Tuesday, January 3, 2012

Ku Ingin Menjadi Bunga Sakura

Posted by Devy Ratriana Amiati at 2:40 AM


            Sakura, meski ku tak pernah melihatmu secara langsung apa lagi memetik mu, namun aku yakin apa yang ku lihat di tv dan internet sama seperti aslimu, yang indah, elegant, juga begitu cantik. Hayalan ku kali ini membawa ku ke Jepang, dimana disana aku sedang duduk di kursi sendiri di temani laptop cantik ku berwarna pink, di dekat telaga yang begitu indah, dan yang pasti ditemani indahnya warna mu yang begitu aku suka. Iyaaaa.. aku senang sekali warna pink, itu warna kesukaan ku sejak sekolah dasar. Semua yang berhubungan dengan ku pasti warnanya pink, mulai dari cat tembok, baju, aksesoris, kursi kamar, sampai tutup makanan pun warnanya juga pink.

            Sakura, aku punya cerita cinta di facebook. Cerita ku ini bukanlah cerita yang asing juga bukan cerita baru. Ini cerita ku 3 tahun yang lalu, sebelum ku berangan-angan bertemu denganmu. Aku mencintai seorang laki-laki di facebook. Awalnya aku hanya mengaguminya karena kepandaiannya dan kemampuannya dalam berdakwah sangat halus, pembawaan yang sabar, dan tlaten. 1,2,3 bulan berlalu aku hanya mengaguminya, selalu berdo’a agar dia selalu diberi kesehatan supaya dapat aku tanya terus.

            Entah apa gerangan, ternyata diam-diam dia menyukai ku, yang awalnya hanya ngobrol lewat pesan di facebook pun berubah menjadi smsan. Aku tak menyangka jika ini akhirnya terjadi, karena yang aku inginkan dari dia hanya ilmunya namun apa daya setan memperdayakan ku yang akhirnya mendorongku mencintainya. Kisah ini ku tulis dalam notes kecil yang biasanya aku gunakan untuk menghitung soal-soal Fisika karena berjalan cepat. Dia yang awalnya dingin berubah jadi hangat dan ntah mengapa kekaguman ku padanya karena dia yang selalu menjaga jarak dengan wanita, dan cuek tidak akan membalas pesan jika itu hanya basa-basi mendadak menghilang. Dan setan benar-benar menghasutku, melunakkan hati ku hingga aku yang awalnya juga menjaga jarak jadi tak berkutik dan alhasil mencintainya. Hingga percakapan hangat kami berlangsung sekitar 1 bulan.

            Suatu hari dia menelfon ku...

            “Kring... Kring...”

            “Assalamu’alaikum...”

            “Wa’alaikumsalam warrohmatullahi wabarrokatuh.. Ukhti Lina?”

            “Iya, maaf ini siapa?” tanya ku pura-pura tidak tahu karena gugup

            “Ini Ahmad.” Jawabnya dengan begitu lembut

            “Ustadz Ahmad? UIN Malang?”

            Terlintas dibenak ku, ternyata dia yang begitu dingin dalam kata-kata sungguh tak sedingin suaranya yang begitu lembut

            “Eh,, iya Ustadz maaf ada apa?” aku begitu gugub, karena itu kali pertama ku mendengar suaranya, ditambah pula dalam kondisi aku yang baru saja pulang dari sekolah masih mengenakan sragam abu-abu putih.

            “Ukhti sedang repot?”

            “Tidak ustadz, tapi ini baru pulang sekolah!”

            “Oh.. afwan, jika Ukhti berkenan saya ingin menelfon Ukhti ½ jam lagi”

            “Iya, ustadz. Insha Allah.”

            Ku lucuti bajuku, segera sholat dhuhur, dan lari menuju kamar menunggu telephone dari Ustadz Ahmad. Tidak lama kemudian

“Kring.. kring...”

“Assalamu’alaikum...”

“Wa’alaikumsalam warrohmatullahi wabarrokatuh. Bisa saya mulai Ukhti?”

“Inggeh Ustadz monggo..!”

            “Ukhti pernah mendengar hadits “Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim)?”

            “Insha Allah pernah Ustadz. Maaf Ukhti saya benar-benar minta maaf.”

“Minta maaf untuk apa Ustadz??”

“Sepertinya saya selama ini melakukan hal itu!” terdengar suaranya yang keruh, seperti menangis. Hmm.. mungkin memang menangis.”Setan membuat saya lupa, akan tujuan dakwah saya.”

            “Maaf Ustadz, apakah saya telah melakukan kesalahan??” dengan binggung
            “Ukhti, maaf setelah saya memahami lebih jauh ternyata setan membuat saya lupa lewat photo profile”

            Jedddddooooookkkkkkkkk............. tanpa dia bilang, aku tanggap bahwa dia terhasut oleh photo profile ku

            “Demi Allah Ukhti, saya merasa bersalah.”

            Ucapannya yang halus itu seketika menampar hati ku, dan membuat ku teringat dengan sebuah artikel yang intinya bahwa wanita adalah ujian terbesar untuk laki-laki yang bisa jadi menjadi sebab timbulnya fitnah bila tidak mampu menjaga pandangan, begitu halnya dengan wanita, karena kecerdikan setan dalam mengahsut. Cinta ku seketika gugur seperti mu wahai bunga sakura saat musim gugur menyapa mu.

            Hingga aku pun kembali tersadar, segera menuju cermin besar ku dan mengaca.

“Astagfirullahal’adzim...”

Mungkin raut wajah wanita menjadi fitnah dan lwat wajah pula setan menembakkan hasutan-hasutannya di mata laki-laki yang tidak hanya di facebook, YM, atau tweeter. Mungkin juga ini jawaban dari kerisihan ku selama ini karena laki-laki, pembawaan ku yang kalem, familiar, dan juga murah senyum membuat ku rawan sekali digoda. Aku sering kali dilanda kebinggungan dalam mengambil sikap bila berhubungan dengan kaum laki-laki dalam suatu organisasi, diskusi, bertegur sapa dijalan, dll.

            Sempat ku bertanya pada kakak ku

            “Kak, ada ndak larangan bertegur sapa dan senyum pada non mahram?”
            Kakak ku bilang,”Dalil dari mana, Dek? Ya ndak adalah, yang ada itu menundukkan atau menjaga pandangan. Senyum itu sodaqoh, dengan senyum akan mempererat silaturahmi!”

            Hmm.. Itu membuat ku lebih jaga jarak dengan laki-laki non mahram, wahai sakura. Niatan ku tak lebih hanya ingin berbagi kebahagiaaan dengan senyuman, hanya ingin mempererat silaturahmi dengan keakraban (familiar), dan hanya berusaha menjaga akhlak dengan kelembutan tutur kata..

            “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nur: 31)

            Dan ku berusaha sepertimu wahai Sakura, tetap indah tanpa ada yang merusakmu karena mereka yang ada disekitarmu selalu menjagamu.....

0 comments:

Post a Comment

Assalamu'alaikum wr.wb

Tuesday, January 3, 2012

Ku Ingin Menjadi Bunga Sakura



            Sakura, meski ku tak pernah melihatmu secara langsung apa lagi memetik mu, namun aku yakin apa yang ku lihat di tv dan internet sama seperti aslimu, yang indah, elegant, juga begitu cantik. Hayalan ku kali ini membawa ku ke Jepang, dimana disana aku sedang duduk di kursi sendiri di temani laptop cantik ku berwarna pink, di dekat telaga yang begitu indah, dan yang pasti ditemani indahnya warna mu yang begitu aku suka. Iyaaaa.. aku senang sekali warna pink, itu warna kesukaan ku sejak sekolah dasar. Semua yang berhubungan dengan ku pasti warnanya pink, mulai dari cat tembok, baju, aksesoris, kursi kamar, sampai tutup makanan pun warnanya juga pink.

            Sakura, aku punya cerita cinta di facebook. Cerita ku ini bukanlah cerita yang asing juga bukan cerita baru. Ini cerita ku 3 tahun yang lalu, sebelum ku berangan-angan bertemu denganmu. Aku mencintai seorang laki-laki di facebook. Awalnya aku hanya mengaguminya karena kepandaiannya dan kemampuannya dalam berdakwah sangat halus, pembawaan yang sabar, dan tlaten. 1,2,3 bulan berlalu aku hanya mengaguminya, selalu berdo’a agar dia selalu diberi kesehatan supaya dapat aku tanya terus.

            Entah apa gerangan, ternyata diam-diam dia menyukai ku, yang awalnya hanya ngobrol lewat pesan di facebook pun berubah menjadi smsan. Aku tak menyangka jika ini akhirnya terjadi, karena yang aku inginkan dari dia hanya ilmunya namun apa daya setan memperdayakan ku yang akhirnya mendorongku mencintainya. Kisah ini ku tulis dalam notes kecil yang biasanya aku gunakan untuk menghitung soal-soal Fisika karena berjalan cepat. Dia yang awalnya dingin berubah jadi hangat dan ntah mengapa kekaguman ku padanya karena dia yang selalu menjaga jarak dengan wanita, dan cuek tidak akan membalas pesan jika itu hanya basa-basi mendadak menghilang. Dan setan benar-benar menghasutku, melunakkan hati ku hingga aku yang awalnya juga menjaga jarak jadi tak berkutik dan alhasil mencintainya. Hingga percakapan hangat kami berlangsung sekitar 1 bulan.

            Suatu hari dia menelfon ku...

            “Kring... Kring...”

            “Assalamu’alaikum...”

            “Wa’alaikumsalam warrohmatullahi wabarrokatuh.. Ukhti Lina?”

            “Iya, maaf ini siapa?” tanya ku pura-pura tidak tahu karena gugup

            “Ini Ahmad.” Jawabnya dengan begitu lembut

            “Ustadz Ahmad? UIN Malang?”

            Terlintas dibenak ku, ternyata dia yang begitu dingin dalam kata-kata sungguh tak sedingin suaranya yang begitu lembut

            “Eh,, iya Ustadz maaf ada apa?” aku begitu gugub, karena itu kali pertama ku mendengar suaranya, ditambah pula dalam kondisi aku yang baru saja pulang dari sekolah masih mengenakan sragam abu-abu putih.

            “Ukhti sedang repot?”

            “Tidak ustadz, tapi ini baru pulang sekolah!”

            “Oh.. afwan, jika Ukhti berkenan saya ingin menelfon Ukhti ½ jam lagi”

            “Iya, ustadz. Insha Allah.”

            Ku lucuti bajuku, segera sholat dhuhur, dan lari menuju kamar menunggu telephone dari Ustadz Ahmad. Tidak lama kemudian

“Kring.. kring...”

“Assalamu’alaikum...”

“Wa’alaikumsalam warrohmatullahi wabarrokatuh. Bisa saya mulai Ukhti?”

“Inggeh Ustadz monggo..!”

            “Ukhti pernah mendengar hadits “Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim)?”

            “Insha Allah pernah Ustadz. Maaf Ukhti saya benar-benar minta maaf.”

“Minta maaf untuk apa Ustadz??”

“Sepertinya saya selama ini melakukan hal itu!” terdengar suaranya yang keruh, seperti menangis. Hmm.. mungkin memang menangis.”Setan membuat saya lupa, akan tujuan dakwah saya.”

            “Maaf Ustadz, apakah saya telah melakukan kesalahan??” dengan binggung
            “Ukhti, maaf setelah saya memahami lebih jauh ternyata setan membuat saya lupa lewat photo profile”

            Jedddddooooookkkkkkkkk............. tanpa dia bilang, aku tanggap bahwa dia terhasut oleh photo profile ku

            “Demi Allah Ukhti, saya merasa bersalah.”

            Ucapannya yang halus itu seketika menampar hati ku, dan membuat ku teringat dengan sebuah artikel yang intinya bahwa wanita adalah ujian terbesar untuk laki-laki yang bisa jadi menjadi sebab timbulnya fitnah bila tidak mampu menjaga pandangan, begitu halnya dengan wanita, karena kecerdikan setan dalam mengahsut. Cinta ku seketika gugur seperti mu wahai bunga sakura saat musim gugur menyapa mu.

            Hingga aku pun kembali tersadar, segera menuju cermin besar ku dan mengaca.

“Astagfirullahal’adzim...”

Mungkin raut wajah wanita menjadi fitnah dan lwat wajah pula setan menembakkan hasutan-hasutannya di mata laki-laki yang tidak hanya di facebook, YM, atau tweeter. Mungkin juga ini jawaban dari kerisihan ku selama ini karena laki-laki, pembawaan ku yang kalem, familiar, dan juga murah senyum membuat ku rawan sekali digoda. Aku sering kali dilanda kebinggungan dalam mengambil sikap bila berhubungan dengan kaum laki-laki dalam suatu organisasi, diskusi, bertegur sapa dijalan, dll.

            Sempat ku bertanya pada kakak ku

            “Kak, ada ndak larangan bertegur sapa dan senyum pada non mahram?”
            Kakak ku bilang,”Dalil dari mana, Dek? Ya ndak adalah, yang ada itu menundukkan atau menjaga pandangan. Senyum itu sodaqoh, dengan senyum akan mempererat silaturahmi!”

            Hmm.. Itu membuat ku lebih jaga jarak dengan laki-laki non mahram, wahai sakura. Niatan ku tak lebih hanya ingin berbagi kebahagiaaan dengan senyuman, hanya ingin mempererat silaturahmi dengan keakraban (familiar), dan hanya berusaha menjaga akhlak dengan kelembutan tutur kata..

            “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nur: 31)

            Dan ku berusaha sepertimu wahai Sakura, tetap indah tanpa ada yang merusakmu karena mereka yang ada disekitarmu selalu menjagamu.....

No comments:

Post a Comment

Assalamu'alaikum wr.wb

 

Rainbow Story Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea