Saturday, January 7, 2012

Pizza Hut Vs Ketela Rebus

Posted by Devy Ratriana Amiati at 8:18 AM
Tafakur Kehidupan

            Perkenalkan nama ku Hindun Ummi Kultsum, semester 5 di Fakultas Kedokteran di salah satu universitas swasta di Jawa Timur. Aku terlahir di desa terpencil nan pelosok di kabupaten ku. Kedua orang tua ku bekerja sebagai pegawai negeri sipil, ibu sebagai pengajar sekolah dasar di desa akses sulit lereng gunung dekat rumah, sedangkan bapak adalah mantri yang bertugas di puskesmas di daerah pegunungan yang cukup jauh dari rumah.


            Pada suatu hari tepatnya hari sabtu aku alarm pengingat ku berbunyi.....



            “Tit... tut... titt....”



            Aku yang masih di dalam kamar mandi tak mendengar suara itu dan setelah aku kembali ternyata sudah sekitar 5 kali alarm ku berdering.
Dalam catatan tertulis : PIZZA PESANAN MAULIDA

            “Ku rasa si Maulida ingat dengan janji ku”

            Ya.. tidak lama kemudian, nada sms di hp ku berbunyi. Setelah ku buka :

            Mbak Aku tumbasno pizza

            Dalam batin ku pun berkata,”Pizza, pizza itu modelnya kayak apa sih?? Seumur-umur aku belum pernah menyentuhnya, juga belum pernah melihatnya secara langsung, apa lagi memakannya. Masuk tokonya aja aku juga belum pernah. Hmmm....”

            Meski ku pikir ini adalah hal katrok dan sekelas ga jamani ku buang rasa malu ku dan bertanya pada teman tetangga kamar kos ku.

            “Ayu....!!” teriak ku dari kamar

            “Iya Ndun, ada apa?”

            “Kamu di kamar ngapain?”

            “Gak ngapa-ngapain, kenapa?”

            “Aku ke situ ya!”

            “Okey!”

            Akhirnya ku coba bertanya padanya yang sering pergi ke mal-mal

            “Ayu, beli Pizza itu dimana ya? Tau ndak?” tanya ku dengan polos

            “Di Mall Jaya Baya lo ada”

          “Oh.. ya makasih kalau gitu, aku mau ganti baju terus kuliah” sambil memakai sandal jepit dan kembali menuju kamar.

            Dan aku pun kembali bertanya pada fikiran ku,”Mall Jaya Baya ya? Hmm.. aku kesana baru 4 kali itupun nganterin teman belanja. Karena rute perjalanan ku selama ini hanya kampus, perpustakaan daerah, kos teman (kalau kebetulan ada tugas), dan kembali lagi ke tempat kos. karena aku memang tidak begitu suka keluyuran di mall, alun-alun dan tempat-tempat ramai lainnya jika hanya untuk senang-senang tanpa tujuan yang jelas.”

            Jam menunjukkan pukul 09.00 pagi, ku pun bergegas pergi ke kampus dengan menggunakan motor mio hitam milik orang tua ku yang dipinjamkan untuk pulang pergi menuntut ilmu. Sesampainya di kampus dengan seksama ku mendengarkan dan menyimak Wiji Laoshe menerangkan perlajaran mandarin. Dan menuju pada sesi ke dua pelajaran bahasa inggris setelah sholat duhur.

            Disela-sela tugas terjadi obrolan seru antara aku, Susie, Yolanda, Dinda, dan Amanda

            “Hayo siapa tau parkiran paling murah di kota ini di daerah mana??” Yolanda main tebak-tebakan rupanya, tapi tak ada satupun teman ku yang bisa jawab. Aku yang awalnya serius mengerjakan free test mendadak menoleh kebelakang dan ikut serta dalam banyolan itu

            “Pakiran Rp 1000 ada ndak?” sambil meledek

            Amanda menyahut,”Parkiran Rp. 1000 mana ada Ndun! Yang ada itu Rp 2000 an.”

            Tiba-tiba,”Hahaha.. Rp 1000 parkiran? es teh aja lo Rp 1500” sahut Dinda

            Susie pun menyahut,”Tuh di penjual nasgor es jeruk malah Rp 2000 lo!!”
       Yolanda,”Eh... siapa bilang gak ada! Tuh di depan Pizza hut mall jaya baya parkirannya Rp 1000, terus di depan toko restu, dan toko sandal strowbery juga Rp 1000!”
        
            “Wah.. hafal betul kau, jangan-jangan kau ini tukang parkir ya!!!” ledek Dinda, dan semua pun kembali tertawa

            Susie menyahut lagi,”Iya Yolanda itu tukang parkir kayaknya. Pagi-sore kuliah malamnya jadi tukang parkir”

            Yolanda membela diri,“Yee... gak ya!! Aku hafal-hafal sendiri tau! Kalian itu yang kurang jeli meneliti hal-hal murah kesenangan mahasiswa.”

            Dari percakapan itu aku langsung respon mendengar kata “Pizza Hut”, akhirnya aku guyoni si Yolanda,”Emang sebelah mana parkiran Rp 1000 di Jaya Baya?!”

            Itu lo disebelah kanan........... dan aku pun diberi denah.

            Teman-teman masih mengguyoni Yolanda dengan pengetahuannya yang begitu luas tetang perparkiran dan aku kembali focus pada free test, karena telah dapat membayangkan tempat mana yang akan aku tuju.

            Akhirnya perkuliahan bahasa inggris pun usai tepat pada pukul 15.00. dan sebelum melakukan pencarian tempat aku sholat Ashar di kos Bella yang tempat di belakang kampus. Dan setelah usai, cekidooootttttt...... mencari toko Pizza Hut..

Ku telusuri jalanan kota yang begitu ramai dan padat, melewati pertokoan yang begitu banyak serta traffic lamp yang memancetkan transportasi yang sebagian besar motor. Polusi pun tak dapat dielakkan karena kenalpot-kenalpot truck terus saja mengebul. Hmm... berna-benar tak enak tinggal di kota besar. Pengaruh asap tebal yang terus mengebul itu dapat memperkecil volume paru-paru pada anak yang masih balita, dan secara otomatis mengotori dan dapat pula mengganggu kinerja paru-paru seperti timbulnya asma, batuk tak berdahak, serta beberapa jenis sesak nafas karena efect dari udara yang tidak bersih.

Motor ku pun ku hentikan di depan sebuah mall besar. Tertulis di atas dengan begtu besar Jaya Baya Mall. Dengan berbagai papan-papan promosi toko dan diskon. Dan mata ku pun tertuju pada tulisan

Yang berada di samping kanan mall tepatnya dekat parkiran mobil, seperti apa yang dijelaskan Yoland pada denahnya.

“Alhamdulillah.... akhirnya ketemu” syukur ku

Akhirnya motor aku parkirkan tepat di depan tulisan Pizza Hut. Dan pencarian pun hampir membuahkan hasil, namun oh namun yang membuat aku binggung adalah aku yang tak tau masuknya lewat mana berdiri di parkiran pinggir jalan bermenit-menit mengamati orang-orang yang membawa kotak pizza keluar masuk Mall. Demi Allah aku benar-benar ndak tau, akhirnya ku putuskan untuk masuk mall sendiri walau aku sadar sebenarnya keputusan itu salah karena pergi ke tempat ramai tanpa mahram seperti yang dikatakan ustadz ku. Tapi ya sudahlah sekali-kali dari pada pas pulang adik nangis, akhirnya aku masuk juga dengan rasa yang gimana gitu karena sendiri di tempat ramai full music.




Ku telusuri gang-gang di dalam mall, mulai hoka-hoka bento, MC Donald, beberapa restaurant elit, distro-distro baju, jacket, tas, sepatu, sandal, tempat karaoke, super market, dll banyak banget dan sempat membuat ku makin binggung harus berjalan kemana karena mall yang begitu besar. Alhamdulillah akhirnya ku temukan juga pintu masuk tertuliskan Pizza Hut, dan rasanya begitu lega. Ku injakkan kaki ku di depan pintunya, sambil menengok kanan kiri seperti orang asing *padahal memang orang asing.haha :D:D* dengan ramahnya wanita berseragam hitam rapi dengan rambut yang dikuncir atas seperti sanggul, juga dengan pipi yang merona karena memakai blusson, juga bibir yang tak terlihat kering menyapa ku.

“Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?”

“Mau pesan mbak.” Jawab ku

Kakak mau makan disini atau paket deliver. Kalau makan disini silahkan duduk kalau paket deliver bisa menuju mbak yang disebelah sana” menunjuk pelayan yang menangani paket bawa pulang

“Oh iya makasih” aku langsung menuju mbak bersragam dan bermake up seperti wanita tadi

Sanpai...............................

“Selamat siang kak! Pesan paket apa? Ini menunya silahkan dilihat dahulu” tanyanya dengan logat setengah madura sepertinya

“Iya” dengan membalas senyum mbaknya

Gubraaakkkkkkkkkkk.... dari belasan rasa pizza dan beberapa menu handalan tak ada satupun yang aku tahu rasanya. Gimana mau milih.
Ya Allah.......???????????????!!!?!? -.-“

Andai bisa ngomong pasti aku akan bilang,“Mbak, saya pertama kali ini datang dan menginjakkan kaki di Pizza Hut!”

Mencoba sok tau and tanya-tanya,”Ini harganya berapa mbak?”

“Isi ikan tuna ya? Yang kecil, sedang apa besar?”

“Kalau yang rasa keju ada ndak *hahaha.. rasa keju kayak roti isi aja :D:D*??” suwer.. bener-bener sok tau ceritanya

“Adanya varian Kak”

“Oh... kalau ini isinya apa?” menunjuk salah satu gambar

“Itu isinya paprika, sifut, ada sedikit sosis,bla....bal............”

            “Hmmmm.......” agak lama aku terdiam sambil membuka-buka buku menu, dengan tulisan harga dibawahnya yang kulihat. Terlintas dibenak ku sepatah kata “MAHAL BANGET”

            “Kalau yang ini mbak, harganya berapa yang ukuran sedang??”

            “Kalau dikasih pinggiran harganya Rp 64.565 kalau dikasih pinggiran Rp 71.000"

            Gloooteeekkkkkkkkk............ MAHAL!!!!!!!!!! Teriakan hati ku

            Itu uang makan ku seminggu kawan!!!!!!!!!!!!! bahkan seminggu hanya sekitar max Rp 50.000. Karena aku masak sendiri. Sehari sekitar Rp 10.000 dengan rincian ayam ¼ kg Rp 6000, sayur bayam+kecambah Rp. 1500 dan Rp. 2500 buat beli blimbing atau rambutan. Hmm... makanan enak untuk sekelas anak kos. Tapi itu jarang paling sering sekitar Rp 5000, itu terdiri dari tempe/tahu Rp. 1000, kadang beli lombok Rp 1000, sayur bayam+capar/sop-sopan Rp. 1500 sisanya biasanya aku mintai jenang jagung atau getok lindri (ketela yang ditumbuk diberi parutan kelapa dan gula).

            “Kakak.. jadi pesan yang mana??”

            “Astagfirullah...” tak sadar aku melamun

            “Oh.. yang ini aja mbak paket sedang pake tepian!”

            Meski saat itu aku membawa uang yang lumayan banyak di dompet kurang lebih sekitar Rp 500.000 rasanya enggan menggeluarkan Rp 71.000 untuk membeli makanan bulat kacau nan aneh itu.

“Atas nama kak?"


"Hindun"


"Harganya Rp 71.000, atas nama kak hindun, uangnya Rp 100.000 kembalinya Rp 29.000. Ini struknya silahkan menunggu di luar 15 menit. Terimakasih atas kunjungan Kakak!”

Hmm.... agak canggung memang, karena itu kali pertama masuk tempat yang dikata terkenal itu, benar-benar terlihat begitu kolot di hadapan mereka. Tapi biarlah, gak peduli. Yang penting bisa nepati janji sama anak kecil itu (adik ku). Saat menunggu lumayan lama, ku ambil buku bacaan yang beberapa hari yang lalu aku pinjam di perpustakan daerah. Di depan ku banyak juga anak muda yang menunggu pesanan, tapi ku coba cuek dan menikmati sore yang begitu dingin karena hujan itu dengan memasuki dunia baru di alam cerita buku yang aku baca.

“Kak Hindun!” panggil pelayan

            Segera ku masukkan buku ku dan menangking jaket yang aku bawa serta tas rangsel isi laptop, dan beberapa buku yang telah aku persiapkan karena langsung mudik.

            “Iya...!”

            “Ini pesanannya, silahkan datang kembali”

            “Terimakasih” senyum ku untuk pelayan dan pelayan itu membalas senyum ku

            Pergilah keluar menuju parkiran dan mengambil motor.

            “Bismillahirrohmanirrohim.. Bismillahitawakaltu..............................”

            Motor pun ku gas dan ban berputar terus mengantarkan ku menuju rumah. Dalam perjalanan ku lewati hektaran sawah, dan matahari terlihat mulai malu dengan warna orange yang ia pancarkan.... butiran padi yang belum terlihat, sehingga hijaunya daun begitu menyejukkan mata yang telah lelah dengan suasana perkotaan.

Terlintas dibenak ku memikirkan uang Rp 71.000 ku yang terpaksa melambai pergi untuk makanan bulat itu. Jujur aku adalah wanita penuh perhitungan, ini adalah pendidikan yang diajarkan ibu ku sejak aku kelas 7 Madrasah Tsanawiyah.

“Sebagai wanita harus pandai mengatur keuangan, karena apapun profesinya bakal menjadi ibu rumah tangga mengurus mendidik anak mengurus keperluan suami terutama masalah keuangan. Jangan asal-asalan ngeluarin uang (boros), ingat-ingat bapak sama ibu dulu pengen sekolah saja harus sengsara dulu. Bapak kamu misalnya SD saja molor sampai usia 16 tahun karena krisis moneter saat itu dibela-belain nyari kodok di sawah malam-malam utuk dijual paginya dan uangnya ditabung untuk biaya sekolah, juga pernah jadi penjual es lilin, nyambi nyari bekecot di tegal. Makanya sering tinggal kelas, karena setiap kali kehabisan biaya bapak kamu ndak masuk sekolah nyari uang, jika uang sudah cukup baru sekolah lagi. Ibu juga gitu, ibu dulu sekolah ndak pernah dikasih uang jajan. Mbah kakung mu hanya ngasih biaya buat sekolah, mau makan saja ibuk harus pergi ke tegal dekat kos nyari daun-daunan yang sekiranya bisa dimakan. Makan di rumah pun juga tidak layak dimakan. Dulu ibu sering makan bekatul, yang sekarang buat makanan ayam. Jadi anak sekolah harus sengsara dulu, biar kalau sudah berumah tangga tidak hura-hura walau punya banyak uang dan tetap bisa sodaqoh. Kamu, bapak kamu, dan adik-adik kamu alhamdulillah tetap sehat sampai detik ini dengan makanan sederhana namun tetap memperhatikan gizi. Jadi jangan beranggapan mau sehat harus makan, makanan mahal.”

Pesan ibu itulah yang sampai saat ini aku ingat, dan aku tanamnkan dalam-dalam pada hati dan fikiran ku, kadang kalau kalau kata-kata itu ku ingat dan ku resapi aku mau ngeluarin buat makan Rp 5000 rasanya eman sekali, dan sesekali mencoba masak ketela rebus dengan susu kental manis namun ternyata ketela tidak dapat menyuplai kebutuhan energi untuk ku berfikir dan beraktivitas. Dan aku salut dengan orang dulu terutama kedua orang tua ku yang terlahir dari keluarga tak punya dan sangat tidak punya, dengan hidup serba kekurangan namun semangat mereka untuk tetap sekolah membuahkan hasil hingga menjadi pegawai negeri dan dapat menyekolahkan aku di kedokteran. Itu yang sering membuat ibu dan bapak terharu disela-sela cerita masa lalunya dengan penuh tasbih memuji Allah.

Ya Allah..... Rp 71.000 itu uang yang di dapat pegawai linting rokok setelah bekerja 3 hari
Ya Allah..... Rp 71.000 itu uang yang di dapat buruh bangunan setelah kerja 2 hari
Ya Allah..... Rp 71.000 kalau dibelikan bakso bisa dapat 30 mangkok
Ya Allah..... Rp 71.000 kalau dibeliin ikan laut bisa dapat 25 kg
Ya Allah..... Rp 71.000 kalau dibeliin bawang merah/bawang putih bisa dapat 7 kg

            Lamunan panjang terhapus oleh suara adzan magrib, dan tak terasa aku telah sampai kampung halaman tercinta disambut senyum kedua orang tua juga adik-adik ku yang menanyakan keadaan ku ^_^

            Dengan rok yang basah, dan badan yang menggigil kedinginan karena paginya aku tidak sahur. Bergegas ku batalkan puasa sunnah ku dengan seteguk air dan Pizza yang aku beli. Enak ternyata rasanya, nyam... nyam... dan aku harus lebih banyak bersyukur karena dapat merasakan makanan itu untuk kali pertama. Mungkin tetangga-tetangga ku yang mayoritas petani tak pernah merasakan masakan ini sampai akhir hayatnya. Dan inilah salah satu alasan mengapa aku ingin menjadi dokter berjiwa petani karena aku tak ingin hidup bermewah-mewahan.

0 comments:

Post a Comment

Assalamu'alaikum wr.wb

Saturday, January 7, 2012

Pizza Hut Vs Ketela Rebus

Tafakur Kehidupan

            Perkenalkan nama ku Hindun Ummi Kultsum, semester 5 di Fakultas Kedokteran di salah satu universitas swasta di Jawa Timur. Aku terlahir di desa terpencil nan pelosok di kabupaten ku. Kedua orang tua ku bekerja sebagai pegawai negeri sipil, ibu sebagai pengajar sekolah dasar di desa akses sulit lereng gunung dekat rumah, sedangkan bapak adalah mantri yang bertugas di puskesmas di daerah pegunungan yang cukup jauh dari rumah.


            Pada suatu hari tepatnya hari sabtu aku alarm pengingat ku berbunyi.....



            “Tit... tut... titt....”



            Aku yang masih di dalam kamar mandi tak mendengar suara itu dan setelah aku kembali ternyata sudah sekitar 5 kali alarm ku berdering.
Dalam catatan tertulis : PIZZA PESANAN MAULIDA

            “Ku rasa si Maulida ingat dengan janji ku”

            Ya.. tidak lama kemudian, nada sms di hp ku berbunyi. Setelah ku buka :

            Mbak Aku tumbasno pizza

            Dalam batin ku pun berkata,”Pizza, pizza itu modelnya kayak apa sih?? Seumur-umur aku belum pernah menyentuhnya, juga belum pernah melihatnya secara langsung, apa lagi memakannya. Masuk tokonya aja aku juga belum pernah. Hmmm....”

            Meski ku pikir ini adalah hal katrok dan sekelas ga jamani ku buang rasa malu ku dan bertanya pada teman tetangga kamar kos ku.

            “Ayu....!!” teriak ku dari kamar

            “Iya Ndun, ada apa?”

            “Kamu di kamar ngapain?”

            “Gak ngapa-ngapain, kenapa?”

            “Aku ke situ ya!”

            “Okey!”

            Akhirnya ku coba bertanya padanya yang sering pergi ke mal-mal

            “Ayu, beli Pizza itu dimana ya? Tau ndak?” tanya ku dengan polos

            “Di Mall Jaya Baya lo ada”

          “Oh.. ya makasih kalau gitu, aku mau ganti baju terus kuliah” sambil memakai sandal jepit dan kembali menuju kamar.

            Dan aku pun kembali bertanya pada fikiran ku,”Mall Jaya Baya ya? Hmm.. aku kesana baru 4 kali itupun nganterin teman belanja. Karena rute perjalanan ku selama ini hanya kampus, perpustakaan daerah, kos teman (kalau kebetulan ada tugas), dan kembali lagi ke tempat kos. karena aku memang tidak begitu suka keluyuran di mall, alun-alun dan tempat-tempat ramai lainnya jika hanya untuk senang-senang tanpa tujuan yang jelas.”

            Jam menunjukkan pukul 09.00 pagi, ku pun bergegas pergi ke kampus dengan menggunakan motor mio hitam milik orang tua ku yang dipinjamkan untuk pulang pergi menuntut ilmu. Sesampainya di kampus dengan seksama ku mendengarkan dan menyimak Wiji Laoshe menerangkan perlajaran mandarin. Dan menuju pada sesi ke dua pelajaran bahasa inggris setelah sholat duhur.

            Disela-sela tugas terjadi obrolan seru antara aku, Susie, Yolanda, Dinda, dan Amanda

            “Hayo siapa tau parkiran paling murah di kota ini di daerah mana??” Yolanda main tebak-tebakan rupanya, tapi tak ada satupun teman ku yang bisa jawab. Aku yang awalnya serius mengerjakan free test mendadak menoleh kebelakang dan ikut serta dalam banyolan itu

            “Pakiran Rp 1000 ada ndak?” sambil meledek

            Amanda menyahut,”Parkiran Rp. 1000 mana ada Ndun! Yang ada itu Rp 2000 an.”

            Tiba-tiba,”Hahaha.. Rp 1000 parkiran? es teh aja lo Rp 1500” sahut Dinda

            Susie pun menyahut,”Tuh di penjual nasgor es jeruk malah Rp 2000 lo!!”
       Yolanda,”Eh... siapa bilang gak ada! Tuh di depan Pizza hut mall jaya baya parkirannya Rp 1000, terus di depan toko restu, dan toko sandal strowbery juga Rp 1000!”
        
            “Wah.. hafal betul kau, jangan-jangan kau ini tukang parkir ya!!!” ledek Dinda, dan semua pun kembali tertawa

            Susie menyahut lagi,”Iya Yolanda itu tukang parkir kayaknya. Pagi-sore kuliah malamnya jadi tukang parkir”

            Yolanda membela diri,“Yee... gak ya!! Aku hafal-hafal sendiri tau! Kalian itu yang kurang jeli meneliti hal-hal murah kesenangan mahasiswa.”

            Dari percakapan itu aku langsung respon mendengar kata “Pizza Hut”, akhirnya aku guyoni si Yolanda,”Emang sebelah mana parkiran Rp 1000 di Jaya Baya?!”

            Itu lo disebelah kanan........... dan aku pun diberi denah.

            Teman-teman masih mengguyoni Yolanda dengan pengetahuannya yang begitu luas tetang perparkiran dan aku kembali focus pada free test, karena telah dapat membayangkan tempat mana yang akan aku tuju.

            Akhirnya perkuliahan bahasa inggris pun usai tepat pada pukul 15.00. dan sebelum melakukan pencarian tempat aku sholat Ashar di kos Bella yang tempat di belakang kampus. Dan setelah usai, cekidooootttttt...... mencari toko Pizza Hut..

Ku telusuri jalanan kota yang begitu ramai dan padat, melewati pertokoan yang begitu banyak serta traffic lamp yang memancetkan transportasi yang sebagian besar motor. Polusi pun tak dapat dielakkan karena kenalpot-kenalpot truck terus saja mengebul. Hmm... berna-benar tak enak tinggal di kota besar. Pengaruh asap tebal yang terus mengebul itu dapat memperkecil volume paru-paru pada anak yang masih balita, dan secara otomatis mengotori dan dapat pula mengganggu kinerja paru-paru seperti timbulnya asma, batuk tak berdahak, serta beberapa jenis sesak nafas karena efect dari udara yang tidak bersih.

Motor ku pun ku hentikan di depan sebuah mall besar. Tertulis di atas dengan begtu besar Jaya Baya Mall. Dengan berbagai papan-papan promosi toko dan diskon. Dan mata ku pun tertuju pada tulisan

Yang berada di samping kanan mall tepatnya dekat parkiran mobil, seperti apa yang dijelaskan Yoland pada denahnya.

“Alhamdulillah.... akhirnya ketemu” syukur ku

Akhirnya motor aku parkirkan tepat di depan tulisan Pizza Hut. Dan pencarian pun hampir membuahkan hasil, namun oh namun yang membuat aku binggung adalah aku yang tak tau masuknya lewat mana berdiri di parkiran pinggir jalan bermenit-menit mengamati orang-orang yang membawa kotak pizza keluar masuk Mall. Demi Allah aku benar-benar ndak tau, akhirnya ku putuskan untuk masuk mall sendiri walau aku sadar sebenarnya keputusan itu salah karena pergi ke tempat ramai tanpa mahram seperti yang dikatakan ustadz ku. Tapi ya sudahlah sekali-kali dari pada pas pulang adik nangis, akhirnya aku masuk juga dengan rasa yang gimana gitu karena sendiri di tempat ramai full music.




Ku telusuri gang-gang di dalam mall, mulai hoka-hoka bento, MC Donald, beberapa restaurant elit, distro-distro baju, jacket, tas, sepatu, sandal, tempat karaoke, super market, dll banyak banget dan sempat membuat ku makin binggung harus berjalan kemana karena mall yang begitu besar. Alhamdulillah akhirnya ku temukan juga pintu masuk tertuliskan Pizza Hut, dan rasanya begitu lega. Ku injakkan kaki ku di depan pintunya, sambil menengok kanan kiri seperti orang asing *padahal memang orang asing.haha :D:D* dengan ramahnya wanita berseragam hitam rapi dengan rambut yang dikuncir atas seperti sanggul, juga dengan pipi yang merona karena memakai blusson, juga bibir yang tak terlihat kering menyapa ku.

“Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?”

“Mau pesan mbak.” Jawab ku

Kakak mau makan disini atau paket deliver. Kalau makan disini silahkan duduk kalau paket deliver bisa menuju mbak yang disebelah sana” menunjuk pelayan yang menangani paket bawa pulang

“Oh iya makasih” aku langsung menuju mbak bersragam dan bermake up seperti wanita tadi

Sanpai...............................

“Selamat siang kak! Pesan paket apa? Ini menunya silahkan dilihat dahulu” tanyanya dengan logat setengah madura sepertinya

“Iya” dengan membalas senyum mbaknya

Gubraaakkkkkkkkkkk.... dari belasan rasa pizza dan beberapa menu handalan tak ada satupun yang aku tahu rasanya. Gimana mau milih.
Ya Allah.......???????????????!!!?!? -.-“

Andai bisa ngomong pasti aku akan bilang,“Mbak, saya pertama kali ini datang dan menginjakkan kaki di Pizza Hut!”

Mencoba sok tau and tanya-tanya,”Ini harganya berapa mbak?”

“Isi ikan tuna ya? Yang kecil, sedang apa besar?”

“Kalau yang rasa keju ada ndak *hahaha.. rasa keju kayak roti isi aja :D:D*??” suwer.. bener-bener sok tau ceritanya

“Adanya varian Kak”

“Oh... kalau ini isinya apa?” menunjuk salah satu gambar

“Itu isinya paprika, sifut, ada sedikit sosis,bla....bal............”

            “Hmmmm.......” agak lama aku terdiam sambil membuka-buka buku menu, dengan tulisan harga dibawahnya yang kulihat. Terlintas dibenak ku sepatah kata “MAHAL BANGET”

            “Kalau yang ini mbak, harganya berapa yang ukuran sedang??”

            “Kalau dikasih pinggiran harganya Rp 64.565 kalau dikasih pinggiran Rp 71.000"

            Gloooteeekkkkkkkkk............ MAHAL!!!!!!!!!! Teriakan hati ku

            Itu uang makan ku seminggu kawan!!!!!!!!!!!!! bahkan seminggu hanya sekitar max Rp 50.000. Karena aku masak sendiri. Sehari sekitar Rp 10.000 dengan rincian ayam ¼ kg Rp 6000, sayur bayam+kecambah Rp. 1500 dan Rp. 2500 buat beli blimbing atau rambutan. Hmm... makanan enak untuk sekelas anak kos. Tapi itu jarang paling sering sekitar Rp 5000, itu terdiri dari tempe/tahu Rp. 1000, kadang beli lombok Rp 1000, sayur bayam+capar/sop-sopan Rp. 1500 sisanya biasanya aku mintai jenang jagung atau getok lindri (ketela yang ditumbuk diberi parutan kelapa dan gula).

            “Kakak.. jadi pesan yang mana??”

            “Astagfirullah...” tak sadar aku melamun

            “Oh.. yang ini aja mbak paket sedang pake tepian!”

            Meski saat itu aku membawa uang yang lumayan banyak di dompet kurang lebih sekitar Rp 500.000 rasanya enggan menggeluarkan Rp 71.000 untuk membeli makanan bulat kacau nan aneh itu.

“Atas nama kak?"


"Hindun"


"Harganya Rp 71.000, atas nama kak hindun, uangnya Rp 100.000 kembalinya Rp 29.000. Ini struknya silahkan menunggu di luar 15 menit. Terimakasih atas kunjungan Kakak!”

Hmm.... agak canggung memang, karena itu kali pertama masuk tempat yang dikata terkenal itu, benar-benar terlihat begitu kolot di hadapan mereka. Tapi biarlah, gak peduli. Yang penting bisa nepati janji sama anak kecil itu (adik ku). Saat menunggu lumayan lama, ku ambil buku bacaan yang beberapa hari yang lalu aku pinjam di perpustakan daerah. Di depan ku banyak juga anak muda yang menunggu pesanan, tapi ku coba cuek dan menikmati sore yang begitu dingin karena hujan itu dengan memasuki dunia baru di alam cerita buku yang aku baca.

“Kak Hindun!” panggil pelayan

            Segera ku masukkan buku ku dan menangking jaket yang aku bawa serta tas rangsel isi laptop, dan beberapa buku yang telah aku persiapkan karena langsung mudik.

            “Iya...!”

            “Ini pesanannya, silahkan datang kembali”

            “Terimakasih” senyum ku untuk pelayan dan pelayan itu membalas senyum ku

            Pergilah keluar menuju parkiran dan mengambil motor.

            “Bismillahirrohmanirrohim.. Bismillahitawakaltu..............................”

            Motor pun ku gas dan ban berputar terus mengantarkan ku menuju rumah. Dalam perjalanan ku lewati hektaran sawah, dan matahari terlihat mulai malu dengan warna orange yang ia pancarkan.... butiran padi yang belum terlihat, sehingga hijaunya daun begitu menyejukkan mata yang telah lelah dengan suasana perkotaan.

Terlintas dibenak ku memikirkan uang Rp 71.000 ku yang terpaksa melambai pergi untuk makanan bulat itu. Jujur aku adalah wanita penuh perhitungan, ini adalah pendidikan yang diajarkan ibu ku sejak aku kelas 7 Madrasah Tsanawiyah.

“Sebagai wanita harus pandai mengatur keuangan, karena apapun profesinya bakal menjadi ibu rumah tangga mengurus mendidik anak mengurus keperluan suami terutama masalah keuangan. Jangan asal-asalan ngeluarin uang (boros), ingat-ingat bapak sama ibu dulu pengen sekolah saja harus sengsara dulu. Bapak kamu misalnya SD saja molor sampai usia 16 tahun karena krisis moneter saat itu dibela-belain nyari kodok di sawah malam-malam utuk dijual paginya dan uangnya ditabung untuk biaya sekolah, juga pernah jadi penjual es lilin, nyambi nyari bekecot di tegal. Makanya sering tinggal kelas, karena setiap kali kehabisan biaya bapak kamu ndak masuk sekolah nyari uang, jika uang sudah cukup baru sekolah lagi. Ibu juga gitu, ibu dulu sekolah ndak pernah dikasih uang jajan. Mbah kakung mu hanya ngasih biaya buat sekolah, mau makan saja ibuk harus pergi ke tegal dekat kos nyari daun-daunan yang sekiranya bisa dimakan. Makan di rumah pun juga tidak layak dimakan. Dulu ibu sering makan bekatul, yang sekarang buat makanan ayam. Jadi anak sekolah harus sengsara dulu, biar kalau sudah berumah tangga tidak hura-hura walau punya banyak uang dan tetap bisa sodaqoh. Kamu, bapak kamu, dan adik-adik kamu alhamdulillah tetap sehat sampai detik ini dengan makanan sederhana namun tetap memperhatikan gizi. Jadi jangan beranggapan mau sehat harus makan, makanan mahal.”

Pesan ibu itulah yang sampai saat ini aku ingat, dan aku tanamnkan dalam-dalam pada hati dan fikiran ku, kadang kalau kalau kata-kata itu ku ingat dan ku resapi aku mau ngeluarin buat makan Rp 5000 rasanya eman sekali, dan sesekali mencoba masak ketela rebus dengan susu kental manis namun ternyata ketela tidak dapat menyuplai kebutuhan energi untuk ku berfikir dan beraktivitas. Dan aku salut dengan orang dulu terutama kedua orang tua ku yang terlahir dari keluarga tak punya dan sangat tidak punya, dengan hidup serba kekurangan namun semangat mereka untuk tetap sekolah membuahkan hasil hingga menjadi pegawai negeri dan dapat menyekolahkan aku di kedokteran. Itu yang sering membuat ibu dan bapak terharu disela-sela cerita masa lalunya dengan penuh tasbih memuji Allah.

Ya Allah..... Rp 71.000 itu uang yang di dapat pegawai linting rokok setelah bekerja 3 hari
Ya Allah..... Rp 71.000 itu uang yang di dapat buruh bangunan setelah kerja 2 hari
Ya Allah..... Rp 71.000 kalau dibelikan bakso bisa dapat 30 mangkok
Ya Allah..... Rp 71.000 kalau dibeliin ikan laut bisa dapat 25 kg
Ya Allah..... Rp 71.000 kalau dibeliin bawang merah/bawang putih bisa dapat 7 kg

            Lamunan panjang terhapus oleh suara adzan magrib, dan tak terasa aku telah sampai kampung halaman tercinta disambut senyum kedua orang tua juga adik-adik ku yang menanyakan keadaan ku ^_^

            Dengan rok yang basah, dan badan yang menggigil kedinginan karena paginya aku tidak sahur. Bergegas ku batalkan puasa sunnah ku dengan seteguk air dan Pizza yang aku beli. Enak ternyata rasanya, nyam... nyam... dan aku harus lebih banyak bersyukur karena dapat merasakan makanan itu untuk kali pertama. Mungkin tetangga-tetangga ku yang mayoritas petani tak pernah merasakan masakan ini sampai akhir hayatnya. Dan inilah salah satu alasan mengapa aku ingin menjadi dokter berjiwa petani karena aku tak ingin hidup bermewah-mewahan.

No comments:

Post a Comment

Assalamu'alaikum wr.wb

 

Rainbow Story Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea