayangkan tempat mana yang akan aku tuju.
Akhirnya perkuliahan bahasa inggris
pun usai tepat pada pukul 15.00. dan sebelum melakukan pencarian tempat aku
sholat Ashar di kos Bella yang tempat di belakang kampus. Dan setelah usai,
cekidooootttttt...... mencari toko Pizza Hut..
Ku telusuri jalanan kota yang begitu ramai dan padat, melewati
pertokoan yang begitu banyak serta traffic lamp yang memancetkan transportasi
yang sebagian besar motor. Polusi pun tak dapat dielakkan karena
kenalpot-kenalpot truck terus saja mengebul. Hmm... berna-benar tak enak
tinggal di kota besar. Pengaruh asap tebal yang terus mengebul itu dapat
memperkecil volume paru-paru pada anak yang masih balita, dan secara otomatis
mengotori dan dapat pula mengganggu kinerja paru-paru seperti timbulnya asma, batuk
tak berdahak, serta beberapa jenis sesak nafas karena efect dari udara yang
tidak bersih.
Motor ku pun ku hentikan di depan sebuah mall besar. Tertulis di
atas dengan begtu besar Jaya Baya Mall. Dengan berbagai papan-papan promosi
toko dan diskon. Dan mata ku pun tertuju pada tulisan
Yang berada di samping kanan mall tepatnya dekat parkiran mobil, seperti
apa yang dijelaskan Yoland pada denahnya.
“Alhamdulillah.... akhirnya ketemu” syukur ku
Akhirnya motor aku parkirkan tepat di depan tulisan Pizza Hut. Dan pencarian
pun hampir membuahkan hasil, namun oh namun yang membuat aku binggung adalah
aku yang tak tau masuknya lewat mana berdiri di parkiran pinggir jalan
bermenit-menit mengamati orang-orang yang membawa kotak pizza keluar masuk
Mall. Demi Allah aku benar-benar ndak tau, akhirnya ku putuskan untuk masuk
mall sendiri walau aku sadar sebenarnya keputusan itu salah karena pergi ke
tempat ramai tanpa mahram seperti yang dikatakan ustadz ku. Tapi ya sudahlah sekali-kali
dari pada pas pulang adik nangis, akhirnya aku masuk juga dengan rasa yang
gimana gitu karena sendiri di tempat ramai full music.
“Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?”
“Mau pesan mbak.” Jawab ku
“Kakak mau makan disini atau paket deliver. Kalau makan disini
silahkan duduk kalau paket deliver bisa menuju mbak yang disebelah sana”
menunjuk pelayan yang menangani paket bawa pulang
“Oh iya makasih” aku langsung menuju mbak bersragam dan bermake up
seperti wanita tadi
Sanpai...............................
“Selamat siang kak! Pesan paket apa? Ini menunya silahkan dilihat
dahulu” tanyanya dengan logat setengah madura sepertinya
“Iya” dengan membalas senyum mbaknya
Gubraaakkkkkkkkkkk.... dari belasan rasa pizza dan beberapa menu
handalan tak ada satupun yang aku tahu rasanya. Gimana mau milih.
Ya
Allah.......???????????????!!!?!? -.-“
Andai bisa ngomong pasti aku akan bilang,“Mbak, saya pertama kali
ini datang dan menginjakkan kaki di Pizza Hut!”
“Isi ikan tuna ya? Yang kecil, sedang apa besar?”
“Kalau yang rasa keju ada ndak *hahaha.. rasa keju kayak roti isi
aja :D:D*??” suwer.. bener-bener sok tau ceritanya
“Adanya varian Kak”
“Oh... kalau ini isinya apa?” menunjuk salah satu gambar
“Itu isinya paprika, sifut, ada sedikit sosis,bla....bal............”
“Hmmmm.......” agak lama aku terdiam
sambil membuka-buka buku menu, dengan tulisan harga dibawahnya yang kulihat. Terlintas
dibenak ku sepatah kata “MAHAL BANGET”
“Kalau yang ini mbak, harganya
berapa yang ukuran sedang??”
“Kalau dikasih pinggiran harganya Rp
64.565 kalau dikasih pinggiran Rp 71.000"
Gloooteeekkkkkkkkk............
MAHAL!!!!!!!!!! Teriakan hati ku
Itu uang makan ku seminggu kawan!!!!!!!!!!!!!
bahkan seminggu hanya sekitar max Rp 50.000. Karena aku masak sendiri. Sehari sekitar
Rp 10.000 dengan rincian ayam ¼ kg Rp 6000, sayur bayam+kecambah Rp. 1500 dan
Rp. 2500 buat beli blimbing atau rambutan. Hmm... makanan enak untuk sekelas
anak kos. Tapi itu jarang paling sering sekitar Rp 5000, itu terdiri dari tempe/tahu
Rp. 1000, kadang beli lombok Rp 1000, sayur bayam+capar/sop-sopan Rp. 1500
sisanya biasanya aku mintai jenang jagung atau getok lindri (ketela yang
ditumbuk diberi parutan kelapa dan gula).
“Kakak.. jadi pesan yang mana??”
“Astagfirullah...” tak sadar aku
melamun
“Oh.. yang ini aja mbak paket sedang
pake tepian!”
Meski saat itu aku membawa uang yang
lumayan banyak di dompet kurang lebih sekitar Rp 500.000 rasanya enggan
menggeluarkan Rp 71.000 untuk membeli makanan bulat kacau nan aneh itu.
“Atas nama kak?"
"Hindun"
"Harganya Rp 71.000, atas nama kak hindun, uangnya Rp 100.000 kembalinya Rp 29.000. Ini struknya silahkan menunggu di luar 15 menit. Terimakasih atas kunjungan Kakak!”
"Hindun"
"Harganya Rp 71.000, atas nama kak hindun, uangnya Rp 100.000 kembalinya Rp 29.000. Ini struknya silahkan menunggu di luar 15 menit. Terimakasih atas kunjungan Kakak!”
Hmm.... agak canggung memang, karena itu kali pertama masuk tempat
yang dikata terkenal itu, benar-benar terlihat begitu kolot di hadapan mereka. Tapi
biarlah, gak peduli. Yang penting bisa nepati janji sama anak kecil itu (adik
ku). Saat menunggu lumayan lama, ku ambil buku bacaan yang beberapa hari yang
lalu aku pinjam di perpustakan daerah. Di depan ku banyak juga anak muda yang
menunggu pesanan, tapi ku coba cuek dan menikmati sore yang begitu dingin
karena hujan itu dengan memasuki dunia baru di alam cerita buku yang aku baca.
“Kak Hindun!” panggil pelayan
Segera ku masukkan buku ku dan
menangking jaket yang aku bawa serta tas rangsel isi laptop, dan beberapa buku
yang telah aku persiapkan karena langsung mudik.
“Iya...!”
“Ini pesanannya, silahkan datang
kembali”
“Terimakasih” senyum ku untuk
pelayan dan pelayan itu membalas senyum ku
Pergilah keluar menuju parkiran dan
mengambil motor.
“Bismillahirrohmanirrohim..
Bismillahitawakaltu..............................”
Motor pun ku gas dan ban berputar
terus mengantarkan ku menuju rumah. Dalam perjalanan ku lewati hektaran sawah,
dan matahari terlihat mulai malu dengan warna orange yang ia pancarkan....
butiran padi yang belum terlihat, sehingga hijaunya daun begitu menyejukkan
mata yang telah lelah dengan suasana perkotaan.
Terlintas dibenak ku memikirkan uang Rp 71.000 ku yang terpaksa
melambai pergi untuk makanan bulat itu. Jujur aku adalah wanita penuh
perhitungan, ini adalah pendidikan yang diajarkan ibu ku sejak aku kelas 7
Madrasah Tsanawiyah.
“Sebagai wanita harus pandai mengatur keuangan, karena apapun
profesinya bakal menjadi ibu rumah tangga mengurus mendidik anak mengurus
keperluan suami terutama masalah keuangan. Jangan asal-asalan ngeluarin uang (boros),
ingat-ingat bapak sama ibu dulu pengen sekolah saja harus sengsara dulu. Bapak
kamu misalnya SD saja molor sampai usia 16 tahun karena krisis moneter saat itu
dibela-belain nyari kodok di sawah malam-malam utuk dijual paginya dan uangnya
ditabung untuk biaya sekolah, juga pernah jadi penjual es lilin, nyambi nyari
bekecot di tegal. Makanya sering tinggal kelas, karena setiap kali kehabisan
biaya bapak kamu ndak masuk sekolah nyari uang, jika uang sudah cukup baru
sekolah lagi. Ibu juga gitu, ibu dulu sekolah ndak pernah dikasih uang jajan.
Mbah kakung mu hanya ngasih biaya buat sekolah, mau makan saja ibuk harus pergi
ke tegal dekat kos nyari daun-daunan yang sekiranya bisa dimakan. Makan di
rumah pun juga tidak layak dimakan. Dulu ibu sering makan bekatul, yang
sekarang buat makanan ayam. Jadi anak sekolah harus sengsara dulu, biar kalau
sudah berumah tangga tidak hura-hura walau punya banyak uang dan tetap bisa
sodaqoh. Kamu, bapak kamu, dan adik-adik kamu alhamdulillah tetap sehat sampai
detik ini dengan makanan sederhana namun tetap memperhatikan gizi. Jadi jangan
beranggapan mau sehat harus makan, makanan mahal.”
Pesan ibu itulah yang sampai saat ini aku ingat, dan aku tanamnkan
dalam-dalam pada hati dan fikiran ku, kadang kalau kalau kata-kata itu ku ingat
dan ku resapi aku mau ngeluarin buat makan Rp 5000 rasanya eman sekali, dan sesekali
mencoba masak ketela rebus dengan susu kental manis namun ternyata ketela tidak
dapat menyuplai kebutuhan energi untuk ku berfikir dan beraktivitas. Dan aku
salut dengan orang dulu terutama kedua orang tua ku yang terlahir dari keluarga
tak punya dan sangat tidak punya, dengan hidup serba kekurangan namun semangat
mereka untuk tetap sekolah membuahkan hasil hingga menjadi pegawai negeri dan
dapat menyekolahkan aku di kedokteran. Itu yang sering membuat ibu dan bapak
terharu disela-sela cerita masa lalunya dengan penuh tasbih memuji Allah.
Ya Allah..... Rp 71.000 itu uang
yang di dapat pegawai linting rokok setelah bekerja 3 hari
Ya Allah..... Rp 71.000 itu uang
yang di dapat buruh bangunan setelah kerja 2 hari
Ya Allah..... Rp 71.000 kalau
dibelikan bakso bisa dapat 30 mangkok
Ya Allah..... Rp 71.000 kalau
dibeliin ikan laut bisa dapat 25 kg
Ya Allah..... Rp 71.000 kalau
dibeliin bawang merah/bawang putih bisa dapat 7 kg
Lamunan panjang terhapus oleh suara
adzan magrib, dan tak terasa aku telah sampai kampung halaman tercinta disambut
senyum kedua orang tua juga adik-adik ku yang menanyakan keadaan ku ^_^
Dengan rok yang basah, dan badan
yang menggigil kedinginan karena paginya aku tidak sahur. Bergegas ku batalkan
puasa sunnah ku dengan seteguk air dan Pizza yang aku beli. Enak ternyata
rasanya, nyam... nyam... dan aku harus lebih banyak bersyukur karena dapat
merasakan makanan itu untuk kali pertama. Mungkin tetangga-tetangga ku yang
mayoritas petani tak pernah merasakan masakan ini sampai akhir hayatnya. Dan
inilah salah satu alasan mengapa aku ingin menjadi dokter berjiwa petani karena
aku tak ingin hidup bermewah-mewahan.
0 comments:
Post a Comment
Assalamu'alaikum wr.wb